Pada tanggal 29 September 2022, terjadi baku tembak antara [[Densus 88]] dan anggota terakhir Mujahidin Indonesia Timur di Kilo, [[Kabupaten Poso|Poso]], Sulawesi Tengah. Akibatnya anggota terakhir kelompok militan tersebut tewas. Meski anggota Mujahidin Indonesia Timur yang terakhir telah terbunuh, Operasi Madago Raya tetap berlanjut, Kombes Didik Supranoto mengatakan, operasi tetap dilanjutkan demi menjaga keamanan masyarakat dan menghindari terbentuknya organisasi teroris serupa lagi.<ref>{{Cite web |last=Alfons |first=Matius |title=Satgas Madago Raya Tembak Mati Teroris Terakhir Mujahidin Indonesia Timur |url=https://news.detik.com/berita/d-6320746/satgas-madago-raya-tembak-mati-teroris-terakhir-mujahidin-indonesia-timur |access-date=2023-01-08 |website=detiknews |language=id-ID}}</ref><ref>{{Cite web |title=Anak Buah Terakhir Ali Kalora Tewas, Operasi Satgas Madago Raya Berlanjut |url=https://www.medcom.id/amp/0KvLPXwb-anak-buah-terakhir-ali-kalora-tewas-operasi-satgas-madago-raya-berlanjut |access-date=2023-01-08 |website=www.medcom.id|date=5 Oktober 2022 }}</ref>
== Operasi ==
=== Penyergapan Sangginora ===
Pada 9 Februari 2016, kontak tembak jarak dekat pertama dalam Operasi Tinombala terjadi. Sebuah mobil misterius dengan kaca tertutup berhenti di desa [[Sangginora, Poso Pesisir Selatan, Poso|Sangginora]], [[Poso Pesisir Selatan, Poso|Poso Pesisir Selatan]]. Mereka berhenti di kios dan membeli perbekalan di luar batas kewajaran. Pemilik kios curiga dan melaporkan mobil tersebut kepada Satgas Tinombala yang terdekat. 6 orang personel gabungan TNI-Polri kemudian mendatangi mobil tersebut. Brigadir Wahyudi Saputra yang mengetuk kaca mobil, secara tiba-tiba ditembak dari dalam mobil oleh terduga teroris. Melihat Wahyudi jatuh tersungkur, 5 anggota TNI-Polri lainnya langsung menembak ke arah mobil misterius tersebut, menewaskan 2 teroris di dalamnya. Wahyudi tewas saat dilarikan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Poso akibat luka tembak di dagu kiri dan menembus leher belakang.{{fact}}
=== Kecelakaan Helikopter TNI-AD ===
[[Berkas:Brigjen. TNI Syaiful Anwar.png|jmpl|160px|[[Syaiful Anwar|Kolonel Inf. Syaiful Anwar]] tewas dalam kecelakaan helikopter]]
Pada [[20 Maret]] [[2016]], Helikopter [[Bell 412]] milik [[TNI-AD]] yang sedang dalam perjalanan menuju [[Kota Poso]] dari [[Watutau, Lore Peore, Poso|Watutau]], tersambar petir di Kelurahan [[Kasiguncu, Poso Pesisir, Poso]]. Kecelakaan ini menewaskan [[Komando resort militer 132|Danrem 132/Tadulako]] [[Syaiful Anwar|Kolonel Inf. Syaiful Anwar]] bersama 12 penumpang dan awak lainnya yang naik di Helikopter ini.<ref name="Padang Media">{{cite web|url=https://padangmedia.com/helikopter-jatuh-perwira-asal-ranah-minang-itu-gugur-dalam-tugas/|title=Helikopter Jatuh, Perwira Asal Ranah Minang Itu Gugur Dalam Tugas|website=Padang Media|access-date=25 Maret 2016}}</ref><ref name="Danrem 132">{{cite web|url=http://www.newshanter.com/?p=17293/|title=''In Memoriam'' Kolonel Inf. Syaiful Anwar, Calon Jenderal Kebanggaan Orang Kampung|website=News Hanter|access-date=25 Maret 2016}}</ref>
Kepala Pusat Penerangan TNI saat itu, [[Tatang Sulaiman|Mayjen. TNI Tatang Sulaiman]] menyatakan bahwa saat helikopter itu jatuh, cuaca dalam kondisi hujan. Keberadaan mereka di Poso untuk melaksanakan operasi bantuan kepada Polri yang sedang memberantas kelompok teroris Santoso.<ref name="Bangga">{{Cite news|url=http://news.okezone.com/read/2016/03/22/337/1343251/panglima-tni-putri-brigjen-syaiful-anwar-bangga-terhadap-ayahnya/|title=Panglima TNI: Putri Brigjen Syaiful Anwar Bangga terhadap Ayahnya|work=[[Okezone.com]]|access-date=25 Maret 2016|last=Wibisono|first=Gunawan|date=2016-03-22}}</ref>
Atas perintah langsung dari [[Presiden Indonesia|Presiden]] [[Joko Widodo]] kepada Panglima TNI, [[Gatot Nurmantyo|Jenderal TNI Gatot Nurmantyo]], seluruh korban dikebumikan di [[Taman Makam Pahlawan Kalibata|Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata]] (TMPN), [[Jakarta Selatan]]. Upacara militer dilakukan untuk mengiringi prajurit yang gugur saat operasi Tinombala. Dalam upacara tersebut, belasan prajurit TNI dan Polri membentuk barisan penembak salvo. Upacara pemakaman secara militer dilaksanakan sekitar pukul 12.00 [[WIB]]. Upacara pemakaman dipimpin oleh [[Muhammad Herindra|Mayjen. TNI Muhammad Herindra]] untuk yang beragama Islam, dan [[Benny Susianto|Brigjen. TNI Benny Susianto]] untuk prajurit yang beragama Kristen.<ref name="Dikebumikan">{{Cite news|url=https://news.detik.com/berita/3170602/13-korban-jatuh-tni-angkatan-darat-di-poso-dimakamkan-di-tmpn-kalibata/|title=13 Korban Jatuh TNI Angkatan Darat di Poso Dimakamkan di TMPN Kalibata|work=[[Detik.com|detikcom]]|access-date=25 Maret 2016|date=2016-03-22|first=Edward Febriyatri|last=Kusuma}}</ref>
Selain itu, TNI memberikan santunan kepada keluarga korban dan biaya pendidikan hingga tingkat perguruan tinggi kepada anak-anak prajurit TNI yang gugur di Poso, termasuk kepada keluarga Kolonel Syaiful Anwar, yang pada akhirnya pangkatnya dinaikkan menjadi [[Brigadir Jenderal]] [[TNI]] ([[Anumerta]]).<ref name="KPLB">{{Cite news|url=http://www.tribunnews.com/tribunners/2016/03/21/tni-beri-kenaikan-pangkat-13-prajurit-korban-helikopter-jatuh/|title=TNI Beri Kenaikan Pangkat 13 Prajurit Korban Helikopter Jatuh|work=[[Tribunnews|Tribunnews.com]]|access-date=25 Maret 2016|date=2016-03-21|first=Samuel|last=Febrianto|editor-last=Febrianto|editor-first=Samuel}}</ref>
=== Kematian Santoso ===
{{main|Operasi Alfa 29}}[[Berkas:Santoso (Abu Wardah).jpg|jmpl|200px|[[Santoso (teroris)|Santoso]], pemimpin MIT, tewas dalam [[Operasi Alfa 29]]|kiri]]
Pada 18 Juli 2016, kontak tembak terjadi di pegunungan sekitar Desa Tambarana, Poso Pesisir Utara, sekitar pukul 17.00 WITA. Dalam baku tembak yang berlangsung sekitar setengah jam itu, dua orang tewas, dan mereka adalah Santoso dan Mukhtar.<ref name=santosotewas>{{cite web|url=http://www.koran-sindo.com/news.php?r=0&n=28&date=2016-07-20|title=Santoso Tewas, Pasukan Gabungan Buru Basri dan Ali Kalora|website=[[Koran Sindo]]|access-date=2016-07-20|archive-date=2016-08-09|archive-url=https://web.archive.org/web/20160809121635/http://www.koran-sindo.com/news.php?r=0&n=28&date=2016-07-20|dead-url=yes}}</ref>
Basri yang awalnya diperkirakan tewas (belakangan ternyata Mukhtar), berhasil kabur. Kepala Satuan Tugas Operasi Tinombala [[Komisaris Besar Polisi|Kombes (Pol.)]] [[Leo Bona Lubis]] mengungkapkan, kepastian Santoso tewas diperoleh dari hasil identifikasi fisik luar dan dari keterangan saksi-saksi.<ref name=santosotewas/>
{{cquote|"Saya selaku kepala operasi menyatakan bahwa hasil kontak tembak, salah satu (korban tewas) adalah DPO yang selama ini dicari, yaitu gembong teroris Santoso dan Mukhtar yang masuk dalam daftar pencarian orang."
[[Komisaris Besar Polisi|Kombes (Pol.)]] [[Leo Bona Lubis]], [[Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah|Wakapolda Sulawesi Tengah]]<ref name=santosotewas/>}}
Penyerbuan terhadap kelompok Santoso dilakukan sekitar pukul 16.00 WITA oleh anggota satgas bersandi [[Batalyon Infanteri 515#Satgas Tinombala – Tim Alfa 29 Yonif Raider 515/Ugra Tapa Yudha|Alfa-29]] yang terdiri atas sembilan orang prajurit [[Batalyon Infanteri 515|Yonif Raider 515/Kostrad]]. Saat melaksanakan patroli di pegunungan Desa Tambarana, mereka menemukan sebuah gubuk dan melihat beberapa orang tidak dikenal sedang mengambil sayur dan ubi untuk menutup jejak.<ref name=alfa29>{{Cite news|url=http://news.okezone.com/read/2016/07/19/337/1441355/santoso-diduga-tewas-bukti-kerjasama-apik-tni-dan-polri|title=Santoso Diduga Tewas, Bukti Kerjasama Apik TNI dan Polri|work=[[Okezone.com]]|access-date=2016-07-19|last=Septianto|first=Bayu|date=2016-07-19}}</ref>
Mereka juga menemukan jejak di sungai dan terlihat tiga orang di sebelah sungai namun langsung menghilang. Tim satgas ini kemudian berupaya mendekati orang-orang tak dikenal itu dengan senyap. Setelah berada dalam jarak sekitar 30 meter, mereka kemudian terlibat kontak senjata sekitar 30 menit. Setelah dilakukan penyisiran seusai baku tembak, ditemukan dua jenazah dan sepucuk senjata api laras panjang. Sedangkan tiga orang lainnya berhasil kabur.<ref name=kronologi>{{cite web|url=http://news.rakyatku.com/read/13628/2016/07/20/santoso-tewas-tertembak-begini-kronologinya|title=Santoso Tewas Tertembak, Begini Kronologinya|website=Rakyatku|access-date=2016-07-20|archive-date=2016-07-22|archive-url=https://web.archive.org/web/20160722132545/http://news.rakyatku.com/read/13628/2016/07/20/santoso-tewas-tertembak-begini-kronologinya|dead-url=yes}}</ref>
Dua jenazah, yakni Santoso dan Mukhtar, kemudian dievakuasi pada Selasa pagi ke Polsek Tambarana, Poso Pesisir Utara. Hanya beberapa menit di Polsek Tambarana, jenazah kedua buronan dalam kasus terorisme itu diterbangkan dengan sebuah helikopter menuju [[Bandar Udara Mutiara SIS Al-Jufrie]] Palu.<ref name=kronologi/>
=== Penangkapan Basri dan kematian anggota lainnya ===
Pada 14 September 2016, Basri bersama istrinya ditangkap oleh Satgas Operasi Tinombala. Mereka ditangkap tanpa melakukan perlawanan sama sekali. Dia dan istrinya kemudian di bawa ke [[Kota Palu|Palu]] untuk diperiksa atas keterlibatannya dalam kelompok Santoso.<ref name=kronologi2>{{cite web|url=http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/09/160914_indonesia_basri_santoso_masih_ada|title=Basri Ditangkap, Santoso Tewas, Bagaimana Radikalisme di Poso?|website=[[BBC]]|access-date=2016-09-20}}</ref>
Pada 14 September 2016, seorang terduga teroris ditemukan tewas di pinggir Sungai Puna di desa [[Tangkura, Poso Pesisir Selatan, Poso|Tangkura]], [[Poso Pesisir Selatan, Poso|Poso Pesisir Selatan]], sekitar pukul 9:30 pagi waktu lokal ([[WITA]]).<ref name=AndikaTewas>{{cite web|url=http://www.thejakartapost.com/news/2016/09/14/mit-member-found-dead-in-posos-puna-river.html|title=MIT member found dead in Poso's Puna River|website=[[The Jakarta Post]]|access-date=30 September 2016}}</ref> Orang tersebut kemudian [[identifikasi|diidentifikasi]] sebagai [[Andika Eka Putra]], salah satu DPO.
Berdasarkan informasi dari [[Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah|Kapolda Sulawesi Tengah]], [[Rudy Sufahriadi|Brigjen. Pol. Rudy Sufahriadi]], Andika tewas karena kepalanya terbentur batu pada saat dia akan menyeberangi sungai. Tim satgas kemudian diturunkan ke lokasi untuk mengambil jenazah dan dibawa ke RSUD Poso.<ref name=AndikaTewas/><ref name=AndikaDied2>{{cite web|url=http://jakartaglobe.beritasatu.com/news/santosos-successor-basri-arrested-another-terror-suspect-shot-dead-poso-raid/|title=Santoso's successor Basri arrested, another terror suspect shot dead Poso Raid|website=[[Jakarta Globe]]|access-date=30 September 2016|archive-date=2016-10-02|archive-url=https://web.archive.org/web/20161002133806/http://jakartaglobe.beritasatu.com/news/santosos-successor-basri-arrested-another-terror-suspect-shot-dead-poso-raid/|dead-url=yes}}</ref>
Pada 19 September 2016, Satgas Operasi Tinombala Charlie 16, sedang berpatroli di wilayah [[perkebunan]] Tombua dan tiba-tiba bertemu dengan [[Sobron]], salah satu DPO. Sobron kemudian terpojok dan mengambil [[granat]] dari sakunya dan berteriak, "[[Allahu Akbar]]!" setelah dia diminta untuk menyerah. Belum sempat melempar granat tersebut, Satgas kemudian menembaknya di kepala karena dia tidak mau menyerah. Di tubuhnya ditemukan empat granat dan dua ''machete''.<ref name=DPO>{{cite web|url=http://www.straitstimes.com/asia/se-asia/indonesian-militant-suspected-to-be-from-isis-linked-terror-group-in-poso-killed|title=Indonesian Militant Suspected to be from ISIS Linked Terror Group in Poso Killed|website=[[The Straits Times]]|access-date=30 September 2016}}</ref>
Pada tanggal 10 November 2016, [[Yono Sayur]] ditembak mati oleh pasukan gabungan setelah sebelumnya mencoba melarikan diri.<ref name=METRO1>{{Cite news|url=http://news.metrotvnews.com/hukum/5b277Odk-yono-sayur-teroris-santoso-ditembak-mati|title=Yono Sayur Teroris Santoso Ditembak Mati|work=[[MetroTV|Metrotvnews.com]]|access-date=12 November 2016|archive-date=2016-11-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20161113035533/http://news.metrotvnews.com/hukum/5b277Odk-yono-sayur-teroris-santoso-ditembak-mati|dead-url=yes}}</ref>
=== Pergantian nama menjadi Operasi Madago Raya ===
Pada 18 Februari 2021, Polri mengubah nama operasi ini menjadi "Operasi Madago Raya". Nama "Madago Raya" berasal dari [[bahasa Pamona]] yang berarti "baik hati dan dekat dengan masyarakat". Masa tugas Operasi Madago Raya berlangsung dari 1 Januari hingga 31 Maret 2021.<ref>{{Cite web|date=2021-02-18|title=Operasi Tinombala di ubah Menjadi Madago Raya|url=https://tribratanews.polri.go.id/read/5157/39/operasi-tinombala-di-ubah-menjadi-madago-raya-1613620978|website=TribrataNews|access-date=2021-03-27}}{{Pranala mati|date=Desember 2022 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
== Satuan Tugas ==
|