Hipatia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
 
Baris 15:
| influenced = {{hlist|[[Damaskios]]|[[Sinesios dari Kirene]]}}
}}
'''Hipatia'''{{efn|{{lang-grc-gre|Ὑπατία}} ''Hypatía'', pelafalan [[bahasa Yunani Koine|Yunani Koine]]: {{IPA-el|y.pa.ˈti.a|}}}} (lahir antara [[350]] dan [[370]]; meninggal tahun [[415]]) adalah seorang filsuf, astronom, dan matematikawan [[Helenisme|Helenistik]] yang tinggal di kota [[Aleksandria]], [[Mesir (provinsi Romawi)|Mesir]], yang pada masa itu merupakan bagian dari [[Kekaisaran Romawi Timur]]. Ia merupakan tokohfilsuf aliran [[neoplatonisme]] di Aleksandria, dan di kota tersebuttempat ia mengajarkanmengajar ilmu filsafat dan astronomi. Ia adalah matematikawan wanita pertama dengan keterangan sejarah yang cukup mudah untuk ditemui. Hipatia dikenal pada masanya sebagai seorang guru besar dan penasihat yang bijakbijaksana. Ia pernah menulis sebuah ulasan untuk ''Aritmetika'' karya [[Diofantos]] yang terdiri dariatas tiga belas jilid, dan ulasan ini telah disisipkan ke dalam naskah aslinya. Ia juga pernah membuat ulasan untuk risalah [[Apolonios dari Perga]] mengenai [[irisan kerucut]], tetapi ulasan ini sudah hilang ditelan zaman. Banyak ahli modern yang meyakini bahwa Hipatia mungkin pernah menyunting naskah ''[[Almagest]]'' karya [[Klaudius Ptolemeus|Ptolemaios]] berdasarkan judul ulasan buatan ayahnya, [[Theon dari Aleksandria|Theon]], untuk Buku III ''Almagest''.
 
Hipatia dikenal karena pernah membuat [[astrolab]] dan [[hidrometer]], tetapi ia bukanlah penemu kedua alat ini, dan alat-alat ini sendiri sudah digunakan jauh sebelum ia lahir. Walaupun Hipatia adalah seorang [[agama Helenistik|pagan]], ia toleran terhadap orang-orang Kristen dan memiliki banyak murid Kristen, termasuk [[Sinesios]] yang kelak akan menjadi Uskup [[Ptolemais, Kirenaika|Ptolemais]]. Sumber-sumber kuno mencatat bahwa Hipatia disukai oleh orang pagan maupun Kristen, dan ia sangat berpengaruh di kalangan elit politik Aleksandria. Menjelang akhir hayatnya, Hipatia menasihati [[Orestes (prefek)|Orestes]], [[prefek Romawi]] di Aleksandria yang saat itu tengah bersaing secara politik dengan [[Patriark Aleksandria|Uskup Aleksandria]] [[Sirilus dari Aleksandria|Kirilos]]. Muncul desas desus bahwa Hipatia adalah orang yang membuat Orestes tidak bisa rukun dengan Kirilos, dan pada Maret 415, Hipatia dibunuh oleh gerombolan Kristen yang dipimpin oleh seorang [[lektor]] yang bernama Petros.
 
Pembunuhan Hipatia mengguncang kekaisaran dan mengubah sosoknya menjadimenjadikannya seorang "[[martir]] untuk filsafat", sehingga tokoh-tokoh neoplatonis sesudahnya (seperti [[Damaskios]]) menjadi semakin ganas dalam mengkritik agama Kristen. Pada [[Abad Pertengahan]], Hipatia dijadikan simbol kebajikan Kristen, dan para ahli meyakini bahwa legenda Santa [[Katarina dari Aleksandria]] dilandaskan pada kisah Hipatia. Pada [[Abad Pencerahan]], Hipatia menjadi simbol perlawanan terhadap [[Gereja Katolik|agama Katolik]]. Pada abad ke-19, karya-karya sastra Eropa (khususnya novel ''[[Hypatia (novel)|Hypatia]]'' karya [[Charles Kingsley]] dari tahun 1853) [[Romantisisme|meromantisasi]] Hipatia sebagai "orang [[Helenisme|Helen]] terakhir". Pada abad ke-20, Hipatia juga menjadi simbol dalam pergerakan [[hak wanita]]. Semenjak akhir abad ke-20, mulai muncul penggambaran yang mengait-ngaitkan kematian Hipatia dengan kehancuran [[Perpustakaan Aleksandria]], meskipun faktanya perpustakaan itu sudah tidak lagi ada pada masa kehidupan filsuf wanita tersebut.
 
== Riwayat ==
Baris 34:
[[Berkas:Letter of Synesius to Hypatia b2.jpg|jmpl|Salah satu dari tujuh surat [[Sinesios]] kepada Hipatia, hasil cetakan tahun 1553.]]
 
Menurut Watts, terdapat dua ragam utama neoplatonisme yang diajarkan di Aleksandria pada akhir abad keempat.{{sfn|Watts|2008|page=200}} Yang pertama adalah neoplatonisme religius yang sangat [[pagan]] dan diajarkan di [[Serapeion]]; aliran ini sangat dipengaruhi oleh ajaran [[Iamblikos]].{{sfn|Watts|2008|page=200}} Ragam kedua adalah aliran yang lebih moderat dan tidak terlalu berpolemik. Aliran yang didukung oleh Hipatia dan ayahnya{{sfn|Watts|2008|pages=200–201}} ini dilandaskan pada ajaran [[Plotinos]].{{sfn|Watts|2008|pages=200–201}} Walaupun Hipatia sendiri adalah seorang pagan, ia toleran terhadap orang Kristen,{{sfn|Bregman|1982|pages=38–39}}{{sfn|Cameron|Long|Sherry|1993|pages=58–59}} bahkan semua muridnya yang tercatat dalam sejarah beragama Kristen.{{sfn|Cameron|Long|Sherry|1993|page=58}} Salah satu muridnya yang paling terkenal adalah [[Sinesios dari Kirene]],{{sfn|Watts|2017|pages=67–70}}{{sfn|Castner|2010|page=49}}{{sfn|Waithe|1987|page=173}}{{sfn|Curta|Holt|2017|page=283}} yang kelak menjadi Uskup [[Ptolemais, Kirenaika|Ptolemais]] (kini di [[Libya]] timur) pada tahun 410.{{sfn|Watts|2017|page=88}}{{sfn|Curta|Holt|2017|page=283}} Setelah menjadi uskup, ia masih bertukar surat dengan Hipatia,{{sfn|Dzielska|1996|p=28}}{{sfn|Waithe|1987|page=173}}{{sfn|Curta|Holt|2017|page=283}} dan surat-suratnya saat ini dipakai oleh sejarawan untuk mengetahui kiprah Hipatia.{{sfn|Waithe|1987|page=173}}{{sfn|Banev|2015|page=100}}{{sfn|Watts|2017|pages=88–90}}{{sfn|Curta|Holt|2017|page=283}}{{sfn|Bradley|2006|page=63}} Terdapat tujuh surat dari Sinesios kepada Hipatia yang masih ada hingga kini,{{sfn|Curta|Holt|2017|page=283}}{{sfn|Waithe|1987|page=173}} tetapi tidak ada satu pun surat dari Hipatia kepada Sinesios yang telah ditemukan.{{sfn|Curta|Holt|2017|page=283}} Dalam sebuah surat yang ditulis sekitar tahun 395, Sinesios menulis kepada temannya, Herkulianos, bahwa Hipatia adalah "... seseorang yang sangat terkenal, reputasinya sungguh luar biasa. Kita telah melihat dan mendengar sendiri dirinya dengan terhormat membicarkaan misteri-misteri filsafat."{{sfn|Waithe|1987|page=173}} Surat-surat Sinesios juga menunjukkan bahwa di sekolah Hipatia terdapat "lingkaran dalam" untuk murid-murid tertentu, dan hal ini lumrah bagi guru-guru pada zaman kuno, termasuk Plato atau Plotinos.{{sfn|Watts|2017|page=66-67}}
 
Sejarawan Kristen [[Sokrates dari Konstantinopel]] (disebut juga Sokrates Skolastikos), yang merupakan orang yanghidup sezaman dengan Hipatia, mendeskripsikan sosok filsuf wanita tersebut dalam karyanya, ''Sejarah Keuskupan'':{{sfn|Booth|2017}}
 
{{quote|TerdapatAda seorang wanita di Aleksandria yang bernama Hipatia, putri filsuf Theon, yang telah membuat pencapaian dalam bidang sastra dan ilmu pengetahuan hingga melampaui semua filsuf pada zamannya. Sebagai penerus mazhab Plato dan Plotinos, ia menjelaskan asas-asas filsafat kepada para pendengarnya, dan banyak dari mereka yang datang dari jauh untuk belajar darinya. Berkat penguasaan diri dan keluwesan yang telah ia peroleh dari pengembangan pikiran, ia tidak jarang munculia tampil di muka umum di hadapan para pejabat. Ia juga tidak malu saat mendatangi perkumpulan lelakikaum pria. Karena semua lelakipria semakin mengaguminya berkat martabat dan kebajikannya yang luar biasa.{{sfn|Sokrates dari Konstantinopel}}}}
 
Sejarawan Kristen lain yang sezaman dengan Hipatia adalah [[Filostorgios]], dan ia menulis bahwa Hipatia lebih unggul dari ayahnya dalam bidang matematika.{{sfn|Waithe|1987|page=173}} Sementara itu, ahli [[leksikografi]] [[Hesikhios dari Iskandariyah|Hesikios dari Aleksandria]] mencatat bahwa Hipatia juga merupakan seorang astronom yang sangat berbakat seperti ayahnya.{{sfn|Waithe|1987|page=173}}{{sfn|Booth|2017|page=141}} Damaskios menulis bahwa Hipatia "amat cantik dan rupawan",{{sfn|Booth|2017|page=117}}{{sfn|Deakin|2007|page=62}} tetapi tidak ada hal lain yang diketahui mengenai penampilan fisiknya,{{sfn|Booth|2017|pages=116–117}} dan juga tidak ada gambar Hipatia dari zaman kuno yang telah ditemukan.{{sfn|Booth|2017|page=116}} Damaskios mengatakan bahwa Hipatia tetap perawan seumur hidup,{{sfn|Booth|2017|pages=128–130}}{{sfn|Watts|2017|pages=74–75}} dan ketika salah satu laki-laki yang datang ke ceramahnya mencoba merayunya, Hipatia menenangkan nafsu di diri lelaki tersebut dengan memainkan alat musik [[lira (alat musik)|lira]].{{sfn|Watts|2017|page=75}}{{sfn|Deakin|2007|page=62}}{{efn|Musik merupakan obat [[Pitagoreanisme|Pitagorean]] untuk menenangkan hawa nafsu,{{sfn|Watts|2017|page=75}} dan kebiasaan ini berasal dari [[anekdot]] dari kehidupan [[Pitagoras]] yang mengatakan bahwa konon ketika ia bertemu dengan beberapa pemuda mabuk yang mencoba masuk rumah seorang wanita yang berbudi luhur, Pitagoras bernyanyi dengan khidmat dan "keinginan yang membara" pada benak para lelaki itu pun sirna.{{sfn|Riedweg|2005|page=30}}}} Ketika lelaki itu masih tetap mencoba mendekatinya, Hipatia menolaknya{{sfn|Booth|2017|page=128}}{{sfn|Watts|2017|page=75}}{{sfn|Deakin|2007|page=62}} dengan menunjukkan kain yang sudah dicemari darah [[menstruasi]]nya, dan ia pun berkata "Ini yang sesungguhnya kamu cintai, anak muda, tetapi kamu tidak mencintai kecantikan itu sendiri."{{sfn|Booth|2017|page=128}}{{sfn|Watts|2017|page=75}}{{sfn|Deakin|2007|page=62}} Damaskios juga menceritakan bahwa lelaki muda itu sangat trauma sampai-sampai ia langsung berhenti menginginkannya.{{sfn|Booth|2017|page=128}}{{sfn|Watts|2017|page=75}}{{sfn|Deakin|2007|page=62}}