Muntilan, Magelang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Sekolah: Penambahan konten
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Deprilsalucky (bicara | kontrib)
Menambahkan dan merapikan
Baris 2:
{{Untuk|artikel tentang [[ibu kota]] Kabupaten Magelang|Mungkid (Kota)}}
{{kecamatan
| nama = =Muntilan
| foto = {{multiple image|border= infobox|total_width= 300|image_style= border:1;
|peta =
|provinsiperrow =Jawa Tengah1/2
|image1=Kecamatan Muntilan.jpg
|dati2 =Kabupaten
|caption1=<center> Kantor Kecamatan Muntilan
|nama dati2 =Magelang
|nama camat =-
|luas =28,61 km²
|penduduk =79.874 (2018)
|kepadatan =- jiwa/km²
|kelurahan =-
|website ={{URL|https://kecamatanmuntilan.magelangkab.go.id}}
}}
| peta = =
[[Berkas:Kecamatan Muntilan.jpg|jmpl|300px|Kantor kecamatan Muntilan]]
| provinsi = Jawa Tengah
[[Berkas:Muntilan 090917-13250 mun.JPG|jmpl|300px|Gerai kerajinan batu khas Muntilan]]
| dati2 = =Kabupaten
 
| nama dati2 = Magelang
'''Muntilan''' ({{lang-jv|ꦩꦸꦤ꧀ꦛꦶꦭꦤ꧀|Munthilan}}) adalah sebuah kecamatan di [[Kabupaten Magelang]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]] yang menjadi pusat perdagangan dan jasa di bagian Selatan [[Kabupaten Magelang]]. Muntilan terletak sekitar 10 Km dari [[Mungkid (Kota)|Kota Mungkid]] yang menjadi pusat pemerintahan atau ibu kota dari [[Kabupaten Magelang]], 15 Km dari [[Kota Magelang]], dan 25 Km dari [[Kota Yogyakarta]]. Muntilan telah lama menjadi pusat perdagangan dan jasa di bagian Selatan [[Kabupaten Magelang]] dan berada di jalur nasional yang menghubungkan dua ibukota provinsi yaitu [[Kota Semarang]] dan [[Kota Yogyakarta]]. Muntilan memiliki desa sebanyak 14 yaitu: '''[[Tamanagung, Muntilan, Magelang|Tamanagung]], [[Gunungpring, Muntilan, Magelang|Gunungpring]], [[Pucungrejo, Muntilan, Magelang|Pucungrejo]], [[Ngawen, Muntilan, Magelang|Ngawen]], [[Keji, Muntilan, Magelang|Keji]], [[Gondosuli, Muntilan, Magelang|Gondosuli]], [[Menayu, Muntilan, Magelang|Menayu]], [[Adikarto, Muntilan, Magelang|Adikarto]], [[Congkrang, Muntilan, Magelang|Congkrang]], [[Sriwedari, Muntilan, Magelang|Sriwedari]], [[Sedayu, Muntilan, Magelang|Sedayu]], [[Sokorini, Muntilan, Magelang|Sokorini]], [[Tanjung, Muntilan, Magelang|Tanjung]], dan [[Muntilan, Muntilan, Magelang|Muntilan]]'''
| nama camat = -
| luas = =28,61 km²
| penduduk = 79.874 (2018)
| kepadatan = - jiwa/km²
| kelurahan = -
| website = ={{URL|https://kecamatanmuntilan.magelangkab.go.id}}
}}
[[Berkas:Muntilan 090917-13250 mun.JPG|jmpl|300px217x217px|Gerai kerajinan batu khas [[Muntilan, Muntilan, Magelang|Muntilan]]]]
 
'''Muntilan''' ({{lang-jv|ꦩꦸꦤ꧀ꦛꦶꦭꦤ꧀|Munthilan}}) adalah sebuah kecamatan di [[Kabupaten Magelang]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]] yang menjadi pusat perdagangan dan jasa di bagian Selatan [[Kabupaten Magelang]]. Muntilan terletak sekitar 10 Km dari [[Mungkid (Kota)|Kota Mungkid]] yang menjadi pusat pemerintahan atau ibu kota dari [[Kabupaten Magelang]], 15 Km dari [[Kota Magelang]], dan 25 Km dari [[Kota Yogyakarta]]. Muntilan telah lama menjadi pusat perdagangan dan jasa di bagian Selatan [[Kabupaten Magelang]] dan berada di jalur nasional yang menghubungkan dua ibukota provinsi yaitu [[Kota Semarang]] dan [[Kota Yogyakarta]]. Muntilan juga berada di jalur kereta api tua yang menghubungkan Stasiun Tugu [[Kota Yogyakarta]], Stasiun Blabak [[Mungkid]], Stasiun Kebonpolo [[Kota Magelang]], Stasiun Ambarawa, dan Stasiun Tambaksari [[Kota Semarang]] yang sekarang sudah tidak berfungsi lagi. Kecamatan Muntilan dilewati sungai-sungai yang berhulu di [[Gunung Merapi]] antara lain [[Sungai Pabelan,]] Lamat dan Blongkeng. Sungai sungai tersebut merupakan jalur banjir lahar hujan Gunung Merapi yang membawa material berupa pasir dan batu.
 
== Geografi ==
Baris 33 ⟶ 35:
|baratlaut =[[Mungkid, Magelang|Kecamatan Mungkid]]
}}
 
Kecamatan Muntilan dilewati sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi antara lain sungai Pabelan, Lamat dan Blongkeng. Sungai sungai tersebut merupakan jalur banjir lahar hujan Gunung Merapi yang membawa material berupa pasir dan batu.
 
== Sejarah ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Een beeldhouwer aan het werk in een steenhouwerij te Muntilan TMnr 20018447.jpg|jmpl|Seseorang sedang memahat patung, [[Muntilan, Muntilan, Magelang|Muntilan]]]]
Kecamatan Muntilan sudah ada sejak peralihan kekuasaan atas [[Karesidenan Kedu]] dari [[Kesultanan Yogyakarta]] kepada [[pemerintah [[Inggris|kolonial Inggris]] pada tahun 1812. Pada awal keberadaannya, kecamatan ini merupakan tempat pemukiman orang [[Tionghoa|Tionghoa.]] Pada masa [[Perang Diponegoro]], laporan Belanda menyebutkan bahwa salah satu benteng dari proyek [[Benteng Stelsel]] dari [[Jendral De Kock]] dibangun di kecamatan ini.
 
Setelah Perang Diponegoro selesai dan [[Tanam Paksa|Kultuurstelsel]] diberlakukan di Jawa termasuk di Karesidenan Kedu, Muntilan tumbuh menjadi kecamatan. Namun wilayah ini diperintah oleh seorang [[wedana]] yang berkedudukan di Probolinggo (Bolinggo), satu kilometer di sebelah timur Muntilan ke arah [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]], yaitu di wilayah Kecamatan Salam sekarang. Baru pada saat pemerintah kolonial mengadakan reorganisasi pemerintahan pada tahun 1900, Muntilan menerima status sebagai [[kawedanan]] sekaligus [[distrik]]. Dengan perubahan status ini, sejak itu kedudukan wedana dipindahkan dari Probolinggo ke Muntilan sementara di kecamatan ini juga ditempatkan seorang pejabat Belanda berpangkat [[kontrolir]] yang tunduk kepada [[asisten residen]] di Magelang.
 
Peristiwa sejarah penting di Muntilan di antaranya adalah kedatangan Pastur [[van Lith|F. van Lith]] pada tahun 1894 yang memulai penyiaran agama [[Katolik]] di antara masyarakat Jawa. Dalam waktu sepuluh tahun van Lith telah berhasil membangun suatu komunitas umat Katolik Jawa yang mencakup daerah pelayanan hingga [[Sendangsono]] di Kulon Progo, Sumber di utara, Salam di timur, dan Tumpang di arah barat. Sementara itu wilayah [[Borobudur, Magelang|Borobudur]] dilayani oleh rekannya, Pastur Hoevenaar. Van Lith bukan hanya membangun komunitas Katolik namun juga kompleks pendidikan sekolah Katolik yang sampai sekarang masih berfungsi termasuk asrama dan rumah sakit, yang diresmikan pada tahun 1902.
 
Peristiwa sejarah lain yang mempengaruhi tata ruang Kecamatan Muntilan adalah pembukaan rel kereta api oleh [[Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij]] (NISM) pada tahun 1892 yang menghubungkan Yogyakarta dan Magelang. Kecamatan Muntilan dilewati jalur ini dan sebagai teknisinya adalah [[Ir. The Tjien Ing]], yang dipindahkan dari [[Secang, Magelang|Secang]] oleh direksi NISM ke Muntilan pada tahun 1892. The Tjien Ing kemudian diangkat menjadi kepala kampung Tionghoa (''Chineezen Wijk'') pada tahun 1903 dan pada tahun 1912 dilantik di [[klenteng]] Muntilan sebagai letnan Tionghoa (''het luitenant voor Chineezen'') oleh [[kontrolir]] Muntilan. Rumah The Tjien Ing yang sekarang berada di Jalan dr. Sutomo, merupakan tempat tinggal sementara Pastur Van Lith ketika tiba di Muntilan pada tahun 1893. Ia baru pindah ke kompleks Perikanan Muntilan sekarang pada tahun 1894.
 
Ketika [[Perang Dunia II]], Muntilan menjadi tempat sebuah kamp tahanan perang oleh tentara [[Jepang]] yang menggunakan kompleks sekolah [[Katolik]] di sana. Mereka yang menghuni kamp internir ini terutama terdiri atas banyak keluarga [[Belanda]].
 
== Pemerintahan ==
Baris 67 ⟶ 68:
 
== Pendidikan ==
=== Sekolah Dasar ===
* Play Group Bentara Wacana Muntilan
* PAUD Bina Anak Sholeh Muntilan
Baris 90 ⟶ 91:
* MI Ma'arif Ponggol Tamanagung
* MI Muhammadiyah kaweron muntilan
 
* MTs Maarif 1 Muntilan di Gondosuli
=== Sekolah Menengah Pertama ===
* MTs Maarif 2 Muntilan di Gunungpring
* SMP Marsudirini Marganingsih Muntilan
* SMP Kanisius Muntilan
Baris 101 ⟶ 102:
* SMP Muhammadiyah Muntilan
* SMP Bentara Wacana Muntilan
* MTs Maarif 1 Muntilan di Gondosuli
* MTs Maarif 2 Muntilan di Gunungpring
* MTs Pon-Pes Al Iman Muntilan
 
=== Sekolah Menengah Atas ===
* [[SMA Negeri 1 Muntilan]]
* [[SMA Marsudirini Muntilan]]
* [[SMA Muhammadiyah 1 Muntilan]]
* SMA Muhammadiyah 2 Muntilan
* [[SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan]]
* SMA Bentara Wacana Muntilan
* SMA Pendowo Muntilan
 
* SMK Pangudi Luhur Muntilan
=== Sekolah Menengah Kejuruan ===
* [[SMK Pangudi Luhur Muntilan]]
* SMK Sanjaya Muntilan
* [[SMK Muhammadiyah 2 Muntilan|SMK Muhammadiyah 1 Muntilan]]
Baris 116 ⟶ 123:
 
== Pariwisata ==
Wisata religi yang sangat dikenal oleh masyarakat di antaranya adalah makam Kyai Raden Santri Gunungpring di Desa [[Gunungpring, Muntilan, Magelang|Gunungpring,]]<ref>{{Cite journal|last=Qowiyyudin|first=Adib Abbiya|date=2021-01-15|title=Situs Makam Gunungpring (Studi Tentang Peran Kyai Raden Santri Terhadap Islamisasi di Magelang, Jawa Tengah (1660-1810 M).|url=http://dx.doi.org/10.14421/panangkaran.2020.0401-04|journal=Panangkaran: Jurnal Penelitian Agama dan Masyarakat|volume=4|issue=1|pages=73–87|doi=10.14421/panangkaran.2020.0401-04|issn=2614-3461}}</ref> [[Gunungpring, Muntilan, Magelang|Muntilan, Magelang]], yang dikunjungi oleh sekitar 1000 pengunjung setiap harinya dari berbagai daerah di Indonesia. Makam ini berada di gugusan bukit Gunungpring. Juga makam [[Romo Sandyoyo]], [[Kerkop Muntilan]], yang dikenal dan dikunjungi oleh umat Katholik di Indonesia.
 
Pusat penyebaran agama Islam yang utama pada abad 16 adalah wilayah Gunungpring. Pada abad 19-an akhir berdiri Pondok Pesantren Watucongol Muntilan yang didirikan oleh Kyai Nahrawi Dalhar atau dikenal dengan Mbah [[Dalhar bin Abdurrahman]]. Ia mukim di Mekah selama 25 tahun dan termasuk keturunan Amangkurat II Kasultanan Surakarta. Watucongol juga menjadi pusat Tarekat Syadzaliyah, salah satu tarekat mu'tabarah di lingkungan Nahdlatul Ulama. Sepeninggal Mbah Dalhar, Pondok ini diteruskan KH. [[Ahmad Abdul Haq]] (w.2010), putra kedua Mbah Dalhar. Pondok ini sering dikunjungi presiden-presiden yang sedang menjabat. Sepeninggal beliau, pondok diteruskan oleh putra-putra beliau, di antara yang utama adalah [[KH. Ali Qoishor Abdul Haq]]. Hingga kini, di lingkungan Watucongol berdiri Pondok Addalhariyah, Darussalam TImur, dan Darussalam itu sendiri.
 
Pada awal abad 20 [[Yesuit]] hadir di Muntilan. Terdapat sebuah [[seminari]] dan [[nekropolis]] yang banyak berisi peninggalan para anggota lamanya. Kardinal [[Julius Darmaatmadja]], kardinal [[Gereja Katolik Roma]] dan Uskup Agung Jakarta saat ini, lahir di Muntilan. Selain itu di kota ini terdapat lembaga pendidikan yang dikelola oleh yayasan Katolik sejak zaman Belanda. Yang paling menonjol adalah Sekolah Guru (''Kweekschool'')(sekarang SMA Van Lith Pangudi Luhur). Di samping itu juga ada beberapa sekolah dasar bagi anak-anak pribumi. Selain beberapa tokoh rohaniawan Katolik, lembaga pendidikan itu juga meluluskan sejumlah tokoh nasional seperti mendiang [[Frans Seda]] (mantan Menteri Keuangan), Simbolon (Kolonel), dan [[Sartono Kartodirdjo]] (sejarawan).
 
Di wilayah kecamatan ini juga terdapat [[candi]] peninggalan agama [[Buddha]], yaitu [[Candi Ngawen]]. Candi ini yang cukup menarik karena berjajar lima bangunan dalam satu kompleks, dengan pahatan [[singa]] pada masing-masing sudut kaki candi.
 
== Referensi ==