Kepayang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kembangraps (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Kembangraps (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 41:
Ungkapan "mabuk kepayang" dalam [[bahasa Melayu]] maupun bahasa Indonesia digunakan untuk menggambarkan keadaan seseorang yang sedang jatuh [[cinta]] sehingga tidak mampu berpikir secara logis, seakan-akan habis memakan kepayang.<ref>{{Cite news|date=2018-07-01|title=Asal-usul Ungkapan 'Mabuk Kepayang', Ternyata dari Nama Buah|url=https://lifestyle.okezone.com/read/2018/06/29/298/1915845/asal-usul-ungkapan-mabuk-kepayang-ternyata-dari-nama-buah|work=[[Okezone.com]]|language=id-ID|access-date=2022-08-18}}</ref><ref>{{Cite news|last=Liputan6.com|date=2021-10-22|editor-last=Mutiah|editor-first=Dinny|title=6 Fakta Menarik Kepahiang yang Diyakini Asal Munculnya Sebutan Mabuk Kepayang|url=https://www.liputan6.com/lifestyle/read/4689292/6-fakta-menarik-kepahiang-yang-diyakini-asal-munculnya-sebutan-mabuk-kepayang|work=[[Liputan6.com]]|language=id|access-date=2022-08-18}}</ref>
 
Pemanfaatan keluak diambil dari isi cangkang biki yang keras yang berwarna hitam (setelah diolah). Penemuan arkeologi di Gua Niah, Sarawak, menunjukkan bahwa di masa Pleistosen akhir, manusia telah menguasai teknologi sederhana pemunah racun keluak dengan memasukkannya pada lubang-lubang<ref>{{Cite book|last=Piper|first=Philip J.|date=26 Nov 2015|url=https://www.routledgehandbooks.com/doi/10.4324/9781315725444.ch3|title=Human cultural, technological and adaptive changes from the end of the Pleistocene to the mid-Holocene in Southeast Asia. In: The Routledge Handbook of Bioarchaeology in Southeast Asia and the Pacific Islands.|publisher=Routledge|editor-last=Oxenham|editor-first=Marc|chapter=Human cultural, technological and adaptive changes from the end of the Pleistocene to the mid-Holocene in Southeast Asia.|editor-last2=Buckley|editor-first2=Hallie R.|url-status=live}}</ref>
 
== Pranala luar ==