Pakubuwana XII: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Amangkubumi (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Amangkubumi (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 57:
Teka-teki itu kian terkuak waktu jenazah [[Pakubuwana XI]] dimakamkan di [[Pemakaman Imogiri|Astana Imogiri]], Suryo Guritno tidak terlihat hadir di pemakaman. Sebelum naik takhta sebagai raja, Suryo Guritno diangkat sebagai putra mahkota dengan gelar KGPH. Puruboyo. Terlepas setuju atau tidak, keluarga [[Keraton Surakarta|keraton]] harus mulai bisa menerima pertanda itu, sebab berdasarkan kepercayaan adat [[Keraton Surakarta|keraton]], bakal raja dipantangkan datang ke pemakaman. Namun versi lain menyebutkan, pengangkatan Suryo Guritno itu berkaitan erat dengan peran yang dimainkan [[Soekarno|Presiden Soekarno]]. Pakubuwana XII dipilih karena masih muda dan mampu mengikuti perkembangan serta tahan terhadap situasi. Meski raja baru telah disepakati, tetapi bukan berarti seluruh persoalan terselesaikan. Rencana penobatan Suryo Guritno itu sempat mendapat tentangan keras dari ''Kooti Jimu Kyoku Tyokan'', Pemerintah [[Gubernur]] [[Kekaisaran Jepang|Jepang]]. Jepang menyatakan tidak berani menjamin keselamatan calon raja.
 
== Menyatakan Bergabung Dengan Republik Indonesia ==
== Riwayat Pemerintahan ==
 
=== Masa Revolusi Fisik ===
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Pakoe Boewono XII de Susuhunan van Solo in de kraton TMnr 60052129.jpg|jmpl|360x360px|Susuhunan Pakubuwana XII dalam sebuah kesempatan di Sasana Handrawina, [[Keraton Surakarta]], sekitar tahun [[1945]]-[[1949]].]]
Raden Mas Suryo Guritno naik takhta sebagai Pakubuwana XII pada tanggal [[11 Juni]] [[1945]]. Awal pemerintahan Pakubuwana XII hampir bersamaan dengan lahirnya [[Republik Indonesia]]. Karena masih berusia sangat muda, dalam menjalankan pemerintahan sehari-hari, ia sering kali didampingi ibunya, GKR. Pakubuwana, yang dikenal dengan julukan ''Ibu Ageng''. Pakubuwana XII dijuluki '''Sinuhun Hamardika''' karena merupakan Susuhunan Surakarta pertama yang memerintah pada era kemerdekaan.
Baris 64:
Sesudah Proklamasi Kemerdekaan, pada [[1 September]] [[1945]] Pakubuwana XII bersama [[Mangkunegara VIII]], secara terpisah mengeluarkan dekret (maklumat) resmi kerajaan yang berisi pernyataan ucapan selamat dan dukungan terhadap [[Republik Indonesia]], empat hari sebelum maklumat [[Hamengkubuwana IX]] dan [[Pakualam VIII]]. Lima hari kemudian, [[6 September]] [[1945]], [[Kesunanan Surakarta]] dan [[Praja Mangkunegaran]] mendapat Piagam Penetapan [[Daerah Istimewa Surakarta|Daerah Istimewa]] dari [[Soekarno|Presiden Soekarno]].
 
=== Masa Revolusi Fisik ===
Selama [[Revolusi Nasional Indonesia|revolusi fisik]] Pakubuwana XII memperoleh pangkat militer kehormatan (tituler) Letnan Jenderal dari [[Soekarno|Presiden Soekarno]]<ref>{{cite news
| last = Ricky
Baris 77 ⟶ 78:
[[Belanda]] yang tidak merelakan kemerdekaan [[Indonesia]] berusaha merebut kembali negeri ini dengan kekerasan. Pada bulan [[Januari]] [[1946]] [[ibu kota Indonesia]] terpaksa pindah ke [[Yogyakarta]] karena [[Jakarta]] jatuh ke tangan [[Belanda]]. Pemerintahan [[Indonesia]] saat itu dipegang oleh [[Sutan Syahrir]] sebagai [[perdana menteri]], selain [[Soekarno|Presiden Soekarno]] selaku kepala negara. Sebagaimana umumnya pemerintahan suatu negara, muncul golongan oposisi yang tidak mendukung sistem pemerintahan [[Sutan Syahrir|Perdana Menteri Sutan Syahrir]], misalnya kelompok [[Jenderal Sudirman]].
 
== Dibekukannya Daerah Istimewa Surakarta ==
Karena [[Yogyakarta]] menjadi pusat pemerintahan, secara otomatis [[Surakarta]] yang merupakan saingan lama menjadi pusat oposisi. Kaum radikal bernama Barisan Banteng yang dipimpin Dr. Muwardi dengan berani menculik Pakubuwana XII dan [[Sutan Syahrir]] sebagai bentuk protes terhadap pemerintah [[Indonesia]].