Kerajaan Tanah Hitu: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 8:
Kedatangan ''Empat Perdana'' ke Tanah Hitu dibagi menjadi empat periode.
# Pendatang pertama adalah Pattisilang Binaur dari [[Gunung Binaiya]] di Seram Barat, kemudian singgah di Nunusaku, dan melanjutkan perjalanan hingga ke Tanah Hitu, tahun kedatangannya tidak tertulis. Mereka mendiami suatu tempat yang saat ini disebut sebagai Bukit Paunusa, kemudian mendirikan pemukiman bernama Soupele dengan fam Tomu Totohatu.
# Pendatang kedua adalah Kiai Daud dan Kiai Turi, disebut juga Pattikawa dan Pattituri, dengan saudara perempuannya yang bernama Nyai Mas. Menurut silsilah keturunan Raja Hitumessing bahwa Pattikawa, Pattituri, dan Nyai Mas adalah anak dari Muhammad Taha bin Baina Mala-Mala bin Baina Urati bin Zainal Abidin Baina Yasirullah bin Muhammad An Naqib, yang nasabnya berasal dari [[Ali bin Abi Thalib]] dan [[Fatimah az-Zahra|Fatimah]] binti [[Muhammad]]. Sedangkan ibu mereka berasal dari [[Mataram Islam]] yang tinggal di [[Tuban]] dan mereka dibesarkan di sana (menurut Imam Lamhitu; dicatat dengan [[Abjad Jawi|tulisan Arab-Melayu]] pada tahun 1689). Pattikawa kemudian mendirikan sebuah pemukiman di pesisir pantai, nama pemukiman tersebut kemudian menjadi nama ''soa'' atau ''rumahtau'' Wapaliti dengan fam Pellu. Imam Rijali (1646) dalam ''Hikayat Tanah Hitu'' menyebutkan mereka berasal dari Jawa dan datang bersama hulubalangnya yang bernama Tubanbessy yang memiliki arti 'orang kuat dari Tuban'. Adapun kedatangan mereka ke Tanah Hitu itu adalah ingin mencari tempat tinggal leluhurnya yang jauh sebelum 'perdana ke-3' datang. Mereka sampai ke Tanah Hitu diyakini pada abad ke-10, tepatnya di ''Haita Huseka'a'' (Labuhan Huseka'a).
# Pendatang ketiga adalah Jamilu dari [[Kesultanan Jailolo]]. Ia datang ke Tanah Hitu pada tahun 1465. Jamilu kemudian mendirikan pemukiman yang bernama Laten, kemudian nama pemukiman tersebut menjadi nama fam Lating. Jamilu dikenal juga sebagai ''Perdana Nustapi'', ''Nustapi'' berarti 'pendamai'. Hal ini karena ia dapat mendamaikan permusuhan antara Perdana Tanah Hitu dengan Perdana Totohatu. Ia juga digelari sebagai Kapitan Hitumessing.
|