Kekaisaran Romawi Suci: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: halaman dengan galat kutipan |
Tag: halaman dengan galat kutipan |
||
Baris 292:
Semua perubahan tersebut memuculkan banyak perbincangan pada abad ke-15 mengenai Kekaisaran Romawi Suci itu sendiri. Aturan-aturan dari masa lampau tidak lagi sejalan dengan perkembangan zaman, dan ''Landfrieden'' warisan masa lampau dirasa sangat perlu ditegakkan kembali.{{Sfn|Hardy|2018}}
Cita-cita pembaharuan negara dan Gereja yang berjalan serentak di tingkat negara terlahir dari gagasan [[Sigismund, Kaisar Romawi Suci|Kaisar Sigismund]] (memerintah tahun 1433–1437, menjadi Raja Bangsa Romawi dari tahun 1411). Menurut sejarawan Thomas Brady Jr., Kaisar Sigismund "memiliki kewaskitaan dan keluhuran yang tidak didapati di dalam diri seorang kepala negara monarki Jerman sejak abad ketiga belas". Meskipun demikian, tantangan dari luar, kekeliruan-kekeliruan yang dilakukannya sendiri, dan punahnya garis keturunan laki-laki kulawangsa Luksemburg, membuat cita-cita itu tidak kunjung tercapai.{{Sfn|Brady|2009|pp=75–81}}
Pada tahun 1452, [[Friedrich III, Kaisar Romawi Suci|Friedrich III]] menjadi penguasa pertama dari kulawangsa Habsburg yang dinobatkan menjadi Kaisar Romawi Suci.<ref>{{Cite book |last=Drees |first=Clayton J. |url=https://books.google.co.uk/books?id=8TLLEAAAQBAJ&pg=PA167 |title=The Late Medieval Age of Crisis and Renewal, 1300-1500: A Biographical Dictionary |date=2000-11-30 |publisher=Bloomsbury Publishing USA |isbn=978-1-56750-749-2 |language=en}}</ref> Ia sangat berhati-hati dalam menyikapi gerakan pembaharuan di Kekaisaran Romawi Suci. Hampir sepanjang masa pemerintahannya, ia menganggap pembaharuan sebagai ancaman terhadap hak-hak prerogatifnya selaku kaisar. Ia mengindari konfrontasi-konfrontasi langsung, yang bisa saja berujung nista jika para pangreh praja tidak mau menurut.<ref>{{Cite book |last=Wilson |first=Peter H. |url=https://books.google.com/books?id=I5lFCgAAQBAJ&pg=PR79 |title=The Holy Roman Empire: A Thousand Years of Europe's History |date=2016b |publisher=Penguin Books Limited |isbn=978-0-1419-5691-6 |page=79 |language=en |access-date=21 Januari 2022}}</ref> Selepas tahun 1440, pembaharuan Kekaisaran Romawi Suci dan Gereja diusung dan dipimpin oleh tokoh-tokoh di tingkat lokal dan regional, teristimewa para pangreh praja.<ref>{{Cite book |last=Smith |first=William Bradford |url=https://books.google.com/books?id=IUcEmkYpdFQC&pg=PA45 |title=Reformation and the German Territorial State: Upper Franconia, 1300–1630 |date=2008 |publisher=University Rochester Press |isbn=978-1-5804-6274-7 |page=45 |language=en |access-date=21 Januari 2022}}</ref> Meskipun demikian, pada tahun-tahun terakhir masa pemerintahannya, ada lebih banyak tekanan dari tingkat yang lebih tinggi untuk mengambil tindakan. [[Berthold von Henneberg]], Uskup Agung Mainz, atas nama para pangreh praja yang menghendaki pembaharuan (ingin memperbaharui Kekaisaran Romawi Suci tanpa menguatkan kewenangan kaisar), mendesak kaisar untuk melakukan pembaharuan dengan cara memanas-manasi niat Friedrich III untuk melapangkan jalan bagi anaknya, [[Maximilian I, Kaisar Romawi Suci|Maximilian]], supaya terpilih menjadi kaisar sesudah ia mangkat. Oleh karena itu, pada tahun-tahun terakhir masa pemerintahannya, Kaisar Friedrich III memprakarsai ikhtiar perdana pembaharuan negara, yang kemudian hari meluas pada masa pemerintahan Maximilian. Kaisar Maximilian sendiri bersikap terbuka terhadap pembaharuan, meskipun pada hakikatnya ia juga ingin melanggengkan dan memperbesar hak-hak prerogatif kaisar. Sesudah Friedrich meninggalkan kesibukan penyelenggaraan negara dan beristirahat di Linz pada tahun 1488, sebagai suatu langkah kompromi, Maximilian bertindak sebagai perantara yang menghubungkan para pangreh praja dengan ayahandanya. Sesudah menjadi penguasa tunggal sepeninggal ayahandanya, Maximilian meneruskan kebijakan perantara ini, dengan menempatkan dirinya selaku wasit yang tidak berpihak di tengah berbagai pilihan yang diusulkan para pangreh praja.{{Sfn|Wilson|2016|p=79}}{{Sfn|Brady|2009|pp=104–106}}
|