Ballaʼ Lompoa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 1:
[[Berkas:Balla' Lompoa Museum.jpg|jmpl|''Ballaʼ Lompoa ri Sungguminasa'' tampak dari depan]]
'''''Ballaʼ Lompoa''''' ({{lang-mak|ᨅᨒ ᨒᨚᨄᨚᨓᨒᨚᨇᨚᨓ|Ballaʼ Lompoa|lit=rumah besar}}, {{IPA-mak|balːaʔ lomˈpoa}}) adalah istilah kediaman raja/''karaeng'' sekaligus pusat kegiatan adat masyarakat [[Suku Makassar|etnis Makassar]]. Setiap daerah memiliki ''Ballaʼ Lompoa-''nya sendiri seperti di Sungguminasa, Galesong, Limbung, Maros, Binamu, Bantaeng dll. ''Ballaʼ Lompoa'' yang cukup terkenal adalah ''Ballaʼ Lompoa ri Sungguminasa'', berada tepat di tengah Kota [[Sungguminasa, Somba Opu, Gowa|Sungguminasa]], [[Kabupaten Gowa]], [[Sulawesi Selatan|Provinsi Sulawesi Selatan]], menghadap ke arah selatan di Jalan Wahid Hasyim. Lokasi itu merupakan situs budaya dalam sebuah komplek yang luasnya sekitar tiga hektar. Di bagian belakangnya (Jalan Andi Lombasang) terdapat tembok batu alam yang tebal dan pintu kayu yang lebar dan kokoh, sedangkan di bagian depannya berpagar permanen yang rendah dan halaman yang terbuka. Di samping barat bangunan ''Ballaʼ Lompoa'' terdapat bangunan replika Istana Tamalate yang ukurannya jauh lebih besar yang dibangun pada era kepemimpinan Bupati Gowa [[Syahrul Yasin Limpo]] pada tahun 1997 -1998. Lokasi ''Ballaʼ Lompoa'' berjarak kurang lebih 10 Km dari Karebosi pusat Kota Makassar. Arus lalu lintas ke lokasi itu sangat lancar karena berada di jalur yang dilewati [[Angkutan kota|pete-pete]] (angkot). Kawasan ini berada di empat persimpangan jalan, sehingga akses untuk memasuki lokasi tersebut dapat melalui ke empat pintu gerbang. Pintu gerbang utama berada di Jalan KH. Wahid Hasyim, pintu gerbang kedua berada di bagian belakang ''Ballaʼ Lompoa'' yaitu Jalan Andi Mallombassang, pintu gerbang timur berada di Jalan Habibu Daeng Kulle dan pintu gerbang barat berada di Jalan A. Baso Erang.<ref name=":0">{{Cite journal|last=Raodah|first=Raodah|date=2012-09-01|title=BALLA LOMPOA DI GOWA (Kajian Arsitektur Tradisional Makassar)|url=http://ejurnalpatanjala.kemdikbud.go.id/patanjala/index.php/patanjala/article/view/149|journal=Patanjala : Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya|volume=4|issue=3|pages=378|doi=10.30959/patanjala.v4i3.149|issn=2598-1242}}</ref>
 
''Ballaʼ lompoa'' dibangun tahun 1936 setelah diangkatnya Raja Gowa ke-XXXV '''I Mangimangi Daeng Matutu Karaeng Bontonompoʼ''' yang bergelar '''Sultan Muhammad Tahir Muhibuddin'''. Pembangunan istana dan pusat kegiatan pemerintahan dilakukan sebagai penolakan terhadap salah satu ayat [[Perjanjian Bungaya]] yang menyatakan bahwa gerbang-gerbang dan tembok pertahanan raja Gowa harus dimusnahkan dan raja Gowa tidak boleh lagi mendirikan bangunan tanpa izin [[kompeni]]. Raja Gowa tidak boleh mendirikan perkampungan, rumah dan sebagainya sampai jauhnya satu hari perjalanan dari pinggir laut, juga dilarang mendirikan benteng-benteng atau kubu-kubu pertahanan. Yang dipertahankan oleh Belanda hanya Benteng Ujung Pandang yang kemudian berganti nama menjadi [[Fort Rotterdam]].<ref name=":0" />