Ikhwanul Muslimin Suriah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k →Sejarah Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext |
||
Baris 47:
Menjelang akhir tahun 1930-an, ide-ide [[Hassan al-Banna]] mencapai Suriah ketika para pemuda [[Suriah]], yang lulus dari universitas di [[Kairo]] dan berpartisipasi dalam [[Sejarah Ikhwanul Muslimin di Mesir|Ikhwanul Muslimin]] di Mesir, kembali ke negaranya dan mendirikan perkumpulan yang disebut "Pemuda Muhammad" (''Shabab Muhammad''), yang kemudian menjadi Ikhwanul Muslimin Suriah. Ikhwanul Muslimin di Suriah didirikan pada tahun 1930-an (menurut lexicorient.com) atau pada tahun 1945, setahun sebelum kemerdekaan dari Perancis, (menurut jurnalis [[Robin Wright (penulis)|Robin Wright]] dan Ikhwanul Muslimin sendiri).<ref name="Wright">Wright, Robin, ''Dreams and Shadows: the Future of the Middle East'', Penguin Press, 2008, p. 241.</ref> Ikhwanul menyatakan pendirinya adalah Dr. [[Mustafa al-Siba'i]].<ref name=ikhwanweb>{{Cite web|title=Syria Muslim Brotherhood Issues Post-Assad State-for-All Commitment Charter|url=https://ikhwanweb.com/syria-muslim-brotherhood-issue/|date=7 April 2012|access-date=2023-01-05|website=Ikhwanweb|language=en-US}}</ref> Pada tahun 1954, asosiasi Suriah yang dipimpin oleh Mustafa al-Siba'i menawarkan bantuan kepada organisasi saudaranya di Mesir, yang kemudian menjadi sasaran [[Sejarah Ikhwanul Muslimin di Mesir (1954-sekarang)|penindasan parah]] oleh [[Gamal Abdel Nasser]].<ref>Carré , 125.</ref>
Namun, baru pada tahun 1960-an Ikhwanul Suriah memainkan peran utama dalam politik, sebagai bagian dari gerakan perlawanan berskala luas, yang berkembang menjadi perjuangan bersenjata, melawan pemerintah sekuler. Setelah [[Kudeta Suriah 1963|kudeta militer pada 8 Maret 1963]] oleh Partai sekuler [[Ba'ath]], pemerintahan baru secara drastis membatasi kebebasan politik, dan memusatkan kekuasaan di tangan militer dan memberikan posisi penting kepada minoritas [[Alawit]] di negara tersebut. Kelompok [[Islam Sunni]] Suriah – yang merupakan kelompok agama mayoritas – tidak memiliki perwakilan di pemerintahan. Sejak awal, kelompok politik Islam, yang paling menonjol adalah Ikhwanul Muslimin yang mewakili oposisi terkuat terhadap pemerintah. Pelarangan Ikhwanul Muslimin pada tahun 1964 mengakibatkan radikalisasi. Pada tahun 1964 dan 1965, pemogokan dan [[unjuk rasa|demonstrasi]] massal menyebar ke seluruh kota-kota besar di Suriah, terutama di [[Kerusuhan Hama tahun 1964|Hama]], dan ditumpas oleh militer. Pada tahun 1971, Jenderal [[Hafez al-Assad]], seorang Alawi, merebut kekuasaan; pada tahun 1973 demonstrasi yang disertai kekerasan kembali terjadi sebagai tanggapan terhadap usulan konstitusi yang tidak mengharuskan presiden dari seorang [[Muslim]]. Intervensi Suriah dalam [[Perang Saudara Lebanon]] pada tahun 1976 di pihak [[
== Referensi ==
|