Bagindo Dahlan Abdullah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Dahlan Abdullah saat Proklamasi Kemerdekaan |
|||
Baris 49:
Belanda yang menganggap kemerdekaan Indonesia tidak sah, ingin menjajah Indonesia kembali dengan melakukan agresi yang mereka ebut sebagai "aksi polisionil". Namun bangsa Indonesia tidak mau dijajah kembali oleh Belanda. Sehingga dimana-mana terjadi perlawanan sengit dari oleh para patriot Indonesia.Dahlan diajak oleh oknum-oknum NICA Belanda yang tidak mengakui kemerdekaan Indonesia untuk bekerja dengan kelompok mereka.Dahlan menolak bekerja sama dengan Belanda yang hendak menjajah Indonesia kembali sehingga Dahlan dituduh non-kooperator. Dahlan dituduh berbuat kriminal selama Jepang berada di Indonesia (Het Dagblad: uitgave van de Nederlandshe Dagbladpers te Batavia, 29&30-8-1946, tuduhan yang mungkin dicari-cari untuk menahannya karena beliau menolak bekerja sama dengan Belanda yang ingin menguasai Indonesia kembali. Dahlan baru dibebaskan dari Penjara Gang Tengah pada Januari 1947, dan kemudian mengunjungi sahabatnya M. Hatta di tempat pengasingannya di Pulau Bangka.
Dalam suatu kesaksian di sebuah simposium di Jakarta, puteri Dahlan Adbullah, Dr Gandasari Abdullah Win, Profesor Emeritus menggambarkan masa perlawanan terhadap NICA ini memberikan dampak memilukan bahi Dahlan Abdullah dan keluarga. "Kami diharuskan pindah dari rumah wali kota di Jalan Diponegoro dan kami kembali ke Persatuan Guru. Ayahanda memboikot pemerintah NICA selama 5 tahun. Kami sangat menderita. Tak ada uang belanja dan juga tak ada penghasilan. Banyak teman-teman papa yang turut bekerja dengan NICA karena mereka tak tahan memboikot NICA. Selama 5 tahun, kami makan nasi jagung, makan sop tulang dan daun singkong. Bergantian kami pergi kerumah gadai untuk menggadaikan perhiasan emas Mama. Mama terpaksa menjual pakaian dan kain batik, masuk keluar rumah menjual barang-barang itu."<ref>{{Cite book|last=Gandasari|first=Abdullah Win|date=2017|title=Ayahanda|publisher=Sambutan Simposium tentang Dahlan Abdullah di Gedung Caraka Loka, Jakarta, Rabu 15 Maret 2017.|url-status=live}}</ref>
== Dahlan Abdullah dan Proklamasi Kemerdekaan RI ==
Dahlan Abdullah dan keluarga tinggal di Oranje Boulevard (sekarang Jalan Diponegoro, Jakarta) karena jabatannya saat itu sebagai wali kota Jakarta sejak Maret 1942. Kediaman Dahlan ini bertetangga dengan Mohammad Hatta, Mr. Soedjono dan Mohammad Yamin, menjadi petunjuk pentingnya posisi Dahlan Abdullah saat itu.Dekatnya jarak rumah para tokoh pergerakan ini membuat komunikasi diantara para tokoh begitu mudah. Apalagi posisi Dahlan saat itu sebagai pemimpin Kota Jakarta, dan juga teman lama Mohammad Hatta memungkinkan misalnya koordinasi dengan masyarakat khususnya pemuda, khususnya terkait perpindahan tempat dan waktu proklamasi kemerdekaan dari Lapangan Ikada ke Pegangsaan Timur (halaman rumah kediaman Soekarno) berjalan lancar. Kehadiran berbagai elemen pada malam penetapan dokumen proklamasi, termasuk Dahlan Abdullah,memungkinkan tindakan pengalihan massa rakyat berjalan dengan cepat. Dahlan Abdullah juga kemungkinan besar diminta Mohammad Hatta untuk memantau situasi di saat-saat yang genting itu. Informasi yang beredar pada awalnya mengatakan upacara proklamasi didadakan di Lapangan Ikada dan kepada Barisan Pelopor dan pemuda umumnya diminta menjaga keamanan. Massa juga diminta tidak perlu membawa panji-panji atau bendera supaya pihak Jepang tidak mencurigai upacara tersebut. Namun pada pagi hari itu ternyata tentara Jepang dengan bersenjata lengkap sudah hadir di Lapangan Ikada.Melihat kondisi itu maka Barisan Pelopor segera ditugaskan memasang kertas yang memuat instruksi agar segera menuju rumah kediaman Soekarno untuk melaksanakan upacara penting tersebut.<ref>Chaniago, Hasril; Nopriyasman; Abdullah, Iqbal Alan (2020). Hal 302-303</ref>
Tidak ada laporan resmi yang menyebutkan siapa saja yang hadir dalam proklamsi kemerdekaan di Pegangsaan Timur Nomor 56 pada hari Jumat 17 Agustus 1945 itu. Akan tetapi menurut keterangan Jamaluddin Abdullah (Alm) dan Gandasari, Dahlan Abdullah turut hadir dalam peristiwa mahapenting itu. Dahlan berdiri di belakang Soekarno pada saat itu.<ref>Chaniago, Hasril; Nopriyasman; Abdullah, Iqbal Alan (2020). Hal 304</ref>
== Pendiri UII, Menginisiasi Badan Penanganan Bencana ==
|