Batalyon Intai Amfibi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Usertango (bicara | kontrib)
Penyempurnaan teks
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
Baris 79:
== Berita yang terkait Intai Amfibi Marinir ==
# '''[[Mayor Jenderal]] ([[Marinir|Mar]]) ([[Purnawirawan|Purn.]]) Winanto''', (lahir di [[Solo]], [[Jawa Tengah]], [[6 Maret]] [[1935]] – meninggal di, [[Jakarta Pusat]], [[2 September]] [[2012]] pada umur 77 tahun) adalah Salah satu [[Perwira Tinggi]] [[Korps Marinir]] [[TNI AL]] yang berasal dari satuan khussus yaitu Intai Amfibi Korps Marinir. peran penting yang pernah dilakukan dalam pengabdiannya sebagai prajurit [[Korps Marinir]] adalah menjadi Komandan Tim dalam memimpin pengangkatan jenazah para [[Pahlawan Revolusi]] dari sebuah sumur tua di kawasan [[Lubang Buaya]] [[Jakarta Timur]], yang dibunuh oleh kekejaman pemberontakan [[Gerakan 30 September]]/[[Partai Komunis Indonesia]] [[G30S/PKI]]. Winanto, memimpin langsung pengangkatan para jenazah kekejaman [[G30S/PKI]]<nowiki/> pada sumur tua di kawasan [[Lubang Buaya]], [[Pondok Gede]], [[Jakarta Timur]]. Ia yang ketika itu adalah seorang Perwira Kompi Intai Para Amfibi atau (Kipam KKO) kini Batalyon Intai Amfibi [[Korps Marinir]] berpangkat [[Kapten]] [[KKO]], bersama delapan anak buahnya dengan menggunakan peralatan selam, berhasil masuk ke sumur tua untuk mengangkat para jenazah yang telah dalam kondisi membusuk antara lain jenazah [[Letjen]] [[TNI]] [[Ahmad Yani]], [[Mayjen]] [[TNI]] [[Siswondo Parman]], [[Mayjen]] [[TNI]] [[Soeprapto]], [[Mayjen]] [[TNI]] [[Mas Tirtodarmo Harjono]], [[Brigjen]] [[TNI]] [[Sutojo Siswomihardjo]], [[Brigjen]] [[TNI]] [[Donald Isaac Pandjaitan]], dan [[Lettu]] [[Zeni|Czi]] [[Pierre Tendean]] Sebenarnya jenazah sudah ditemukan sejak tanggal [[3 Oktober]] [[1965]], atas bantuan Polisi [[Soekitman]] dan masyarakat sekitar. Peleton I RPKAD yang dipimpin Letnan [[Sintong Panjaitan]] segera melakukan penggalian. Tapi mereka tak mampu mengangkat jenazah karena bau yang menyengat. [[Mayor Jenderal]] [[TNI]] [[Soeharto]] pun memerintahkan penggalian dihentikan pada malam hari. Penggalian akan kembali dilanjutkan keesokan harinya. Dalam buku Sintong Panjaitan, ''Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando'' yang ditulis wartawan senior Hendro Subroto, dilukiskan peristiwa seputar pengangkatan jenazah. Kala itu Sintong berdiskusi dengan Kopral Anang, anggota [[RPKAD]] yang dilatih oleh [[Komando Pasukan Katak]] [[TNI AL]]. Kopral Anang mengatakan peralatan selam milik RPKAD ada di [[Cilacap]], [[Jawa Tengah]] hanya [[KKO]] yang punya peralatan selam di [[Jakarta]].<sup>[[Winanto|[2]]]</sup> Singkat cerita, [[KKO]] meminjamkan peralatan selam tersebut. Tanggal [[4 Oktober]], 47 tahun lalu, Tim KKO dipimpin oleh Komandan KIPAM KKO-AL [[Kapten]] [[KKO]] Winanto melakukan evakuasi jenazah [[Pahlawan Revolusi]]. Satu persatu pasukan KKO turun ke dalam lubang yang sempit itu. Pada pukul 12.05 WIB, anggota [[RPKAD]] Kopral Anang turun lebih dulu ke [[Lubang Buaya]]. Dia mengenakan masker dan tabung oksigen. Anang mengikatkan tali pada salah satu jenazah. Setelah ditarik, yang pertama adalah jenazah Lettu Czi [[Pierre Tendean]], ajudan Jenderal TNI [[AH Nasution]]. Pukul 12.15 WIB Serma KKO Suparimin turun, dia memasang tali pada salah satu jenazah, tetapi rupanya jenazah itu tertindih jenazah lain sehingga tak bisa ditarik. Lalu giliran Praka KKO Subekti yang turun pukul 12.30 WIB. Dua jenazah berhasil ditarik, Mayjen [[S Parman]] dan Mayjen [[Soeprapto]]. Pukul 12.55 WIB, Kopral KKO Hartono memasang tali untuk mengangkat jenazah Mayjen [[MT Haryono]] dan Brigjen [[Sutoyo]]. Pukul 13.30 Serma KKO Suparimin turun untuk kedua kalinya. Dia berhasil mengangkat jenazah Letjen [[Ahmad Yani]]. Dengan demikian, sudah en am jenazah pahlawan revolusi yang ditemukan.Sebagai langkah terakhir, harus ada seorang lagi yang turun ke sumur untuk mengecek apakah sumur sudah benar-benar kosong. Tapi semua penyelam [[KKO]] dan [[RPKAD]] sudah tak ada lagi yang mampu masuk lagi. Mereka semua kelelahan. Bahkan ada yang keracunan bau busuk hingga terus muntah-muntah. Maka Kapten KKO Winanto sebagai komandan terpanggil melakukan pekerjaan terakhir itu. Dia turun dengan membawa alat penerangan. Ternyata benar, di dalam sumur masih ada satu jenazah lagi. Jenazah Brigjen [[DI Pandjaitan]]. Dengan demikian lengkaplah sudah jenazah enam jenderal dan satu perwira pertama [[TNI AD]] yang hilang diculik [[G30S/PKI]].<sup>[[Winanto|[3]]</sup>
# Suud Rusli, mantan anggota Marinir yang kabur dari sel Lantamal II Jakarta merupakan salah seorang penyandang brevet Trimedia Taifib. Suud Rusli melarikan diri dan kemudian tertangkap pada tanggal 31 Mei 2005 di [[Malang]]. Pelarian Suud ini untuk kedua kalinya, setelah sebelumnya dia ditangkap dan berhasil meloloskan diri dari Tahanan [[Polisi Militer]] (POM) Pangkalan Utama TNI AL (Lamtamal) II Gunung Sahari. Saat ditangkap di Malang, dia sempat dihadiahi tembakan oleh petugas yang memburunya, karena berusaha meloloskan diri. Pemburu menembak Suud. Dua peluru bersarang di kaki sebelah kanan dan satu peluru lainnya di kaki kiri. [[Pomal|Polisi Militer TNI AL]] tidak ingin Suud kecolongan lagi. Dalam posisi kaki terluka terkena tembakan, tangan dan kakinya diborgol dan dijebloskan ke Rumah Tahanan Militer Cimanggis. Namun, lagillagi-lagi, Suud berhasil melarikan diri. Suud berhasil melepaskan ikatan rantai kedua kakinya, lantas menggergaji jeruji besi di kamar tahanannya. Selanjutnya, melompat pagar rumah tahanan tersebut untuk melarikan diri. Karena itu, untuk meringkus pembunuh bos PT Asaba tersebut, jajaran pimpinan [[TNI Angkatan Laut]] mengerahkan hampir satu peleton tim gabungan.(MDH)[http://foo.bar] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20130802134307/http://foo.bar/ |date=2013-08-02 }}
 
== Komandan ==