Baru, Sinjai Tengah, Sinjai: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 30:
Seiring waktu yang panjang, tiap wilayah terkena pengaruh & mengadopsi bahasa & budaya dari episentrum geo politik serta sosial budaya terdekat. Manimpahoi yang lebih dekat dengan Federasi Tellu Limpoe, menyerap sistem Bugis, sedangkan 6 anggota Pitu Limpoe lainnya yang secara geografis & komunikasi lebih dekat ke Gowa, Tallo, & Makassar, mengikut pranata sosial budaya Makassar.
 
Arung Manimpahoi atau biasa juga disebut Puatta Manimpahoi kedelapan yaitu Makkumpelle Daeng Paesong adalah sosok kharismatik yang berkuasa hingga tahun 1900.Dia digantikan oleh anaknya hingga tahun 1970 yang bernama H.Andi Paduppa (Aru Manimpahoi, 1901-1970), sementara anak-anak lainnya tersebar membentuk akkarungeng (kerajaan penyangga) di seluruh wilayah kekuasaan Manimpahoi.<ref>https://sultansinindonesieblog.wordpress.com/sulawesi/manimpahoi-kerajaan-sinjai/</ref>
 
Akkarungeng Ba'nyira posisinya di sisi selatan Manimpahoi. Akkarungeng gabungan dari beberapa perkampungan yang berkonsentrasi di punggung perbukitan & lereng gunung Ba'nyira.
 
Akkarungeng Ba'nyira posisinya di sisi selatan Manimpahoi. Akkarungeng gabungan dari beberapa perkampungan yang berkonsentrasi di punggung perbukitan & lereng gunung Ba'nyira.
=== Sejarah Pasca Kemerdekaan ===
Pasca kemerdekaan, 20 Oktober 1959, 10 kerajaan Tellu Limpoe & Pitu Limpoe menggabungkan diri ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam wilayah admiinistratif Kabupaten Sinjai. Pada struktur baru, Akkarungeng Ba'nyira & Akkarungeng Halimping dilebur menjadi satu pada tahun 1962. Nama ''Baru'' dipilih sebagai nama desa yang merupakan akronim dari dua nama wilayah yaitu ''Ba'nyira'' & ''Haru'' (nama wilayah dalam Akkarungeng Halimping). Desa yang baru terbentuk ini dibagi menjadi 4 dusun yakni ; Banyira, Bua, Haru, & Halimping.{{Sfn|Saotanre.Sideka.id 2018, Sejarah Desa||p=http://saotanre.sideka.id/profil/sejarah/}}