Keharmonisan beragama: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Assyari374 (bicara | kontrib)
k +image
Assyari374 (bicara | kontrib)
k +sutasoma
Baris 5:
Sejarah dan pengalaman kita pada zaman Nusantara ini dapat membantu kita untuk hidup damai dan selaras secara sempurna dengan komunitas yang lain. Hal ini juga akan membimbing kita ke jalan yang benar yang dapat menimbulkan kerukunan antara komunitas dan dunia yang bahagia, damai dan harmonis.
<ref>PEMELIHARAAN KEHARMONISAN DAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN, [https://kesbangpol.jatengprov.go.id/pemeliharaan-keharmonisan-dan-kerukunan-umat-beragama-dan-penghayat-kepercayaan/ Warta propinsi Jateng] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20210926183923/https://kesbangpol.jatengprov.go.id/pemeliharaan-keharmonisan-dan-kerukunan-umat-beragama-dan-penghayat-kepercayaan/ |date=2021-09-26 }}</ref>
 
== Kakawin Sutasoma ==
Dalam naskah [[Kakawin Sutasoma]] yang termasyhur, motto kerukunan beragama sudah mulai diperkenalkan dan dicanangkan melalui semboyan bangsa Indonesia: Bhinneka Tunggal Ika. Semboyan ini digambarkan lewat sebuah cerita epis di mana pangeran Sutasoma sebagai tokoh protagonisnya mengemban amanat dan mengajarkan mengenai [[toleransi]] antar [[agama]], terutama antar agama [[Hindu]]-[[Siwa]] dan [[Buddha]] pada saat itu. Cerita kakawin ini digubah oleh [[Empu Tantular]] pada [[abad ke-14]] pada masa pemerintahan [[Hayam Wuruk]], kerajaan [[Majapahit]].
 
== Referensi ==