=== Kisah cinta ===
Ibnu bertemu dengan Zaleha pertama kali di [[Martapura, Ogan Komering Ulu Timur|Martapura]], sewaktu ia bekerja di sana sebagai dokter. Setelah menyelesaikan pendidikan kedokteran [[Belanda]] di [[Nederlandsch Indische Artsen School]] (NIAS) di [[Surabaya]] tahun [[1940]] pada usia 26 tahun. Ia kemudian ditugaskan Pemerintah Hindia-Belanda bertugas di daerah [[Sumatera Selatan]]. Persisnya di daerah [[Belitung]] yang merupakan wilayah kolonisasi.
Belitung adalah daerah transmigrasi. Tugasnya adalah untuk membasmi penyakit malaria yang terkenal di sana pada masa itu, serta untuk memperbaiki gizi masyarakat. Selain di Belitung, ia juga kemudian ditugaskan sebagai dokter untuk wilayah [[Martapura, Ogan Komering Ulu Timur|Martapura]] secara keseluruhan.
Sebagai dokter yang masih berstatus bujangan, ia kemudian berkenalan dengan seorang gadis bernama Zaleha, yang biasa dipanggil Saly, putri ''pasirah'' Haji Syafe'ie, tokoh masyarakat yang sangat disegani di [[Martapura, Ogan Komering Ulu Timur|Martapura]] saat itu. Ibunya adalah seorang guru tamatan [[Meer Uitgebreid Lager Onderwijs|MULO]] di [[Palembang]].
Setelah lulus [[Meer Uitgebreid Lager Onderwijs|MULO]] di [[Palembang]], Zaleha pulang ke [[Martapura, Ogan Komering Ulu Timur|Martapura]]. Zaman perang ketika itu menyebabkan Zaleha tinggal di rumah saja sambil secara sukarela menolong anak-anak belajar. Ketika [[Jepang]] datang, Zaleha mengajar anak-anak perempuan bersekolah. Kebetulan sekolah Zaleha berada di depan polikliniknya, sehingga ada banyak kesempatan buat mereka berdua untuk saling memandang, dan akhirnya saling jatuh cinta dan berpacaran.
Mereka selalu bercakap-cakap dalam bahasa [[Belanda]]. Ibnu bahkan lebih terbiasa berbicara dalam bahasa [[Belanda]], atau kalau tidak bahasa [[Jawa]]. Ia mulai terbiasa berbahasa [[Indonesia]] setelah berkenalan dengan Zaleha.
Meskipun sudah berpacaran dan sudah disetujui kedua orangtua, Pak Haji Syafe'ie dan Ibu Haji, tetapi jalan menuju pernikahan tidaklah terlalu mulus. Masih ada tanggapan yang kurang menggembirakan dari keluarga besar Pak Syafe'ie karena Ibnu berasal dari suku lain, yakni suku [[Jawa]]. Waktu itu orang [[Jawa]] yang berada di [[Sumatera Selatan]] kurang dihargai oleh masyarakat setempat. Mereka yang kebanyakan berasal dari [[Banyumas]] umumnya adalah orang-orang transmigran, atau bekerja sebagai kuli kereta api.
Oleh karena Zaleha memang sudah jatuh hati sama Ibnu, dan kedua orangtuanya juga sudah tidak berkeberatan, keluarga besar Pak Syafe'ie pun akhirnya mengalah. Mereka akhirnya menikah pada 12 Desember 1943 di [[Martapura, Ogan Komering Ulu Timur|Martapura]]. Acara syukuran pernikahan diadakan secara sederhana pada malam harinya. Resepsi pernikahan baru diadakan sebulan kemudian. Maklum, adat-istiadat di [[Sumatera Selatan]] waktu itu memerlukan persiapan ini dan itu. Meskipun waktu itu masih zaman [[Jepang]], tetapi resepsinya berjalan lancar.
=== Karier ===
Selepas pendidikan kedokteran di Surabaya, pada tahun [[1940]] Ibnu Sutowo bekerja sebagai dokter di [[Kota Palembang|Palembang]] dan [[Martapura, Ogan Komering Ulu Timur|Martapura]]. Setelah masa kemerdekaan, ia sempat bertugas sebagai Kepala Jawatan Kesehatan Tentara se-Sumatera Selatan (1946-1947). Pada tahun [[1955]], Sutowo ditunjuk sebagai [[Daftar Panglima Komando Daerah Militer II/Sriwijaya|Panglima TT-II Sriwijaya]].
==== '''Perjalanan Karier''' <ref name=":0">{{Cite book|title=Ibnu Sutowo Mengemban Misi Revolusi Sebagai Dokter, Tentara, Pejuang Minyak Bumi|last=Karma|first=Mara|publisher=Pustaka Sinar Harapan|year=2001|isbn=979-416-686-3|location=Jakarta|page=}}</ref> ====
# Dokter pada ''Gouverment Indische Arts Malariabestrijding'' di Batavia (2 Juli 1940-31 Agustus 1940).
# Dokter pada Rumah Sakit Plaju, Sungai Gerong, Palembang (31 Agustus 1940-16 September 1945).
# Kepala Rumah Sakit Plaju, Sungai Gerong, Palembang (16 September 1945-16 Desember 1945).
# Kepala Rumah Sakit Umum Palembang (16 Desember 1945-1947).
# Bergabung dengan TRI Darat kemudian menjadi TNI Angkatan Darat (5 Desember 1946).
# Kepala Jawatan Kesehatan Tentara Divisi II / Garuda kemudian pada tahun 1948 berganti nama menjadi Sub Komandemen Sumatera Selatan serta pada tahun 1950 berganti nama menjadi Tentara Teritorium II / Sriwijaya (5 Desember 1946-16 Juni 1951).
# Kepala Staf Sub Komandemen Sumatera Selatan (18 Februari 1948-9 Juni 1949).
# Kepala Staf Daerah Militer Istimewa Sumatera Selatan (9 Juni 1949-9 Desember 1949).
# Kepala Staf Tentara Teritorium II / Sriwijaya (9 Desember 1949-11 Juni 1955).
# Kepala DKAD Teritorium II merangkap Kepala DKAD Teritorium I (17 Juni 1951-11 Juni 1955).
# Panglima Tentara Teritorium II / Sriwijaya (11 Juni 1955-2 Juli 1956).
# Asisten IV Kepala Staf Angkatan Darat (2 Juli 1956-25 Agustus 1958).
# Deputi II Bidang Operasi Kepala Staf Angkatan Darat merangkap Deputi Pelaksana Perang Pusat (29 Desember 1956-Juli 1959).
# Direktur Utama PT Permina (10 Desember 1957-9 Oktober 1968).
# Inspektur Teritorial & Perlawanan Rakyat Markas Besar Angkatan Darat (25 Agustus 1958-Juli 1959).
# Kepala Jawatan Minyak Gas & Bumi kemudian menjadi Biro Minyak Gas & Bumi Departemen Perindustrian Dasar & Pertambangan (18 Oktober 1960-13 November 1963).
# Kepala Direktorat Minyak Gas & Bumi pada Pembantu Menteri Perindustrian Dasar & Pertambangan Bidang Pertambangan dan Urusan Perusahaan Tambang Negara (13 November 1963-27 Agustus 1964).
# Gubernur Indonesia untuk ''[[Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi|Organization of the Petroleum Exporting Countries]]'' / Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) (1965).
# Menteri Urusan Minyak Gas dan Bumi pada Kabinet Dwikora II dan Dwikora III (21 Februari 1966-25 Juli 1966).
# Direktur Jenderal Minyak Gas & Bumi di Departemen Pertambangan pada Kabinet Ampera I, Kabinet Ampera II serta Kabinet Pembangunan I merangkap Penasihat Presiden R.I Bidang Industri / Pembangunan (25 Juli 1966-6 Juni 1968)
# Direktur Utama PT Pertamina (9 Oktober 1968-3 Maret 1976)
# Ketua Otorita Batam<ref name="Sejarah Kepala Otorita Batam">{{cite news |last=|first=|date= 31 Desember 2015|title=6 Sosok Ketua Otorita Batam-BP Batam yang Sukses Sulap Hutan Belantara Jadi Kota Industri|url=https://www.batamnews.co.id/berita-9883-6-sosok-ketua-otorita-batambp-batam-yang-sukses-sulap-hutan-belantara-jadi-kota-industri.html|work=BatamNes |location= |access-date=26 November 2019}}</ref>
# Pensiun (1976).
'''Riwayat Pangkat Militer :''' <ref name=":0" />
# Mayor (5 Desember 1946-21 Februari 1947).
# Letnan Kolonel (21 Februari 1947-18 Februari 1948).
# Mayor (18 Februari 1948-9 Desember 1949), diturunkan pangkat karena adanya kebijakan Re-Ra (Reorganisasi dan Rasionalisasi) dalam TNI.
# Letnan Kolonel (9 Desember 1949-29 Desember 1956).
# Kolonel (29 Desember 1956-18 Oktober 1960).
# Brigadir Jenderal (18 Oktober 1960-1964).
# Mayor Jenderal (1964-1 November 1969).
# Letnan Jenderal (1 November 1969-Maret 1976).
# Pensiun (1976).
=== Permina & Pertamina ===
Pada tahun 1957, [[A.H. Nasution]] (saat itu [[KSAD]]) menunjuk Sutowo untuk mengelola PT Tambang Minyak Sumatera Utara (PT Permina). Pada tahun [[1968]], perusahaan ini digabung dengan perusahaan minyak milik negara lainnya menjadi PT [[Pertamina]].
Harian ''[[Indonesia Raya (surat kabar)|Indonesia Raya]]'' pimpinan [[Mochtar Lubis]] pada tanggal [[30 Januari]] 1970 memberitakan bahwa simpanan Ibnu Sutowo pada saat itu mencapai Rp 90,48 miliar (kurs rupiah saat itu Rp 400/dolar), dan melaporkan kerugian negara akibat kongkalikong Ibnu dan pihak Jepang mencapai US$1.554.590,28. Saat itu, pemerintah Indonesia di bawah Presiden [[Soeharto]] membentuk tim yang bernama ''[[Komisi Empat]]'' untuk menyelidiki dugaan korupsi di Pertamina. Tim ini menghasilkan laporan yang menyimpulkan terjadinya beberapa penyimpangan-penyimpangan, tetapi tanpa tindakan hukum apa pun terhadap pelaku korupsi.
Pada tahun [[1975]], Pertamina jatuh krisis. Pada tahun [[1976]], Ibnu mengundurkan diri sebagai Dirut Pertamina, dan meninggalkan Pertamina dalam kondisi utang sebesar US$ 10,5 miliar. Ibnu lalu masuk ke [[Aqua (air mineral)|PT Golden Mississippi]].
Selain menjadi Direktur Utama Pertamina, Ibnu juga dipercaya oleh Presiden [[Soeharto]] dalam sejumlah proyek-proyek besar yang terkait pemerintah maupun Keluarga Soeharto seperti Pembangunan Gedung Bina Graha [[Istana Merdeka]], Proyek Laboratorium [[USAID]] di [[Jonggol]], Proyek Rumah Sakit Pertamina di [[Jakarta Selatan]] dan Pembangunan Lapangan Golf di sejumlah tempat.
=== Aqua & Petronas ===
[[Tirto Utomo]], bawahan Ibnu, yang sedang membuat produk [[air mineral]] pada tahun [[1973]], dengan merek [[Aqua (air mineral)|Aqua]], berkunjung ke [[Bangkok]], [[Thailand]]. Ibnu juga diajak oleh Tirto, untuk mempelajari cara pembuatan air mineral di pabrik [[air mineral]] [[Polaris (air mineral)|Polaris]] di [[Thailand]], karena di Indonesia, sama sekali belum ada. Sampai akhirnya, ia berkata kepada Tirto: "Aneh Tirto ''iki''. ''Banyu banjir kok diobokke'' dalam botol".
Setelah Aqua semakin terkenal ketika pertandingan [[bulu tangkis]] [[Piala Thomas & Uber 1988]] di [[Kuala Lumpur]] dan pertandingan [[golf]], ia berpendapat bahwa Aqua harus dikelola oleh yang lebih muda. Maka, ia mengundurkan diri dari jabatan direktur utama PT Golden Mississippi dan digantikan oleh Willy Sidharta.
Pada masa kepemimpinan Willy Sidharta, yang jabatannya diletakkan oleh Ibnu, PT Golden Mississippi juga memperluas bisnisnya ke dalam bidang taman kota dengan membangun Taman Aqua di setiap [[Ruang Terbuka Hijau]] di [[Jakarta]] dan taman wisata [[Aqua KLCC]] yang dikelola oleh air minum merek "Sehat" (produk Aqua di [[Malaysia]], [[Brunei]], dan [[Singapura]]) di [[Kuala Lumpur]], dan Ibnu mendirikan Bank Aqua pada [[1988]], meski bisnis perbankan ini akhirnya gagal.
Setelah meninggalkan Pertamina dengan kondisi hutang yang sangat tinggi, Ibnu lalu mulai mengelola [[Petronas]], pertambangan minyak [[Malaysia]] pada [[1976]]. Walaupun [[Petronas]] baru 2 tahun berdiri, Ibnu menanggapi pesatnya pertumbuhan pertambangan minyak yang dikelola sendiri oleh [[umat Islam]], sehingga kekayaan [[umat Islam]] selalu disumbang dari pertambangan [[minyak]], walaupun [[minyak]] sendiri termasuk dalam [[Sumber Daya Alam]] yang tidak dapat diperbaharui, seperti halnya [[bahan tambang]] lainnya.
=== Kasus Hilton Senayan ===
[[Ali Sadikin]], mantan [[Gubernur Jakarta]], saat diperiksa tahun [[2005]] mengaku tertipu oleh PT Indobuildco yang dikiranya merupakan anak perusahaan Pertamina. Saat itu Ibnu Sutowo sebagai Direktur [[Pertamina]] diminta untuk membangun hotel Pertamina di Senayan dengan [[hak guna bangunan]] 30 tahun, tetapi ternyata hotel tersebut dimiliki oleh perusahaan pribadi Ibnu Sutowo.
[[Hilton Hotel]] di Senayan kini berganti nama menjadi [[Sultan Hotel]], hingga hari ini tetap dimiliki oleh keluarga Sutowo. Perpanjangan HGB dilanjutkan setelah HGB lama berakhir 2002.
<!--[[Hilton Hotel]] alias Sultan Hotel menjadi monumen kegagalan pemberantasan [[korupsi di Indonesia]]-->
== Referensi ==
{{reflist}}
{{S-start}}
{{s-off}}
{{Succession box |jabatan = [[Daftar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia|Menteri Minyak dan Gas Bumi Indonesia]] |years =1966|before = Armunanto|after = [[Slamet Bratanata]] }}
{{S-mil}}
{{Succession box |jabatan = [[Komando Daerah Militer II/Sriwijaya#Pejabat Pangdam|Pangdam Sriwijaya]] |years =1955–1956|before = [[Bambang Utoyo]] |after = Barlian }}
{{S-gov}}
{{S-new|office}}
{{S-ttl|title=[[Kepala Badan Pengusahaan Batam|Ketua Otorita Batam]]|years=1971–1976}}
{{s-aft|after=[[J.B. Sumarlin]]}}
|-
{{s-bus}}
{{s-new}}
{{Succession box |jabatan = [[Direktur Utama Pertamina]] |years =1968–1976|before = ''Tidak diketahui'' |after = Piet Haryono }}
|-
{{s-ttl |title = Direktur utama [[Aqua (air mineral)|PT Aqua Golden Mississippi Tbk]] |years = 1976–1998}}
{{s-aft |after = Willy Sidharta }}
{{s-other}}
{{Kotak_suksesi |jabatan = [[Daftar Ketua Umum Palang Merah Indonesia|Ketua Umum Palang Merah Indonesia]] |tahun = 1986–1992|pendahulu = Soeyoso Soemodimedjo |pengganti = [[Siti Hardijanti Rukmana]]}}
{{S-end}}{{Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia}}{{Direktur Utama Pertamina}}
{{DEFAULTSORT:Sutowo, Ibnu}}
[[Kategori:Dokter Indonesia]]
[[Kategori:Direktur BUMN]]
[[Kategori:Direktur Utama Pertamina]]
[[Kategori:Tokoh TNI]]
[[Kategori:Tokoh militer Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat]]
[[Kategori:Panglima Komando Daerah Militer II/Sriwijaya]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Tokoh Sumatera Selatan]]
[[Kategori:Tokoh Yogyakarta]]
[[Kategori:Tokoh dari Kota Yogyakarta]]
[[Kategori:Politikus Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Orde Baru]]
[[Kategori:Menteri Indonesia]]
[[Kategori:Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia]]
[[Kategori:Koruptor Indonesia]]
== Riwayat Hidup ==
=== Kisah cinta ===
Ibnu bertemu dengan Zaleha pertama kali di [[Martapura, Ogan Komering Ulu Timur|Martapura]], sewaktu ia bekerja di sana sebagai dokter. Setelah menyelesaikan pendidikan kedokteran [[Belanda]] di ''Nederlandsch Indische Artsen School'' (NIAS) di [[Surabaya]] tahun [[1940]] pada usia 26 tahun. Ia kemudian ditugaskan Pemerintah Hindia-Belanda bertugas di daerah [[Sumatera Selatan]]. Persisnya di daerah [[Belitung]] yang merupakan wilayah kolonisasi.
Belitung adalah daerah transmigrasi. Tugasnya adalah untuk membasmi penyakit malaria yang terkenal di sana pada masa itu, serta untuk memperbaiki gizi masyarakat. Selain di Belitung, ia juga kemudian ditugaskan sebagai dokter untuk wilayah [[Martapura, Ogan Komering Ulu Timur|Martapura]] secara keseluruhan.
|