Kabupaten Purworejo: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
typo Tag: Pengembalian manual VisualEditor |
Menambahkan dan merapikan |
||
Baris 35:
| foto = {{multiple image|border= infobox|total_width= 300|image_style= border:1;
|perrow = 2/2
|image1=
|image2=
|image3=Terminal Kutoarjo Kab.Purworejo Yg Baru.jpg
|image4=Es Dawet Hitam Khas Butuh Kutoarjo Kab.Purworejo.jpg
|image5=Stasiun Kutoarjo, 2019.jpg
|image56=Purworejo train station 120820 0015.jpg
}}
| caption = '''Dari kiri; ke kanan''': [[Alun-alun Purworejo]], [[Dolalak]] tarian khas Purworejo, [[
| translit_lang1_type = [[Hanacaraka]]
| translit_lang1_info = ꦥꦸꦂꦮꦉꦗ
Baris 47 ⟶ 49:
| translit_lang1_type2 = [[Bahasa Jawa|Alfabet Jawa]]
| translit_lang1_info2 = Purwårějå
}}
Baris 109 ⟶ 110:
=== Industri ===
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Het kantoor van de suikerfabriek van Poerworedjo Midden-Java TMnr 60010219.jpg|jmpl|
Di bidang industri, Purworejo memiliki satu [[industri]] [[tekstil]] di Kecamatan Banyuurip yaitu PT. Ungulrejo Wasono. Selain tekstil, di kecamatan ini ada dua industri pengolahan kayu dengan 387 tenaga kerja. Satu industri yang sama dengan 235 tenaga kerja di Kecamatan Bayan. Saat ini hasil industri yang mulai naik daun adalah pembuatan bola sepak. Industri ini mulai dirintis tahun 2002 di Desa Kaliboto, Kecamatan Bener, bola sepak bermerek ''Adiora'' itu sudah menembus pasar mancanegara. Meski baru setahun berdiri, pembuatan bola sepak itu mewarnai kehidupan masyarakat Kecamatan Bener.
Pada tahun 2007 berdiri cabang dari rokok Sampoerna di Kecamatan Bayan yang telah memberi kesempatan kerja relatif banyak dengan SDM tidak hanya yang berasal dari Kabupaten Purworejo saja, karena banyak juga tenaga kerja berasal dari luar kabupaten, yaitu: dari Kabupaten Wonosobo dan Temanggung.
Baris 117 ⟶ 118:
Di samping itu, terdapat juga air terjun "Curug Muncar" dengan ketinggian ± 40m yang terletak di kecamatan Bruno dengan panorama alam yang masih alami.<ref>{{Cite web |url=http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2009/09/15/80654/Menata.Ulang.Pariwisata.Purworejo. |title=Pariwisata Curug Muncar |access-date=2011-02-01 |archive-date=2010-08-11 |archive-url=https://web.archive.org/web/20100811002247/http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2009/09/15/80654/Menata.Ulang.Pariwisata.Purworejo. |dead-url=yes }}</ref> Gua pencu di desa Ngandagan merupakan bentuk benteng seperti [[gua]] pada zaman Hindia Belanda, dan pada masa itu gua pencu pernah didatangi oleh Presiden Sukarno, tetapi sekarang sudah tidak terawat karena kurang pedulinya aparatur pemerintahan desa.
[[Berkas:
[[Berkas:Jatimalang Beach, Purworejo, Central Java 03.JPG|al=|jmpl|274x274px|[[Pantai Jatimalang]]]]
Beberapa objek wisata lainnya di Purworejo;{{col|2}}
* [[Alun-Alun Purworejo]]
Baris 183 ⟶ 185:
== Kesenian ==
[[Berkas:PSX 20200303 183931.jpg|jmpl|225x225px|[[Dolalak|Tari Dolalak]] merupakan tarian khas daerah Purworejo.]]Purworejo memiliki kesenian yang khas, yaitu [[dolalak]], tarian tradisional diiringi musik perkusi tradisional seperti: Bedug, rebana, kendang.
Satu kelompok penari terdiri dari 12 orang penari, dimana satu kelompok terdiri dari satu jenis gender saja (seluruhnya pria, atau seluruhnya wanita). Kostum mereka terdiri dari: Topi pet (seperti petugas stasiun kereta), rompi hitam, celana hitam, kacamata hitam, dan berkaos kaki tanpa sepatu (karena menarinya di atas tikar). Biasanya para penari dibacakan mantra hingga menari dalam kondisi trance (biasanya diminta untuk makan padi, tebu, kelapa) kesenian ini sering disebut juga dengan nama [[Dolalak]]
[[Dzikir Saman]] mengadopsi kesenian tradisional aceh dan bernuansa islami, dengan penari yang terdiri dari 20 pria memakai busana muslim dan bersarung, nama Dzikir Saman diambil dari kata samaniyah (''arab'', artinya: sembilan), yang dimaksudkan sembilan adegan dzikir. diiringi musik perkusi islami ditambah kibord dan gitar. pada jeda tiap adegan disisipi musik-musik yang di''request'' oleh penonton)
=== Tari Dolalak ===
[[Dolalak|Tari dolalak]] merupakan tarian khas daerah Purworejo. Tari ini merupakan percampuran antar budaya Jawa dan budaya barat. Pada masa penjajahan Belanda, para serdadu Belanda sering menari-nari dengan menggunakan seragam militernya dan diiringi dengan nyanyian yang berisi sindiran sehingga merupakan pantun.
|