Partai Kebangkitan Bangsa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
fmt kotak
OnAir21 (bicara | kontrib)
Tag: VisualEditor pranala ke halaman disambiguasi
Baris 50:
Ketegangan kedua kubu PKB makin memanas setelah jalur musyawarah gagal mempertemukan kedua kubu. Bahkan adanya campur tangan oleh [[Nahdlatul Ulama|NU]] tidak membuahkan hasil. Pada tahun 2002, NU menyatakan menyerah untuk menyelesaikan konflik kedua kubu tersebut<ref>{{Cite web|date=2003-10-14|title=Kiai Langitan Gagal Pertemukan Gus Dur-Matori|url=https://nasional.tempo.co/read/21709/kiai-langitan-gagal-pertemukan-gus-dur-matori|website=Tempo|language=en|access-date=2024-03-13}}</ref> dan kedua kubu kemudian menempuh jalur hukum untuk menentukan siapa yang paling berhak menjadi pimpinan PKB. [[Nahdlatul Ulama|NU]] juga mewanti-wanti kepada [[Megawati Soekarnoputri]] untuk tidak ikut campur tangan dalam konflik internal PKB.<ref name=":0" /> Konflik internal tersebut berlangsung selama 2 tahun dan pada 2003, [[Mahkamah Agung Republik Indonesia|Makhamah Agung]] memenangkan gugatan [[Abdurrahman Wahid|Gus Dur]].<ref name=":1" /><ref>{{Cite web|title=Seperti Matori & Alwi, Muhaimin Belum Tentu Menang di MA|url=https://news.detik.com/berita/d-955768/seperti-matori-alwi-muhaimin-belum-tentu-menang-di-ma|website=detiknews|language=id-ID|access-date=2024-03-13}}</ref> [[Matori Abdul Djalil]] yang kalah gugatan MA memutuskan untuk mendirikan partai baru, yakni [[Partai Kejayaan Demokrasi]] (PEKADE).<ref>{{Cite web|last=Indonesia|first=C. N. N.|title=Deretan 75 Parpol yang Berhak Daftar Pemilu 2024|url=https://www.cnnindonesia.com/nasional/20220424135247-617-788950/deretan-75-parpol-yang-berhak-daftar-pemilu-2024|website=nasional|language=id-ID|access-date=2024-03-13}}</ref>
 
Pada April 2004, PKB berpartisipasi dalam [[Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD Indonesia 2004]], memperoleh 10.6% suara. Untuk [[Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Indonesia 2004]], di mana rakyat akan memilih secara langsung, PKB memilih [[Abdurrahman Wahid|Gus Dur]] sebagai calon presiden. Namun, [[Abdurrahman Wahid|Gus Dur]] gagal melewati pemeriksaan medis sehingga [[Komisi Pemilihan Umum]] menolak memasukkannya sebagai calon. Gus Dur lalu mendukung [[Salahuddin Wahid]] yang merupakan pasangan dari [[Wiranto]]. Pada 5 Juli 2004, Wiranto dan Salahuddin Wahid kalah dalam pilpres. Untuk pemilihan kedua antara pasangan [[Susilo Bambang Yudhoyono|Yudhoyono]]-[[Jusuf Kalla|Kalla]] dengan Megawati-[[Hasyim Muzadi|Muzadi]], PKB sempat dilirik dukungan oleh kedua pihak peserta pemilihan presiden.<ref name=":2">{{Cite web|title=Kini SBY dan Mega Tinggal Tunggu Keputusan PKB|url=https://news.detik.com/berita/d-199164/kini-sby-dan-mega-tinggal-tunggu-keputusan-pkb|website=detiknews|language=id-ID|access-date=2024-03-13}}</ref> Menurut Wakil Ketua PKB [[Mahfud MD]], PKB memiliki peluang yang sama. Ketiga opsi itu adalah mendukung Mega-Hasyim, mendukung SBY-Kalla, dan bersikap netral. Secara pribadi, Mahfud MD memilih bersikap netral. Namun, sejumlah DPW PKB sudah menyatakan dukungan kepada SBY-Kalla. Namun, ada juga DPW yang menyatakan dukungan Mega-Hasyim.<ref name=":2" /> Namun pada 1 September 2004, Gus Dur dan PKB menyatakan sikap untuk tidak mendukung kedua pihak koalisi dan memperbolehkan kader PKB untuk memilih sesuai hati nurani masing-masing.<ref>{{Cite web|title=Putusan Mukernas: PKB Netral|url=https://news.detik.com/berita/d-200982/putusan-mukernas-pkb-netral|website=detiknews|language=id-ID|access-date=2024-03-13}}</ref>
 
=== 2005-2009: Perpecahan Berlanjutan ===
PKB mengawali pemerintahan [[Susilo Bambang Yudhoyono|SBY]] sebagai bagian dari oposisi. Pada Agustus 2005, Gus Dur menjadi salah satu pemimpin koalisi politik yang bernama [[Koalisi Nusantara Bangkit Bersatu]] bersama berbagai tokoh nasional seperti [[Megawati Soekarnoputri|Megawati]], [[Try Sutrisno]], [[Wiranto]] dan [[Akbar Tanjung]]. Koalisi ini kerap mengkritik kebijakan SBY. Namun, PKB kembali mengalami gejolak internal. Konflik kepengurusan tersebut terjadi setelah [[Pemilu 2004]], yakni munculnya PKB versi [[Muhaimin Iskandar]] hasil Muktamar Semarang yang didukung [[Abdurrahman Wahid|Gus Dur]] dan PKB versi [[Choirul Anam]] hasil Muktamar Surabaya tahun 2005. PKB pimpinan [[Choirul Anam]] kemudian berubah menjadi [[Partai Kebangkitan Nasional Ulama]] (PKNU) setelah secara hukum negara mengakui PKB versi Muhaimin. Setelah konflik ini, dinamika PKB relatif mereda sampai 2008.<ref name=":3" /> Sebagai konsekuensi konflik tersebut, Gus Dur memecat [[Alwi Shihab]] dan [[Saifullah Yusuf]] dari kepengurusan PKB.<ref name=":1" />
 
Konflik internal kembali terjadi pada tahun 2008 dengan isu dualisme kepengurusan kembali muncul. Kali ini, ada kepengurusan PKB versi [[Muhaimin Iskandar]] hasil Muktamar Ancol dan PKB versi [[Ali Masykur Musa]] hasil Muktamar Parung, Bogor, yang didukung [[Abdurrahman Wahid|Gus Dur]].<ref name=":3" /> Sebelumnya, memang beredar kabar bahwa alasan pemecatan [[Muhaimin Iskandar|Cak Imin]] karena Cak Imin terlalu dekat dengan Istana.<ref name=":1" /> Namun kali ini, [[Abdurrahman Wahid|Gus Dur]] kalah karena pemerintahan SBY mengakui PKB versi Muktamar Ancol.<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2008-07-24|title=Pemerintah Akui PKB Muhaimin|url=https://nasional.kompas.com/read/2008/07/25/00305076/index-html|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2024-03-20}}</ref> Perpecahan ini mengakibatkan putri Gus Dur, [[Yenny Wahid]], untuk keluar dari PKB dan membentuk partai baru, yakni [[Partai Kedaulatan Bangsa Indonesia Baru]] (PKBIB).<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2012-07-10|title=Yenny Wahid-Kartini Sjahrir Bentuk Partai|url=https://nasional.kompas.com/read/2012/07/11/01542763/yenny.wahid-kartini.sjahrir.bentuk.partai|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2024-03-20}}</ref>
 
== Identitas politik ==