Emha Ainun Nadjib: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Mengembalikan suntingan oleh 180.241.28.184 (bicara) ke revisi terakhir oleh Cyduck Tag: Pengembalian SWViewer [1.6] |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 91:
=== Mandar ===
Di Yogyakarta, seorang asli [[Mandar]] [[Sulawesi Barat]], alumni [[Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa "APMD"|APMD Yogyakarta]] yang kemudian menjadi Pegawai Negeri Sipil yang suka sastra, bersahabat dengan Cak Nun. Namanya Alisjahbana.<ref>{{Cite web|url=https://www.caknun.com/2017/pak-nevi-asisten-pengobatan-cak-nun/|title=Pak Nevi Asisten Pengobatan Cak Nun|last=Mustofa|first=Helmi|date=1 April 2017|website=CakNun.com|access-date=12 Desember 2019}}</ref> Di [[Tinambung, Tinambung, Polewali Mandar|Tinambung]] kampungnya, sekitar tahun 1983, Alisjahbana menghimpun puluhan anak muda yang setiap malam mangkal dan bernyanyi-nyanyi di pinggir jalan, liar dan suka mabuk-mabukan. Mereka yang tidak mampu sekolah dan kuliah itu dihimpun dalam sebuah komunitas yang diarahkan sebagai wahana pembinaan pengembangan seni budaya. Nama komunitas itu '''Teater Flamboyant'''.<ref name=":10">{{Cite web|url=https://www.caknun.com/2018/orang-mandar-yang-lahir-di-jombang-jejak-mbah-nun-di-tanah-mandar/|title=Orang Mandar yang Lahir di Jombang: Jejak Mbah Nun di Tanah Mandar|last=Ismail|first=Hamzah|date=8 April 2018|website=CakNun.com|access-date=12 Desember 2019}}</ref>
[[Berkas:Emha Ainun Nadjib dan Nevi Budianto di Tinambung.jpg|jmpl|kiri|Emha Ainun Nadjib dan Nevi Budianto bersama Teater Flamboyant di Tinambung, April 1989.]] Alisjahbana membina mereka agar bisa terarah dan mempunyai prospek dalam hidupnya ke depan. Secara pelan dan bertahap, anak-anak muda liar dan suka mabuk-mabukan itu bisa terkendali. Salah satu cara ia membangun mimpi mereka, adalah dengan mengenalkan beberapa orang pintarnya Indonesia ke mereka. Salah satunya Cak Nun. Setiap tulisan Cak Nun yang terbit di majalah terkemuka nasional, difotokopi sebanyak mungkin, dibagikan, dan malamnya didiskusikan sampai larut. Perlahan tumbuh rasa cinta anak-anak muda itu ke Cak Nun. Tidak satupun tulisannya yang ada di sejumlah media dilewatkan.<ref name=":10" />
|