Universitas Cordova: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 39:
Tahun 711 M, pada masa [[Dinasti Umayyah]] di bawah pemerintahan Walid bin Abdul Malik (Al-Walid I) dengan pusat pemerintahannya di [[Damaskus|Damskus]], Gubernur [[Afrika Utara]] ketika itu (Musa bin Nusair) menurunkan komando kepada [[Thariq bin Ziyad|Thariq bin Ziad]] untuk membuka Spanyol. [[Thariq bin Ziyad|Thariq bin Ziad]] dan pasukannya berhasil mendarat di pantai selatan [[Spanyol]]. Ketika mengetahui besar dan kuatnya pasukan Spanyol, Thariq bin Ziad segera membakar kapal-kapalnya, sehingga pasukan [[Islam]] yang dipimpinnya tidak punya kesempatan untuk lari dan kembali ke [[Afrika Utara]]. Dengan penuh semangat jihad, akhirnya pasukan Islam berhasil mengalahkan pasukan Spanyol dan berhasil memasuki daerah [[Toledo]], [[Seville]], [[Malaga]], dan Cordova, sehingga Spanyol menjadi negara bagian kekuasaan Islam yang beribukota di Toledo.
Ketika pada tahun 750 M terjadi pergantian pemerintahan di pusat kekuasaan Islam dari Dinasti Umayyah ke [[Dinasti Abbasiyah]], maka Dinasti Abbasiyah memindahkan ibokotanya dari [[Damaskus]] ke [[Bagdad]], sedang Dinasti Umayyah mempertahankan kekuasaannya di Spanyol dan memindahkan ibukotanya dari Toledo ke Cordova. Cordova mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Abdurrahman III (912-961 M) dan Al-Hakam II (961-976 M). Cordova menjadi salah satu dari dua cahaya dunia ketika itu bersama Bagdad, yang menjadi pusat kemajuan dunia di bidang IPTEK dengan lembaga pendidikan tingginya bernama Universitas Cordova.<ref
Pada masa pemerintahannya, Al-Hakam II mendirikan 27 buah sekolah swasta di Cordova, selain terdapat pula 70 [[perpustakaan]] dan banyak toko buku. Di belahan timur kota itu, terdapat 170 wanita yang berprofesi sebagai penulis kitab suci [[Al-Qur'an|Al-Qur’an]] dengan huruf Kufi yang indah. Selain itu, terdapat pula 80 buah sekolah gratis yang diperuntukan bagi anak-anak fakir miskin.
|