Diponegoro: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
→‎Asal usul: Penambahan jiwa kesejarahan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 51:
Diponegoro lahir di [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]] pada tanggal 11 November 1785 dari ibu yang merupakan seorang selir (''garwa ampeyan''), bernama [[R.A. Mangkarawati]], dari [[Pacitan]] dan ayahnya bernama Gusti Raden Mas Suraja, yang di kemudian hari naik takhta bergelar [[Hamengkubuwana III]].<ref name=":0">{{Cite web|url=https://historia.id/politik/articles/memenuhi-ramalan-pangeran-diponegoro-DW1RP|title=Memenuhi Ramalan Pangeran Diponegoro|last=|first=|date=|website=Historia|language=id|access-date=2020-03-20|archive-date=2022-08-27|archive-url=https://web.archive.org/web/20220827135752/https://historia.id/politik/articles/memenuhi-ramalan-pangeran-diponegoro-DW1RP|dead-url=yes}}</ref> Pangeran Diponegoro sewaktu dilahirkan bernama Bendara Raden Mas Mustahar, kemudian diubah menjadi Bendara Raden Mas Antawirya.<ref>{{Cite news|url=https://tirto.id/intrik-keraton-dan-misteri-kematian-sultan-hamengkubuwana-iv-cAS4|title=Intrik Keraton dan Misteri Kematian Sultan Hamengkubuwana IV|last=Raditya|first=Iswara N|newspaper=tirto.id|language=id-ID|access-date=2017-12-06}}</ref> Nama Islamnya adalah Abdul Hamid.<ref name=":5" /> Setelah ayahnya naik takhta, Bendara Raden Mas Antawirya diwisuda sebagai pangeran dengan nama Bendara Pangeran Harya Dipanegara.
 
Ketika dewasa, Pangeran Diponegoro menolak keinginan sang ayah untuk menjadi raja dan residen Inggris yang bernama JhonJohn Crawford bahkan sampai dua kali Ia sendiri beralasan bahwa posisi ibunya yang bukan sebagai istri [[permaisuri]], membuat dirinya merasa tidak layak untuk menduduki jabatan tersebut, selain itu dia juga tidak mau menjadi sultan karena melihat posisi ayahnya sebagai sultan tetapi kurang independen karena mendapatkan tekanan di sana-sini dari Inggris dan pemerintah blanda karena saat itu daulat keraton sudah tidak di pegang sri sultan tetapi di pegang Hindia Belanda.<ref name=":9">{{Cite web|url=https://tagar.id/pangeran-diponegoro-komandan-perang-jawa|title=Pangeran Diponegoro Komandan Perang Jawa|last=|first=|date=2017-12-23|website=Tagar.id|language=id|access-date=2020-03-21}}</ref>
 
Pangeran Diponegoro dikenal sebagai pribadi yang cerdas, banyak membaca, dan ahli di bidang hukum Islam-Jawa.<ref name=":0" /> Dia juga lebih tertarik pada masalah-masalah keagamaan ketimbang masalah pemerintahan keraton dan membaur dengan rakyat. Sang Pangeran juga lebih memilih tinggal di [[Tegalrejo, Yogyakarta|Tegalrejo]], berdekatan dengan tempat tinggal eyang buyut putrinya, yakni Gusti Kangjeng Ratu Tegalrejo, permaisuri dari Sultan [[Hamengkubuwana I]], daripada tinggal di [[keraton]] sejak kecil Diponegoro sudah sanggat dekat dengan rakyat dan para santri, dalam [[Babad Diponegoro]] di jelaskan kalau semasa kecil Diponegoro di ajarkan menanam padi dan kegiatan rakyat lainnya oleh neneknya di tegal rejo yang menjadikan Diponegoro muda sangat dekat dengan rakyat dan mengerti penderitaan rakyat jawa di bawah tekanan pemerintah kolonial Hindia Belanda.<ref name=":9" />