Selatpanjang (kota): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
MrKholishUmar (bicara | kontrib)
k Sejarah: Hyperlink
Baris 33:
Kota Selatpanjang merupakan pusat pemerintahan kabupaten Kepulauan Meranti, duhulu merupakan salah satu [[bandar]] (kota) yang paling sibuk dan terkenal perniagaan di dalam [[kesultanan Siak]].<ref>{{Cite web |url=http://riautourismboard.com/page/24461/kabupaten-meranti.html |title=http://riautourismboard.com |access-date=2011-07-31 |archive-date=2011-09-28 |archive-url=https://web.archive.org/web/20110928142925/http://riautourismboard.com/page/24461/kabupaten-meranti.html |dead-url=yes }}</ref> Bandar ini sejak dahulu telah terbentuk masyarakat heterogen, terutama suku [[Melayu]] dan [[Tionghoa]], karena peran antar merekalah terbentuk erat dalam keharmonisan kegiatan kultural maupun perdagangan. Semua ini tidak terlepas ketoleransian antar persaudaraan. Faktor inilah yang kemudian menyuburkan perdagangan dan lalu lintas barang barang maupun manusia dari [[China]] ke nusantara dan sebaliknya.
 
Daerah Selatpanjang dan sekitarnya sebelumnya merupakan wilayah kekuasaan Kesultanan Siak Sri Indrapura yang merupakan salah satu kesultanan terbesar di Riau saat itu.Pada masa pemerintahan Sultan Siak VII yaitu ''[[Sultan AssyaidisAssaidis SyarifAsyarif Ali Abdul Jalil Syaifuddin Baalawi]] '' (yang bertahta tahun 1784–1810), biasa disapa Sultan Syarif Ali, memberi titah kepada ''[[Panglima Besar Muda Tengku Bagus Saiyid Thoha]]'' untuk mendirikan Negeri atau Bandar di Pulau Tebing Tinggi. Selain tertarik pada pulau itu juga karena Sultan Assyaidis Syarif Ali Abdul Jalil Syaifuddin Baalawi sendiri pernah singgah ke daerah itu, tujuan utama Sultan Syarif Ali ingin himpun kekuatan melawan ''[[kerajaan Sambas]]'' ([[Kalimantan Barat]]) yang terindikasi bersekutu dengan Belanda yang telah khianati perjanjian setia dan mencuri mahkota Kerajaan Siak. Negeri atau Bandar ini nantinya sebagai ujung tombak pertahanan ketiga setelah ''[[Bukit Batu]]'' dan ''[[Merbau]]'''' untuk menghadang penjajah dan lanun.
 
Maka bergeraklah armadanya dibawah pimpinan Panglima Besar Muda Tengku Bagus Saiyid Thoha pada awal Muharram tahun 1805 Masehi diiringi beberapa pembesar Kerajaan Siak, ratusan laskar dan hulu balang menuju Pulau Tebing Tinggi.