Tahu sumedang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
CricketXP (bicara | kontrib)
Membalikkan revisi 25218311 oleh Yasir Arifin Putra (bicara)
Tag: Pembatalan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
CricketXP (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 7:
| creator = [[Ong Kino]]
| main_ingredient = [[kedelai]]
| calories = 113 kkal<ref>{{cite web|title = Daftar Tabel Kalori|url = http://www.academia.edu/4338874/DAFTAR_TABEL_KALORI|website = http://www.academia.edu|publisher = Academia|accessdate = 2015-01-23}}</ref>
| protein = ~ 7,8 g<ref name=mtsab/>
| fat = ~ 4,6 g<ref name=mtsab/>
Baris 22:
Bermula dari kreativitas yang dimiliki oleh [[imigran]] China, Ong Kino dan istrinya yang menjadi perintis untuk memproduksi [[tahu]] di Sumedang yang awalnya dibuat dari kedelai lurik yang mirip telur puyuh. Tahun demi tahun, Ong Kino beserta istrinya terus menggeluti [[usaha]] mereka hingga sekitar tahun [[1917]], dan [[anak]] tunggal mereka bernama [[Ong Boen Keng]] untuk melanjutkannya. Ong Boen Keng kemudian melanjutkan usaha kedua orangtuanya yang memilih kembali ke tanah kelahiran mereka di Hokkian, [[Republik Rakyat Tiongkok]].
 
Melalui generasi Ong Boen Keng yang terus melanjutkan usaha yang diwariskan dari kedua orang tuanya hingga akhir hayatnya di usia 92 tahun{{Butuh rujukan}}. Di balik kemasyhuran tahu Sumedang ada pula kisah seperti yang diceritakan cicit dari Ong Kino, Suryadi. Sekitar tahun 1928, konon suatu hari tempat usaha sang kakek buyutnya, Ong Boen Keng, didatangi oleh Bupati Sumedang, Pangeran Soeria Atmadja yang kebetulan tengah melintas dengan menggunakan [[dokar]] dalam perjalanan menuju [[Situraja, Sumedang]]. Kebetulan, sang pangeran melihat seorang kakek sedang menggoreng sesuatu. Pangeran Soeria Atmadja langsung turun begitu melihat bentuk makanan yang amat unik serta baunya yang harum.<ref name=oyk>{{cite web|title = Legenda "Bun Keng" Tahu Sumedang|url = http://www.sumedangkab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=188&Itemid=141|website = http://www.sumedangkab.go.id|author = Redaksi Sumedangkab.go.id|accessdate = 2015-01-23}}</ref> Sang bupati, Pangeran Soeria Atmadja kemudian bertanya kepada sang kakek, "''Maneh keur ngagoreng naon?'' (''Kamu sedang menggoreng apa?'')". Sang kakek berusaha menjawab sebisanya dan menjelaskan bahwa makanan yang ia goreng berasal dari tahu. Karena penasaran, sang bupati langsung mencicip satu. Setelah mencicipi, bupati secara spontan berkata dengan wajah puas, "''Enak benar masakan ini! Coba kalau kamu jual, pasti laris!''". Tak lama setelah kejadian ini, tahu digemari oleh penduduk Sumedang dan kemudian sampai ke seluruh Indonesia.<ref name=mtsab/>
 
== Perbedaan dengan tahu biasa ==
Baris 36:
 
[[Kategori:Hidangan Indonesia]]
[[Kategori:Hidangan Sunda]]
[[Kategori:Hidangan Tionghoa-Indonesia]]
[[Kategori:Kabupaten Sumedang]]