Kilesa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Faredoka (bicara | kontrib)
Faredoka (bicara | kontrib)
Baris 16:
Meskipun Sutta Piṭaka tidak merinci daftar lengkap kilesa, kitab komentar Abhidhamma Pitaka, yaitu Dhammasaṅgani (Dhs. 1229ff.) dan Vibhanga (Vbh. XII) serta Visuddhimagga pasca-kanonik (Vsm. XXII 49, 65) mengklasifikasikan sepuluh kekotoran batin (''dasa kilesa-vatthūni'') sebagai berikut:
 
# keserakahan (Pāli: ''lobha'')
# kebencian (Pāli: ''dosa'')
# delusi (Pāli: ''moha'')
# kesombongan (Pāli: ''māna'')
# pandangan salah (Pāli: ''micchādiṭṭhi'')
# keraguan (Pāli: ''vicikicchā'')
# kemalasan (Pāli: ''thīna'')
# kegelisahan (Pāli: ''uddhacca'')
# tidak-tahu-malu (Pāli: ''ahirika'')
# tidak-takut-akibat-perbuatan-jahat (Pāli: ''anottapa'')<ref>Rhys Davids & Stede (1921–5), p. 217; and, Nyanatiloka (1988), entry for "kilesa," retrieved 2008-02-09 from "BuddhaSasana" at http://www.buddhanet.net/budsas/ebud/bud-dict/dic3_k.htm {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120328192559/http://www.buddhanet.net/budsas/ebud/bud-dict/dic3_k.htm|date=2012-03-28}}.</ref>
 
<span class="extension-adhd-reader-wrapper"><span class="extension-adhd-reader-container"><span class="extension-adhd-reader-boldify">Kitab Vibhaṅga juga mencakup daftar beruas delapan (Pāli: ''aṭṭha kilesa-vatthūni'') yang terdiri dari delapan daftar pertama dari sepuluh daftar di atas</span>.</span></span><ref>Rhys Davids & Stede (1921–25), p. 217.</ref>
 
Dalam literatur Pali, tiga kilesa pertama dalam sepuluh daftar Abhidhamma di atas (Pāli: ''lobha dosa moha'') dikenal sebagai "akar buruk" (Pāli: ''akusala-mūla'' atau akar ''akusala''); dan kebalikannya (Pāli: ''alobha adosa amoha'') adalah tiga "akar baik" (Pāli: ''kusala-mūla'' atau akar ''kusala'').<ref>In addition to frequent reference in the Abhidhamma and post-canonical Pali literature, references to the unwholesome roots (''akusala-mūla'') are sprinkled throughout the [[Sutta Pitaka]]. For instance, in the [[Digha Nikaya]], it can be found in DN 33 (D iii.215) and DN 34 (D iii.275); in the [[Majjhima Nikaya]], it is the first of several topics discussed by Ven. [[Sariputta]] in the well-known ''[[Sammaditthi Sutta|Sammādi{{IAST|ṭṭ}}hi Sutta]]'' ("Right View Discourse," MN 9); and, in the [[Itivuttaka]], a brief discourse on three unwholesome roots starts off the "Section of the Threes" (Iti. 50). However, in ''none'' of these Sutta Pitaka texts are the three unwholesome roots referred to as ''kilesa''. Such an association appears to begin in the Abhidhamma texts.</ref> <span class="extension-adhd-reader-wrapper"><span class="extension-adhd-reader-container"><span class="extension-adhd-reader-boldify">Kehadiran akar yang baik dan buruk tersebut mlelaui tindakan mental, ucapan, atau jasmani mengkondisikan kondisi kesadaran di masa depan dan faktor-faktor mental yang terkait</span></span></span>.<ref>Nyanatiloka (1988), entry for "mūla," retrieved 2008-02-09 from "BuddhaSasana" at http://www.buddhanet.net/budsas/ebud/bud-dict/dic3_m.htm.</ref>
 
=== Tiga tahap kilesa ===
Tiga tahap kilesa dijelaskan dalam [[Tripitaka Pāli|Tipitaka Pāli]]. Selama tahap pasif, kilesa tertidur di dasar kontinum mental sebagai kecenderungan laten (Pāli: ''anusaya''), tetapi melalui dampak dari rangsangan sensorik, kecenderungan-kecenderungan ini akan mewujudkan dirinya (Pāli: ''pariyutthana'') di permukaan kesadaran dalam bentuk pikiran jahat, emosi, dan kehendak. Jika kecenderungan-kecenderungan ini mengumpulkan kekuatan tambahan, kekotoran batin akan mencapai tahap pelanggaran berbahaya (Pāli: ''vitikkama''), yang kemudian akan melibatkan tindakan fisik atau vokal.
 
Theravādin percaya bahwa kilesa ini merupakan kebiasaan yang terlahir dari ketidaktahuan (Pali: ''avijja'') yang menimpa pikiran semua makhluk yang tak-tercerahkan, yang berpegang teguh terhadapnya dan terhadap pengaruhnya dalam ketidaktahuannya terhadap kebenaran. Akan tetapi, dalam kenyataannya, kilesa tersebut tidak lebih dari sekadar noda-noda yang telah mendera pikiran, menciptakan penderitaan, dan mengondisikan tekanan batin. Makhluk yang tak-tercerahkan menjadi lekat pada tubuh, dengan asumsi bahwa kelekatan itu mewakili diri, padahal tubuh adalah fenomena tak-kekal yang terbentuk dari [[Unsur (Buddhisme)|empat unsur dasar]].<ref>Dan Lusthaus, [http://www.acmuller.net/yogacara/articles/intro-uni.htm ''What is and isn't Yogacara.''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20131216190312/http://www.acmuller.net/yogacara/articles/intro-uni.htm|date=2013-12-16}}</ref>
 
Kemunculan kilesa dan manipulasi batin diyakini telah mencegah batin dari penyadaran atas sifat sejati dari kenyataan. Perbuatan buruk pada akhirnya dapat memperkuat kekotoran batin, tetapi dapat dilemahkan dan dibasmi dengan mengikuti [[Jalan Mulia Berunsur Delapan]]. Berdasarkan Jalan Mulia Berunsur Delapan, ketidaktahuan (Pāli: ''avijja'') dihancurkan oleh kebijaksanaan (Pāli: ''paññā'').
<!-- diterjemahkan dari https://en.wiki-indonesia.club/wiki/Theravada#Defilements -->
== Literatur Mahāyāna ==
 
=== Enam akar kilesa ===
Kitab Abhidharma-Kosa mengidentifikasi enam akar kilesa (''mūlakleśa'') sebagai berikut:<ref>Guenther, Herbert V. & Leslie S. Kawamura (1975), ''Mind in Buddhist Psychology: A Translation of Ye-shes rgyal-mtshan's "The Necklace of Clear Understanding."'' Dharma Publishing. Edisi Kindle, 321.</ref>
* Kelekatan (raga[[Sanskerta]]: ''rāga'')
* Amarah (Sanskerta: ''pratigha'')
* Ketidaktahuan (avidyaSanskerta: ''avidyā'')
* KebanggaanKesombongan/tipu daya (manaSanskerta: ''māna'')
* Keraguan (vicikitsaSanskerta: ''vicikitsā'')
* Pandangan salah (dristiSanskerta: ''dṛṣṭi'')
== Rujukan ==
{{reflist}}