Keratuan Darah Putih: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Hapus Kategori:Azmatkhan
Tag: Pengembalian manual VisualEditor
Ummu Afif (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 41:
| leader4 = Nurhalim Minak Kejalo Ratu
}}
'''Keratuan Darah Putih''' adalah [[kerajaan|keratuan]] yang berdiri di [[Lampung]], tepatnya [[Lampung Selatan]]. Keratuan ini turut andil pula dalam menyebarkan agama Islam di Lampung.Dalam sejarahnya, sosok Ratu Darah Putih adalah putra dari [[SunanMaulana GunungHasanuddin Jatidari Banten|SyarifMaulana HidayatullahHasanuddin]] yang lebih dikenal dengan nama [[SunanMaulana GunungHasanuddin Jati|Sunandari GunungBanten|Maulana DjatiHasanuddin]]. Ketika [[SunanMaulana GunungHasanuddin Jatidari Banten|SunanMaulana Gunung DjatiHasanuddin]] menjadi [[Kesultanan CirebonBanten|Sultan Cirebon]] dan kemudian mendirikan [[Kesultanan Banten]], SunanMaulana Gunung DjatiHasanuddin melihat pancaran cahaya yang tegak menembus langit. Ia lalu mendatangi sumber cahaya itu, dan ternyata cahaya itu keluar dari Keratuan Pugung Lampung Timur. Pada saat mendatangi Keratuan Pugung, SunanMaulana Gunung DjatiHasanuddin melihat Putri dari Ratu Pugung, yaitu Putri Sinar Alam. Ketika SunanMaulana Gunung DjatiHasanuddin mengutarakan maksud untuk menikahi Putri Sinar Alam, ternyata Ratu Pugung menolak pinangan tersebut. Alasannya, putri pertama tidak boleh menikah dengan selain Keturunan Keratuan Pugung. Untuk mengobati kekecewaan SunanMaulana Gunung DjatiHasanuddin, Ratu Pugung menikahkan putri keduanya dengan SunanMaulana Gunung DjatiHasanuddin. Dari pernikahan ini, Sunan GunungMaulana DjatiHasanuddin dan putri kedua Ratu Pugung mendapatkan keturunan dan diberi nama Minak Gejala Bidin.
 
Ketika SunanMaulana Gunung DjatiHasanuddin kembali ke [[Kota Cirebon|CirebonBanten]], beliau kembali melihat pancaran sinar yang terlihat seperti awal mengunjungi Keratuan Pugung. Dan akhirnya setelah setahun berlalu, SunanMaulana Gunung DjatiHasanuddin kembali mengunjugi Keratuan Pugung dan beliaupun akan menikahi Putri Sinar Alam, dan akhirnya disetujui oleh Ratu Pugung dan dinikahkan dengan putri pertamanya. Ketika Putri Sinar Alam melahirkan putranya, [[SunanMaulana GunungHasanuddin Jati|Sunandari GunungBanten|Maulana DjatiHasanuddin]] tidak sedang ada di Keratuan Pugung dan diberikan nama Minak Gejala Ratu. Ketika mereka besar dan ayah mereka belum pernah mengunjungi mereka, merekapun bertanya "Dimana ayah kami" dan ibunda merekapun menjawab "Ayah kalian adalah seorang Sultan di [[Kota Cirebon|Cirebon]]." Akhirnya mereka berduapun berangkat dengan menaiki perahu untuk menemui ayahnya. Sesampainya di pertengahan jalan, sang kakak yaitu Minak Gejala Bidin merasa cincinnya tertinggal. Dan ia pun memerintahkan adiknya untuk kembali dan mengambil cincinnya itu. Ketika Minak Gejala Ratu kembali untuk mengambil cincin, ibunya pun berkata cincin kakakmu aku selipkan di perbekalan. Sementara karena merasa menunggu lama, Minak Gejala Ratu akhirnya meninggalkan adiknya dan menuju [[Kota Cirebon|Cirebon]] sendirian dan disambut oleh sang ayah dan diberikan harta yang banyak.
 
Ia kemudian kembali ke Lampung. Malangnya, sang adik melihat sang kakak sudah berangkat terlebih dahulu akhirnya Minak Gejala Ratu berangkat juga seorang diri. Ketika menghadap di [[Kesultanan CirebonBanten]], Minak Gejala Ratu tidak diakui karena baru saja kakaknya yang juga mengaku sebagai putranya dari ibu yang berasal dari keturunan Keratuan Pugung. Dengan tidak menyerah, Minak Gejala Ratu terus berusaha meyakinkan sang ayah. Akhirnya sang ayahpun berkata, "Jika kamu anakku, maka darahmu berwarna putih." Akhirnya Minak Gejala Ratu mengambil padi dan ditorehkan dikeningnya, yang kamudian mengeluarkan dan meneteskan darah berwarna putih. Setelah itu, kemudian [[SunanMaulana GunungHasanuddin Jati|Sunandari GunungBanten|Maulana DjatiHasanuddin]] mengganti namanya menjadi Muhammad Aji Saka dan memberikan warisan hanya berupa peti kecil. Ayahnya berpesan "Buka peti itu dimana hatimu merasa pas akan tempat itu." Akhirnya Muhammad Aji Saka berlayar ke [[Lampung]]. Karena dirasa hatinya pas untuk membuka peti akhirnya Muhammad Aji Saka melabuh dan membukanya. ketika dibuka sungguh tak disangka isi peti tersebut berterbangan dan menjadi pasukan yang taat mengabdi kepada Muhammad Aji Saka dan mendirikan Keratuan. Karena darahnya putih maka keratuan tersebut diberi nama Keratuan Darah Putih pada abad ke-15. Kemudian Ratu Darah Putih menikah dengan Putri [[Kesultanan Aceh|Sultan Aceh]] yang bernama Putri Tun Penatih. Adapun makam Ratu Darah Putih berasama sang istri terletak di Keramat Saksi, [[Penengahan, Lampung Selatan|Kuripan, Penengahan]], [[Kabupaten Lampung Selatan]]. Dari Ratu Darah Putih inilah nantinya akan menurunkan pahlawan nasional Lampung, yaitu [[Radin Intan II|Radin Inten II]].<ref>{{cite web|url=https://www.lampungselatankab.go.id/web/2019/04/21/pentas-seni-dan-budaya-keratuan-darah-putih-semarakkan-panggung-utama-lampung-fair-2019/|title=Pentas Seni dan Budaya Keratuan Darah Putih Semarakkan Panggung Utama Lampung Fair 2019|website=www.lampungselatankab.go.id|language=id|access-date=21 Maret 2023}}</ref>
 
== Daftar Penguasa ==