Djong (kapal): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Nyilvoskt (bicara | kontrib)
k Mengembalikan suntingan oleh Merzostin (bicara) ke revisi terakhir oleh Surijeal
Tag: Pengembalian Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Nyilvoskt (bicara | kontrib)
k Mengembalikan suntingan oleh Nyilvoskt (bicara) ke revisi terakhir oleh Merzostin
Tag: Pengembalian Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
Baris 118:
Pada 1574, [[ratu Kalinyamat]] dari [[Kesultanan Kalinyamat|Jepara]] menyerang [[Melaka Portugis]] dengan 300 kapal, yang meliputi 80 jong dengan berat ''[[burthen]]'' sampai dengan 400 ton dan 220 kelulus di bawah komando Kyai Demang, tetapi dengan sedikit artileri dan senjata api. Saat perbekalan menipis dan udara menjadi tercemar oleh penyakit,<ref name=":17" />{{rp|212}}<ref>Marsden, William (1783). ''[[iarchive:historySumatra00Mars/page/350/mode/2up|The History of Sumatra: Containing an Account of the Government, Laws, Customs, and Manners of the Native Inhabitants]].'' London: W. Marsden. hlm. 350-351.</ref> Tristão Vaz da Veiga memutuskan untuk mempersenjatai armada kecil sebuah galai dan empat galai kecil dan sekitar 100 tentara dan menuju ke Sungai Malaios, di tengah malam. Sesampai di sana, armada Portugis memasuki sungai tanpa terdeteksi oleh kru Jawa, dan menggunakan bom api yang dilemparkan dengan tangan membakar sekitar 30 jung dan perahu lainnya, menyerang armada Jawa secara mengejutkan, dan menangkap banyak persediaan ditengah-tengah orang Jawa yang sedang panik. Setelah pengepungan 3 bulan, pasukan Jawa mundur.<ref>{{Cite book|title=Portuguese Sea Battles, Volume III - From Brazil to Japan, 1539-1579|last=Monteiro|first=Saturnino|publisher=|year=2011|isbn=|location=|pages=}}</ref>{{rp|395-397}}
 
[[Berkas:Figure 2 Jong by Manuel Godinho de Eredia circa 1613.jpg|jmpl|Gambar jong, oleh [[Manuel Godinho de Erédia]], 1613.]]
Menceritakan pengalamannya saat 10 tahun di Hindia Timur (1601–1611), François Pyrard dari Raval (hidup sekitar tahun 1578–1623) menyebutkan tentang sebuah bangkai kapal jung Sunda di Guradu, [[atol]] Malé selatan, [[Maladewa]]. Kapal itu membawa semua jenis rempah-rempah dan barang dagangan lainnya dari Cina dan Sunda. Di kapal ada sekitar 500 pria, wanita, dan anak-anak, dan hanya 100 yang selamat saat ia tenggelam. Raja Maladewa menegaskan bahwa itu adalah kapal terkaya yang dapat dibayangkan. Pyrard berpikir bahwa itu adalah kapal terbesar yang pernah dilihatnya, dengan tiang yang lebih tinggi dan lebih tebal daripada [[kerakah]] Portugis, dan "top" (tempat observasi di atas tiang) yang jauh lebih besar daripada yang ada di kerakah Portugis. Orang tua dari ratu Sunda adalah pemilik jung itu, keduanya meninggal saat kapal itu tenggelam. Sang ratu, yang waktu itu masih seorang anak kecil, selamat dari kejadian itu. Pyrard percaya bahwa di Indonesia, dibangun kapal yang lebih besar dan dengan bahan yang lebih baik daripada di Portugal atau tempat lain di dunia.<ref name=":25" /><ref name=":26" /><ref name=":1">{{Cite book|last=Gray|first=Albert|year=1887|url=https://archive.org/details/voyageoffrancois01pyra/page/258/mode/2up|title=The voyage of François Pyrard of Laval to the East Indies, the Maldives, the Moluccas and Brazil Vol. I|location=London|publisher=Hakluyt Society|isbn=|pages=258|url-status=live}}</ref>