Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k Pengasuh
Tag: Dikembalikan kemungkinan spam pranala VisualEditor
Baris 21:
* '''Kiai Harun bin Kiai Rajihan''' (Pendiri & Pengasuh I)
 
Namanya adalah Kiai Harun bin Kiai Rajihan bin Nyai Qarib/Nyai Bi'a binti [https://maduraindepth.com/nyalase-ke-makam-begini-kisah-bhuju-sumber-kuning Kiai Abdul Qasim (Agung Berkoning)] bin Kiai Abdul Hisan bin Kiai Amiruddin (Kiai Panggung Wetan) bin Kiai Muhtadi (Kiai Panggung Seppo). Beliau adalah santri Syaikhona Kholil Bangkalan dan dikenal sebagai penyiar agama Islam dari Sampang, Madura. Belum diketahui secara pasti tanggal beliau lahir dan wafat. Namun yang jelas, beliau hidup di pertengahan [[Abad ke 18|abad ke-19]] (±1850an). Beliau adalah penggagas dan peletak batu pertama Pondok Pesantren Mlokorejo.
 
Setelah sekian lama melakukan tirakat/riyadhah dan istikharah, beliau akhirnya mendapatkan isyarat agar mencari sebuah lahan baru yang ditumbuhi satu bunga teratai di tengah lahan tersebut. Setelah lahan itu dicarinya di pulau Madura, usaha beliau tidak mendapatkan hasil. Akhirnya suatu saat beliau dipanggil oleh gurunya, Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan. Lantas, sang guru mengarahkan agar pencarian lahan tersebut dilakukan di pulau Jawa. Sebab, menurut sang guru, isyarat lahan yang dimaksud berada di tanah Jawa.
Baris 45:
* '''KH. Abdullah Yaqin''' (Pengasuh III)
 
Nama beliau adalah Raden Kiai Abdullah bin Kiai Abdul Yaqin bin Kiai Abdul Qidam Montor bin Kiai Hasan bin Kiai Isnad bin Kiai Arham bin Kiai Adil bin [https://mamira.id/kiai-abdul-qidam-leluhur-para-raja-sumenep-dan-ulama-besar-di-kawasan-tapal-kuda/ Kiai Abdul Qidam Arsojih]. Namun, beliau lebih akrab disebut KH. Abdullah Yaqin Mlokorejo atau Kiaeh Seppo Mloko. Lahir pada 1911 dan wafat pada 1996.
 
Secara keilmuan, beliau pernah ber-khdimah dan mengaji di Pesantren Sumberanyar, [[Kabupaten Pamekasan|Pamekasan]], lalu mengaji dan berkhidmah kepada R. KH. Abdul Hamid bin Itsbat di [https://banyuanyar.net/banyuanyartv-profil-pondok-pesantren-banyuanyar.html Pondok Pesantren Banyuanyar]. Selang beberapa tahun kemudian, Kiai Sepuh Banyuanyar (panggilan akrab R. KH. Abdul Hamid bin Itsbat) memberikan sepucuk surat kepada KH. Abdullah Yaqin untuk disampaikan kepada putranya, R. KH. Abdul Aziz Ali Wafa yang hijrah ke Tempurejo mendirikan pesantren. Sebagai seorang santri, KH. Abdullah Yaqin tidak berani membaca surat tersebut, beliau hanya langsung mengantarkannya pada tujuan.