Silsilah Penguasa Kerajaan Panjalu Ciamis: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Angayubagia (bicara | kontrib) Tag: Suntingan visualeditor-wikitext |
Angayubagia (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan visualeditor-wikitext |
||
Baris 21:
== Prabu Sanghyang Cakradewa ==
Sanghyang Cakradewa memperisteri seorang puteri Galuh bernama Ratu Sari Kidang Pananjung dan mempunyai enam orang anak yaitu:
# Sanghyang Lembu Sampulur II
▲3) Sanghyang Panji Barani,
▲5) Ratu Mamprang Kancana Artaswayang, dan
▲6) Ratu Pundut Agung (diperisteri Maharaja Sunda).
Petilasan Prabu Sanghyang Cakradewa terdapat di Cipanjalu.
Baris 69 ⟶ 62:
Sanghyang Borosngora mempunyai dua orang putera yaitu:
▲1) Rahyang Kuning, dan
▲2) '''Rahyang Kancana.'''
Prabu Sanghyang Borosngora juga didamping oleh Guru Aji Kampuhjaya dan Bunisakti, dua orang ulama kerajaan yang juga merupakan senapati-senapati pilih tanding.
Baris 85 ⟶ 76:
Hyang Bunisora atau Mangkubumi Suradipati menikah dengan Dewi Laksmiwati dan menurunkan 4 (empat) anak (Djadja Sukardja,2007):
▲1). Giri Dewata (Gedeng Kasmaya) di Cirebon Girang menikahi Ratna Kirana puteri Ratu Cirebon Girang, di lereng Gunung Ciremai.
▲2). [[Bratalegawa]] (Haji baharudin/Haji Purwa) menikahi puteri Gujarat.
▲3). Ratu Banawati.
▲4). Ratu Mayangsari yang diperisteri [[Niskala Wastu Kancana]].
Hyang Bunisora dikabarkan dimakamkan di Geger Omas, diperkirakan lokasi Geger Omas sekarang adalah Desa Ciomas (Panjalu Ciamis), di desa tersebut terdapat situs makam yang dikenal sebagai makam Dalem Penghulu Gusti dan Dalem Mangkubumi (Djadja Sukardja, 2007: 29-30).
=== Sanghyang Borosngora dan Baginda Ali RA ===
Legenda pertemuan antara Sanghyang Borosngora dengan Baginda Ali R.A. ini sampai sekarang masih kontroversial mengingat keduanya hidup di zaman yang berbeda. Sayidina Ali hidup pada abad ke-7 M (tahun 600-an) sedangkan pada periode masa itu di tatar Sunda tengah berdiri Kerajaan Tarumanagara dan nama Panjalu belum disebut-sebut dalam sejarah. Nama Panjalu (Kabuyutan Sawal) mulai disebut-sebut ketika Sanjaya (723-
▲Legenda pertemuan antara Sanghyang Borosngora dengan Baginda Ali R.A. ini sampai sekarang masih kontroversial mengingat keduanya hidup di zaman yang berbeda. Sayidina Ali hidup pada abad ke-7 M (tahun 600-an) sedangkan pada periode masa itu di tatar Sunda tengah berdiri Kerajaan Tarumanagara dan nama Panjalu belum disebut-sebut dalam sejarah. Nama Panjalu (Kabuyutan Sawal) mulai disebut-sebut ketika Sanjaya (723-732) hendak merebut Galuh dari tangan Purbasora, ketika itu Sanjaya mendapat bantuan pasukan khusus dari Rabuyut Sawal (Panjalu) yang merupakan sahabat ayahnya, Sena (709-716).
Sementara itu jika dirunut melalui catatan silsilah Panjalu sampai keturunannya sekarang, maka Sanghyang Borosngora diperkirakan hidup pada tahun 1400-an atau paling tidak sezaman dengan Sunan Gunung Jati Cirebon (1448-1568). Namun, bukti-bukti cenderamata dari Sayidina Ali R.A. yang berupa pedang, tongkat dan pakaian kebesaran masih dapat dilihat dan tersimpan di Pasucian Bumi Alit. Kabarnya pedang pemberian Baginda Ali itu pernah diteliti oleh para ahli dan hasilnya menunjukkan bahwa kandungan logam dan besi yang membentuk pedang itu bukan berasal dari jenis bahan pembuatan senjata yang biasa dipakai para Empu dan Pandai Besi di Nusantara.
=== Sanghyang Borosngora, Walangsungsang dan Kian Santang ===
Kisah masuk Islamnya Sanghyang Borosngora yang diislamkan oleh Sayidina Ali R.A. ini mirip dengan kisah Kian Santang. Kian Santang adalah putera Prabu Siliwangi dari isteri keduanya yang bernama Nyai Subang Larang binti Ki Gedeng Tapa yang beragama Islam. Dari isteri keduanya ini Prabu Siliwangi mempunyai tiga orang putera-puteri yaitu Walangsungsang (Pangeran Cakrabuana), Nyai Rara Santang, dan Kian Santang (Raja Sangara). Walangsungsang dan Rara Santang menuntut ilmu agama Islam mulai dari Pasai, Makkah, sampai ke Mesir; bahkan Rara Santang kemudian dinikahi oleh penguasa Mesir Syarif Abdullah atau Sultan Maulana Mahmud dan berputera Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati). Setelah naik haji Pangeran Cakrabuana berganti nama menjadi Syeikh Abdullah Iman, sedangkan Rara Santang setelah menikah berganti nama menjadi Syarifah Mudaim.
Baris 198 ⟶ 183:
Rahyang Kancana mempunyai dua orang putera yaitu:
Prabu Rahyang Kancana setelah mangkat dipusarakan di Nusa Larang Situ Lengkong. Pusara Prabu Rahyang Kancana sampai sekarang selalu ramai didatangi para peziarah dari berbagai daerah di Indonesia.
Baris 219 ⟶ 204:
== Prabu Rahyang Kunang Natabaya ==
Rahyang Kunang Natabaya atau Hariang Kunang Natabaya menduduki tahta Panjalu menggantikan ayahnya, ia menikah dengan Apun Emas. Apun Emas adalah anak dari penguasa Kawali bernama Pangeran Mahadikusumah atau Apun di Anjung yang dikenal juga sebagai Maharaja Kawali (1592-
Dari perkawinannya dengan Nyai Apun Emas, Prabu Rahyang Kunang Natabaya mempunyai tiga orang putera yaitu:
Pada masa kekuasaan Prabu Rahyang Kunang Natabaya ini, Panembahan Senopati ([[1586]]-[[1601]]) berhasil menaklukkan Cirebon beserta daerah-daerah bawahannya termasuk Panjalu dan Kawali menyusul kemudian Galuh pada tahun 1618.
Baris 236 ⟶ 221:
Arya Sumalah naik tahta Panjalu bukan sebagai Raja, tapi sebagai Bupati di bawah kekuasaan Mataram. Ia menikah dengan Ratu Tilarnagara puteri dari Bupati Talaga yang bernama Sunan Ciburuy atau yang dikenal juga dengan nama Pangeran Surawijaya, dari pernikahannya itu Arya Sumalah mempunyai dua orang anak, yaitu:
Arya Sumalah setelah wafat dimakamkan di Buninagara Simpar, Panjalu.
== Pangeran Arya Sacanata atau Pangeran Arya Salingsingan ==
Raden Arya Sumalah wafat dalam usia muda dan meninggalkan putera-puterinya yang masih kecil. Untuk mengisi kekosongan kekuasaan di Kabupaten Panjalu Raden Arya Sacanata diangkat oleh Sultan Agung (1613-
Pangeran Arya Sacanata juga memperisteri Ratu Tilarnagara puteri Bupati Talaga Sunan Ciburuy yang merupakan janda Arya Sumalah. Pangeran Arya Sacanata mempunyai banyak keturunan, baik dari garwa padminya yaitu Ratu Tilarnagara maupun dari isteri-isteri selirnya (ada sekitar 20 orang anak), anak-anaknya itu dikemudian hari menjadi pembesar-pembesar di tanah Pasundan.
Baris 249 ⟶ 234:
Dua belas di antara putera-puteri Pangeran Arya Sacanata itu adalah:
7) '''Raden Arya Wiradipa''' (Maparah, Panjalu),
Baris 269 ⟶ 254:
10) Nyi Raden Sariwulan (Gandasoli, Sukabumi),
Putera Sultan Agung, Sunan Amangkurat I (1645-1677) pada tahun 1656-1657 secara sepihak mencopot jabatan Pangeran Arya Sacanata sebagai Bupati Panjalu yang diangkat oleh Sultan Agung serta menghapuskan Kabupaten Panjalu dengan membagi wilayah Priangan menjadi 12 ''Ajeg''; salah satunya adalah Ajeg Wirabaya yang meliputi wilayah Kabupaten Panjalu, Utama dan Bojonglopang serta dikepalai oleh keponakan sekaligus anak tirinya yaitu Raden Arya Wirabaya sehingga membuat Pangeran Arya Sacanata mendendam kepada Mataram.
Baris 297 ⟶ 282:
Salah seorang putera Pangeran Arya Sacanata yang bernama Arya Wiradipa memperisteri Nyi Mas Siti Zulaikha puteri Tandamui dari Cirebon, ia bersama kerabat dan para ''kawula-balad'' (abdi dan rakyatnya) dari keraton Talaga mendirikan pemukiman yang sekarang menjadi Desa Maparah, Panjalu. Dari pernikahannya itu Arya Wiradipa mempunyai empat orang anak, yaitu:
Raden Prajasasana yang setelah dewasa dikenal juga dengan nama Raden Suragostika mengabdi sebagai pamong praja bawahan Pangeran Arya Cirebon (1706-
Tumenggung Cakranagara I memperisteri Nyi Raden Sojanagara puteri Ratu Latibrang Sari (kakak Arya Wirabaya) sebagai ''garwa padmi'' (permaisuri) dan menurunkan tiga orang putera, yaitu:
Sementara dari ''garwa ampil'' (isteri selir) Tumenggung Cakranagara I juga mempunyai empat orang puteri, yaitu:
Tumenggung Cakranagara I setelah wafat dimakamkan di Cinagara, Desa Simpar, Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis.
Baris 333 ⟶ 318:
Tumenggung Cakranagara II mempunyai enam belas orang anak dari ''garwa padmi'' dan isteri selirnya, keenambelas putera-puterinya itu adalah:
7) Nyi Raden Puraresmi,
Baris 353 ⟶ 338:
10) Nyi Raden Janingrum,
Tumenggung Cakranagara II setelah wafat dimakamkan di Puspaligar, Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis.
Baris 379 ⟶ 364:
Tumenggung Cakranagara III mempunyai dua belas orang putera-puteri, yaitu:
7) Raden Cakradikusumah (Wedana Kawali),
Baris 399 ⟶ 384:
10) Nyi Raden Kuraesin,
'''Tumenggung Cakranagara III wafat pada tahun 1853 dan dipusarakan di Nusa Larang Situ Lengkong Panjalu berdekatan dengan pusara Prabu Rahyang Kancana putera Prabu Sanghyang Borosngora.'''
Baris 409 ⟶ 394:
Raden Sumawijaya pada tahun 1819 diangkat menjadi Demang Panjalu dengan gelar Raden Demang Sumawijaya. Adiknya yang bernama Raden Cakradikusumah pada waktu yang berdekatan juga diangkat menjadi Wedana Kawali dengan gelar Raden Arya Cakradikusumah. Demang Sumawijaya mempunyai tiga orang anak, yaitu:
'''Demang Sumawijaya setelah wafat dimakamkan di Nusa Larang Situ Lengkong Panjalu'''.
Baris 421 ⟶ 406:
Raden Aldakusumah menggantikan kedudukan ayahnya sebagai Demang Panjalu dengan gelar Raden Demang Aldakusumah, ia menikahi Nyi Raden Wiyata (Reumalega, Desa Kertamandala, Panjalu) dan mempunyai empat orang anak, yaitu:
Semantara itu adik sepupunya yang bernama Raden Argakusumah (putera Wedana Kawali Raden Arya Cakradikusumah) diangkat menjadi Bupati Dermayu (sekarang [[Indramayu]]) dengan gelar Raden Tumenggung Cakranagara IV. '''Raden Demang Aldakusumah dan Raden Tumenggung Argakusumah (Cakranagara IV) setelah wafatnya dimakamkan di Nusa Larang Situ Lengkong Panjalu'''.
Baris 437 ⟶ 422:
Raden Kertadipraja (Reumalega, Desa Kertamandala, Panjalu) menikahi Nyi Mas Shinta (Reumalega, Desa Kertamandala, Panjalu) dan menurunkan empat orang anak yaitu:
== Raden Hanafi Argadipraja ==
Baris 453 ⟶ 438:
Raden Hanafi Argadipraja (Reumalega, Desa Kertamandala, Panjalu) mempersunting Nyi Raden Dewi Hunah Murtiningsih (Reumalega, Desa Kertamandala, Panjalu) puteri dari Kuwu Cimuncang (sekarang Desa Jayagiri Kecamatan Panumbangan Ciamis) yang bernama Raden Nitidipraja, penulis '''catatan sejarah & silsilah Panjalu''' dalam bahasa Sunda dengan aksara arab dan latin (makamnya di Puspaligar, Panjalu), dan dari pernikahannya itu menurunkan lima orang putera-puteri:
▲3) '''Raden Galil Aldar Argadipraja''',
▲4) '''Hj. Nyi Raden Siti Maryam-H.Encur Mansyur''',
▲5) Nyi Raden Siti Rukomih-Raden Sukarsana Sadhi Pasha.
Sedangkan adik Raden Hanafi Argadipraja, yakni '''Raden Ahmad Kertadipraja''' (Reumalega, Desa Kertamandala, Panjalu) menurunkan empat orang anak:
# H. Raden Afdanil Ahmad,
▲3) Nyi Raden Nia Kania, dan
== Hj. Nyi Raden Siti Maryam ==
Hj. Nyi Raden Siti maryam(Panumbangan) menikah dengan Eyang Mad Syahri(Panumbangan, Cibonteng) dan melahirkan sembilan orang anak,
# Raden Rosyadi,
▲5)Nyimas Raden Erum Atikah,
▲6)Nyimas Raden Zaenab Sukarsih,
▲7)Nyimas Raden Khotimah,
8)'''Nyimas Raden Aisyah Rukmanah''',▼
▲9)Raden Rosyadi,
== Nyimas Raden Aisyah Rukmanah ==
Nyimas raden Aisyah Rukmanah (Panumbangan), menikah dengan Raden Ade Sutisna (Desa Golat). Dan melahirkan lima orang putra-putri, Yaitu:
▲3)Raden Tepi Nugraha Jayaprana,
4)Nyimas Raden Rika Gartika Gumilar,▼
▲5)Raden Taufik Fitra Jaya Burnama,
== Nyimas Raden Djohar Sry Kantini ==
Nyimas Raden Djohar Sry Kantini(Desa Golat) menikah dengan Raden Muhammad Syafe'i (Cianjur), dan melahirkan dua orang putra-putri, Yaitu:
▲3)Raden Fandi
== Nyimas Raden Nina Tursina Irania ==
Baris 526 ⟶ 486:
* {{cite book|last='''Argadipraja'''|first='''R. Duke'''.|title=Babad Panjalu Galur Raja-raja Tatar Sunda|year=1992|publisher=Mekar Rahayu|location=Bandung}}
* ''Atlas Indonesia & Dunia Edisi 33 Propinsi di Indonesia''. (2000). Jakarta. Pustaka Sandro.
* {{cite book|last='''Ayatrohaedi'''. (
* ''Babad Tanah Jawi'' (terj). 2007. Yogyakarta: Narasi.
* {{cite book|last='''Ekadjati'''|first='''Edi S'''.|authorlink=Edi Suhardi Ekadjati|title=Wawacan Sajarah Galuh|year=1977|publisher=EFEO|location=Bandung}}
Baris 533 ⟶ 493:
* {{cite book|last='''Iskandar'''|first='''Yoseph'''|title=Sejarah Jawa Barat: Yuganing Rajakawasa|year=1997|publisher=Geger Sunten|location=Bandung}}
* '''Muljana, Slamet'''. (1979). ''Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya''. Jakarta: Bhratara.
* '''Munoz, Paul Michel'''. (
* '''Suganda, Her'''.'' Situ Lengkong dan Nusalarang, Wisata Alami yang Islami''. Artikel Harian Kompas, 21 Juni 2003.
* '''Suganda, Her'''. ''Naskah Sunda Kuno Antara Sejarah dan Nilai Sakral''. Artikel Harian Kompas, 24 Mei 2008.
* '''Sukardja, H.Djadja'''. (
* '''Sutarwan, Aam Permana'''. ''Gus Dur "Merevisi" Sejarah Situ Lengkong Panjalu, Air Situ Lengkong berasal dari Mekah''. Artikel Harian Pikiran Rakyat, 10 Juli 2000.
* '''Sumaryadi, Sugeng/Eriez M Rizal'''. ''Menengok Rahasia Sukses Warga Panjalu''. Artikel Harian Media Indonesia, 13 Maret 2004.
|