Tuanku Rao: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Super Hylos (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Super Hylos (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 13:
Kemudian bersama kemenakannya, Bagindo Suman dan Kali Alam, ia menyebarkan ajaran Paderi ke Langung, Muaro Sitabu, Muaro Bangku, Koto Rajo, Silayang, hingga sampai ke [[Rokan Hulu]], [[Riau]]. Di wilayah Rokan Hulu, ia bertemu dengan teman seperguruannya, [[Tuanku Tambusai]]. Bersama Tuanku Tambusai, ia mengislamkan masyarakat [[Padang Sidempuan]], [[Kotanopan, Mandailing Natal|Kotanopan]], [[Padang Lawas]], [[Lembah Bakkara|Bakkara]], dan sejumlah perkampungan di tepi [[Danau Toba]].
 
Tuanku Rao merupakan salah satu panglima [[Perang Padri]] yang tangguh, dengan gigih melakukan perlawanan terhadap pemerintah kolonial [[Hindia Belanda]] di wilayah Pasaman, Kotanopan, Padang Lawas, hingga Padang Sidempuan. Setelah pasukan Belanda menaklukan [[Matur, Agam|Matur]] dan Lubuk Sikaping, pada bulan Oktober 1832 Rao berhasil ditaklukan. Letnan [[Henricus Johannes IJsbrand Engelbert van Bevervoorden|Letnan Bevervoorden]], seorang komandan pasukan Belanda, menemui Tuanku Rao dan membujuknya agar menyerah. Dalam pertemuan itu, Tuanku Rao berdalih akan pergi haji dan menyerahkan kembali pimpinan pemerintahan Rao kepada mertuanya, Yang Dipertuan Rao.<ref>Muhammad Radjab, Perang Paderi di Sumatera Barat (1803-1838), Balai Pustaka, 1964</ref>
== Menentang Belanda ==
Tuanku Rao merupakan salah satu panglima [[Perang Padri]] yang tangguh, dengan gigih melakukan perlawanan terhadap pemerintah kolonial [[Hindia Belanda]] di wilayah Pasaman, Kotanopan, Padang Lawas, hingga Padang Sidempuan. Setelah pasukan Belanda menaklukan [[Matur, Agam|Matur]] dan Lubuk Sikaping, pada bulan Oktober 1832 Rao berhasil ditaklukan. [[Henricus Johannes IJsbrand Engelbert van Bevervoorden|Letnan Bevervoorden]], seorang komandan pasukan Belanda, menemui Tuanku Rao dan membujuknya agar menyerah. Dalam pertemuan itu, Tuanku Rao berdalih akan pergi haji dan menyerahkan kembali pimpinan pemerintahan Rao kepada mertuanya, Yang Dipertuan Rao.<ref>Muhammad Radjab, Perang Paderi di Sumatera Barat (1803-1838), Balai Pustaka, 1964</ref>
 
Setelah pertemuan itu, Tuanku Rao menarik diri dan bersembunyi di dalam hutan. Namun semangat yang dibawakan Tuanku Tambusai yang baru saja pulang dari [[Mekkah]], menyemangatinya untuk terus berjuang melawan Belanda. Untuk memuluskan penyebaran paham Paderi ke tanah Batak, Tuanku Rao melakukan penyerangan terhadap pertahanan Belanda di Air Bangis. Pada tanggal 29 Januari 1833, Tuanku Rao dihadang oleh pasukan Belanda. Perlawanannya dapat dipatahkan, dan diaia menderita luka berat akibat dihujani peluru. Kemudian diaia dinaikkan ke atas kapal untuk diasingkan. Belum lama berada di atas kapal, Tuanku Rao menemui ajalnya. Diduga jenazahnya dibuang ke laut oleh tentarapasukan Belanda.<ref name="ReferenceA"/>
 
== Kontroversi ==