Ahmadiyyah di Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Sumatera
Kontak pertama: ejaan di koran 1927
 
Baris 9:
== Sejarah ==
=== Kontak pertama ===
[[File:ThreePioneersAhmadiyah.gif|thumb|right|300px|Tiga Perintis, pada tahun-tahun terakhir mereka. Dari kiri ke kanan: Ahmad Nurdin, Abubakar Ayubbin Oejoep, Zaini Dahlan]]
Sejarah Jemaat Muslim Ahmadiyah di Indonesia dimulai pada tahun 1925, pada masa [[Hindia Belanda|penjajahan Belanda]] di kepulauan Indonesia, kurang lebih dua dekade sebelum [[Revolusi Indonesia]]. Namun, kontak dengan orang-orang Indonesia dan Muslim Ahmadi di [[India]] dimulai beberapa tahun sebelumnya. Pada tahun 1922, untuk melanjutkan studi agamanya, tiga santri Indonesia, Abubakar Ayyubbin Oejoep, Ahmad Nuruddin dan Zaini Dahlan, dari [[Sumatera Thawalib]], sebuah pesantren di [[Sumatra]], pada awalnya berencana untuk melakukan perjalanan ke lembaga-lembaga Islam di [[Mesir]], yang pada masa itu dikenal untuk reputasi mereka di [[dunia Islam]]. Namun, guru mereka menyarankan mereka untuk melakukan perjalanan ke India, yang menurut mereka semakin menjadi pusat pemikiran Islam. Telah dikemukakan bahwa sejumlah jurnal dan buku Muslim Ahmadi yang diterbitkan di India diedarkan secara luas di negara-negara [[Asia Tenggara]] seperti [[Singapura]], [[Malaysia]] dan Indonesia, pada tahun 1920-an.<ref name="IslamicConnection">{{cite book | url=https://books.google.com/books?id=2MyHnPaox9MC&pg=PA138 | title=Islamic Connections: Muslim Societies in South and Southeast Asia | page=138 | author=R Michael Feener, Terenjit Seve| year=2009 | isbn=9789812309235 }}</ref> Selain itu, pada bulan Oktober 1920, [[Khwaja Kamal-ud-Din]], pemimpin kelompok sempalan [[Gerakan Ahmadiyah Lahore]] melakukan tur ke Asia Tenggara di mana ia berhasil berhasil mendapatkan kepercayaan di antara beberapa Muslim Indonesia. Ia menyampaikan sejumlah pidato di [[Surabaya]] dan [[Batavia]] yang menjadi tajuk utama di beberapa surat kabar terkemuka. Telah didalilkan bahwa ini mungkin menjadi pemicu bagi para guru untuk merekomendasikan perjalanan ke India.<ref name="Burhani660">{{cite journal | journal=Journal of Social Issues in Southeast Asia | title=Conversion to Ahmadiyya in Indonesia: Winning Hearts through Ethical and Spiritual Appeals | date=2014 | volume=29 | issue=3 | author=Ahmad Najib Burhani | publisher=Sojourn | pages=660–663}}</ref>
 
[[File:Ahmadi Students Dutch East Indies.png|thumb|left|300px|Santri Ahmadi dan penganut baru dari Hindia Belanda di hadapan Khalifah [[Mirza Bashir-ud-Din Mahmood Ahmad]]]]