Kesunanan Surakarta Hadiningrat: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Pengembalian manual Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 84:
Selanjutnya, oleh Pakubuwana II nama Desa Sala kemudian diubah menjadi '''Surakarta Hadiningrat'''. Nama "Surakarta" digunakan sebagai kebalikan dari "Kartasura", yang dimaksudkan untuk membuang riwayat buruk mengenai peristiwa jatuhnya [[Keraton Kartasura]] di tangan pemberontak sewaktu [[Perang Jawa (1741-1743)]]. Selain itu, kata ''sura'' dalam [[bahasa Jawa]] berarti "keberanian" dan ''karta'' berarti "makmur"<ref name="kompleks bangunan keraton surakarta"/> (versi lain mengartikannya sebagai "penuh" atau "sempurna");<ref>{{cite web|url=https://dprd.surakarta.go.id/selayang-pandang/|title=Situs Resmi DPRD Kota Surakarta: Selayang Pandang Kota Surakarta}}</ref> dengan harapan bahwa Surakarta menjadi tempat di mana penghuninya adalah orang-orang yang selalu berani berjuang untuk kebaikan serta kemakmuran negara dan bangsa.<ref name="kompleks bangunan keraton surakarta"/>
== Status Politis Masa Kolonial==
Surakarta pada masa kolonial Belanda merupakan daerah [[''Vorstenlanden'']] atau [[swapraja]], yaitu daerah yang berhak memerintah sendiri / tidak diatur oleh UU seperti daerah lain tetapi diatur dengan kontrak politik antara [[Gubernur Jenderal]] dan Sri Sunan. Ada dua macam kontrak politik, yaitu kontrak panjang tentang kesetaraan kekuasaan keraton dengan Belanda, dan pernyataan pendek tentang pengakuan atas kekuasaan Belanda. Kasunanan Surakarta diatur dalam kontrak panjang, sementara [[Mangkunegaran]] diatur dalam pernyataan pendek.<ref name="DIS" />
Sejak Gubernur Jenderal [[G.J. Van Heutz]] (1851-1924), setiap terjadi pergantian raja, maka diadakan pembaharuan kontrak. Kontrak terakhir untuk Kasunanan diatur dalam S 1939/614, sedangkan untuk [[Mangkunegaran]] diatur dalam S 1940/543.<ref name="DIS">Imam Samroni, dkk. "Daerah Istimewa Surakarta", Pura Pustaka Yogyakarta, Februari 2010</ref>
== Perkembangan ==
|