Gunung Ruang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 38:
|map=}}
Letusan pada 3 Maret dimulai ketika material vulkanik mulai berjatuhan dari puncak dan masuk ke laut. Ahli zoologi dan antropolog Jerman Dr. Adolf Bernhard Meyer, seorang saksi mata letusan tersebut menggambarkan Ruang sebagai pulau berbentuk kerucut yang menjulang di atas laut. Pada saat terjadi letusan, pulau tersebut tidak berpenghuni.<ref name="Pranantyo et al.">{{cite journal |author1=Ignatius R. Pranantyo |author2=Mohammad Heidarzadeh |author3=Phil R. Cummins |title=Complex tsunami hazards in eastern Indonesia from seismic and non-seismic sources: Deterministic modelling based on historical and modern data |journal=Geoscience Letters |date=2021 |volume=8 |issue=8 |page=20 |doi=10.1186/s40562-021-00190-y |bibcode=2021GSL.....8...20P |s2cid=233746800 |url=https://geoscienceletters.springeropen.com/track/pdf/10.1186/s40562-021-00190-y.pdf |doi-access=free }}</ref> Namun penduduk sekitar [[Pulau Tagulandang]] memiliki perkebunan di [[Pulau Ruang]]. Gempa kuat dan suara gemuruh keras terjadi pada pukul 20.00 waktu setempat. Berdasarkan pengamatan sejarah letusan tersebut, Pranantyo dan pihak lain menafsirkannya sebagai runtuhnya sebagian sisi gunung berapi bagian timur. Simulasi keruntuhan sisi dan tsunami yang dipicu menunjukkan volume longsor sebesar 0,1 km3 yang paling sesuai dengan deskripsi historis ketinggian tsunami di pulau-pulau terdekat. Program Vulkanisme Global di Smithsonian Institution menetapkan tingkat letusan 2 pada [[Volcanic Explosivity Index]] (VEI). Letusan berlanjut pada 9-10 dan 14 Maret.
|