Ahmad Rasyid: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 22:
| 1blankname2 = Ketua
| 1namedata2 = [[Wilopo]]
| office3 = Anggota [[Chuo Sangi-In|Dewan Pertimbangan Pusat di Sumatera]]
| term_start3 = 25 Maret 1945
| term_end3 = 2 Juli 1945
Baris 30:
| 2namedata3 = [[Pesisir Barat Sumatera]]
| pronunciation =
| nationalitycitizenship = Hindia Belanda, 1895–1945<br/>Indonesia, 1945–1985
| birth_name = Ahmad Rasjid
| birth_date = {{Tanggal lahir|1895|12|15}}
Baris 47:
}}
 
[[Buya]] [[Haji (gelar)|Haji]] '''Ahmad Rasyid''' [[Daftar gelar Datuk|Sutan Mansyur]] ({{lahirmati|[[Kabupaten Agam|Afdeling Agam]], [[Pesisir Barat Sumatra]]|15|12|1895|[[Jakarta]]|25|3|1985}}), atau lebih dikenal dengan nama '''A. R. Sutan Mansyur''' adalah seorang [[dai]] dan [[penulis]] berkebangsaan [[Bangsa Indonesia|Indonesia]] yang juga merupakan tokoh dan pemimpin [[Muhammadiyah]].<ref>{{cite book |last1=Al-Hamdi |first1=Ridho |last2= |first2= |last3= |first3= |last4= |first4= |title=Paradigma Politik Muhammadiyah |date=Juli 2020 |publisher=Diva Press |page=185 |url=https://books.google.co.id/books?id=YQD3DwAAQBAJ&pg |language=id|quote=Setelah masa kepemimpinannya di Muhammadiyah, A. R. Sutan Mansyur terpilih sebagai Penasihat PP Muhammadiyah selama lima periode berturut-turut dari 1962 sampai dengan 1977.}}</ref> Pasca kemerdekaanPascakemerdekaan Indonesia, ia ditunjuk untuk menduduki kursi [[Konstituante Republik Indonesia|Konstituante]] dari [[Partai Masyumi]].<ref>{{cite book |last1= |first1= |last2= |first2= |last3= |first3= |last4= |first4= |title=Kumpulan peraturan-peraturan untuk pamilihan Konstituante |date=1956 |publisher=[[Kementerian Penerangan Republik Indonesia]] |page=238 |url=https://books.google.co.id/books?id=DvxZQtmFr4cC |language=id|quote=}}</ref> Di partai, ia diberi mandat menjadi wakil ketua majelis syura dari 1949 sampai 1952. Ahmad Rasyid juga seorang [[akademisi]] sekaligus yang meresmikan Fakultas Falsafah dan Hukum [[Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat]] di [[Padang Panjang]].<ref>{{Cite news |url=https://umsb.ac.id/berita/info/49-sejarah |title=Sejarah |date=17 Maret 2022 |access-date=19 April 2024 |work=[[Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat]] |location= |author1= |quote=Dalam sebuah catatan riwayat hidup oleh Konstituante, Ahmad Rasyid menjadi dosen di Fakultas Falsafah dan Hukum dalam rentang tahun 1953 sampai 1956. |author2= |language=id |archive-date= |archive-url= |dead-url=no }}</ref>
 
== Kehidupan awal dan pendidikan ==
Baris 57:
[[Berkas:Hanif Rasyid.JPG|jmpl|kiri|Hanif Rasyid, putra Ahmad Rasyid dari pernikahannya dengan Fathimah Karim Amrullah.]]
 
Pada tahun 1917 oleh gurunya, [[Abdul Karim Amrullah]] atau lebih dikenal dengan nama Haji Rasul memperkenalkan putri sulungnya, yaitu Fathimah bintidari Abdul[[Suku Karim AmrullahTanjung]].{{sfn|Aisyah Rasyid|2009|loc=|pp=24}} Ia lahir dari pernikahan Haji Rasul dengan Raihanah binti Haji Zakaria yang mewariskan Suku Tanjung. Di usia yang masih remaja, Fathimah dinikahkan dengan Ahmad Rasyid di [[Sungai Batang, Tanjung Raya, Agam|Sungai Batang]]. Sejak saat itulah Ahmad Rasyid memperoleh gelar [[Daftar gelar Datuk|Sutan Mansyur]], sesuai dengan adat Minangkabau bahwa setiap laki-laki yang menikah akan mendapatkan gelar.<ref>{{Cite news |url=https://sumbar.inews.id/berita/gelar-adat-minangkabau-makna-dan-cara-pemberiannya |title=Gelar Adat Minangkabau, Makna dan Cara Pemberiannya |date=12 November 2022 |access-date=14 Mei 2023 |work=iNews |location=Padang |author1=Silfia Rahmah Harahap |author2= |language=id |archive-date= |archive-url= |dead-url=no }}</ref> Dari pernikahan mereka dikaruniai enam belas anak, salah satunya Hanif Rasyid, seorang mantan Ketua Umum Pimpinan Daerah [[Muhammadiyah]] Kabupaten Agam dari 2000 sampai 2005 dan Dewan Penasihat [[Majelis Ulama Indonesia]] Kabupaten Agam.<ref>{{Cite web|date=2017-03-18|title=Agam Berduka, Buya Hanif Rasyid AR Wafat|url=https://kaba12.co.id/2017/03/18/agam-berduka-buya-hanif-rasyid-ar-wafat/?amp=1|access-date=2021-10-01|work=Kaba12|language=id|archive-date=2021-10-01|archive-url=https://web.archive.org/web/20211001131504/https://kaba12.co.id/2017/03/18/agam-berduka-buya-hanif-rasyid-ar-wafat/?amp=1|dead-url=yes}}</ref> Salah satu cucunya dari anaknya yang bernama Chalid Rasyid, Arief Rahman memiliki kiprah elektoral sebagai calon legislatif [[DPRD DKI Jakarta]] untuk Jakarta Timur dari [[Partai Matahari Bangsa]].<ref>{{Cite web|last=Chalid|first=Arief Rahman|date=2009-01-02|title=Pandangan Islam Tentang Kemakmuran|url=https://arifpmb.wordpress.com/|access-date=2021-10-01|work=Wordpress|language=id}}</ref>
 
Ia sebenarnya memiliki dua istri dengan nama yang hampir sama, yaitu Fathimah binti Abdul Karim Amrullah—dijuluki sebagai Umi Tuo—dan Fathimah binti Abdullah—dijuluki sebagai Umi Etek—yang menikah pada tahun 1928 dengan dikaruniai 11 orang anak,<ref>{{Cite news|date=2008-04-25|title=Mengenang Buya Sutan Mansur|url=https://news.okezone.com/amp/2008/04/25/58/103793/mengenang-buya-sutan-mansur|access-date=2021-10-03|work=[[Okezone.com]]|language=id}}</ref> termasuk Inin Salma yang merupakan akademisi pendiri sekolah keperawatan Muhammadiyah di [[Kalimantan Barat]] bersama dengan suaminya, Barry Barasilla.<ref>{{Cite news|date=2022-10-07|title=Inin Salma AR Sutan Mansur, Perempuan Penggerak Pendidikan Muhammadiyah Kalbar|url=https://suaramuhammadiyah.id/2022/10/07/inin-salma-ar-sutan-mansur-perempuan-penggerak-pendidikan-muhammadiyah-kalbar/amp/|access-date=2023-03-22|work=Suara Muhammadiyah|language=id}}</ref> Fathimah binti Abdullah tidak tinggal satu atap dengan Ahmad Rasyid, ia berkediaman di [[Rawamangun, Pulo Gadung, Jakarta Timur|Rawamangun]], [[Jakarta Timur]] dan meninggal dunia pada 28 April 1984.<ref name="wawancara">{{Cite news|date=1982-02-20|title=Sutan mansur, buya yang lain |url=https://majalah.tempo.co/read/tokoh/48137/sutan-mansur-buya-yang-lain |access-date=2021-10-03|work=[[Tempo.co]]|language=id|last=Administrator}}</ref>
Baris 115:
Ahmad Rasyid dikenal mempunyai sifat toleran dalam bidang fikih, misalnya ketika adanya perbedaan pendapat terkait ''furu'iyyah'' atau hukum agama yang tidak pokok, akan tetapi ia tidak terlalu mempermasalahkan. Hasil Putusan Tarjih (HPT) Muhammadiyah dipandangnya hanya sebagai sikap organisasi Muhammadiyah terhadap suatu masalah agama, itu pun sepanjang belum ditemukan pendapat yang lebih kuat, sehingga tidak mengikat anggota-anggota Muhammadiyah.
 
Perjuangannya dalam mengembangkan, mengenalkan, dan menyebarluaskan Muhammadiyah di [[Sumatera Barat]] membuat dia memiliki julukan yang diberikan oleh [[Muhammad Yunus Anis]], yaitu sebagai "Bintang Barat Muhammadiyah", setelah [[Mas MansoerMansur]] dipandang sebagai "Bintang Timur Muhammadiyah". [[Hamka]] menjulukinya sebagai ideolog Muhammadiyah. Ahmad Rasyid pun dipandang selaku tokoh utama Muhammadiyah dari generasi pertama, setelah Ahmad Dahlan, A. R. Fachruddin, [[Kyai Haji Ibrahim]], Abdul Mu'thi, Mukhtar Bukhari, dan Mas Mansur.
 
== Pandangan ==
Pentingnya [[jihad]] dibahas olehnya secara khusus dalam ceramahnya antara tahun 1952 sampai 1957 di [[Banjarmasin]], [[Kalimantan Selatan]]. Ahmad Rasyid menilai bahwa asalnya jihad adalah dari pengharapan manusia untuk dibela atau ditolong oleh Allah. Namun, Allah hanya akan menolong, apabila hambanya bersedia menolong agama Allah. Jihad terdiri dari tiga tahap yang harus ditempuh, yaitu adanya roh suci yang menghubungkan antara sang makhluk dengan sang pencipta. Roh suci yang dia maksudkan adalah beriman kepada Allah yang menjadi pokok dari jihad.<ref>{{Cite news |url=https://jejakislam.net/jihad-di-mata-ar-sutan-mansur/ |title=Jihad di Mata AR Sutan Mansur |last= |first= |work=Jejak Islam |date=2017-02-09 |access-date=2021-10-05 }}</ref> Selanjutnya, terdapat tenaga ilmu dan tenaga benda. Menurutnya, ketiga hal tersebut dapat menyempurnakan jihad. Akan tetapi, semua tetap berpangkal pada keimanan.
 
{{quote|Rasul itulah yang berhadapan dengan umat yang mempunyai ciri kebangsaannya sendiri-sendiri dengan segala macam peradaban (kebudayaannya) masing-masing. Bagi tiap umat itu telah dibangkitkan seorang rasul yang membawa risalah kepada suatu peradaban dan tingkat kemajuan umat itu sendiri.|author=Ahmad Rasyid Sutan Mansur, 1982|source=|title=}}
 
Jihad dan iman, menurutnya, bersumber dari petunjuk-Nya dan balasan atas jihad tersebut adalah anugerah-Nya, berupa ''baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur'', maksudnya adalah negara yang aman, makmur, dan Allah mengampuni para penghuninya.
Baris 127:
 
== Masa tua ==
Perjuangan dakwah terus dilakukan sejak masa muda hingga akhir hayat Ahmad Rasyid. Ketika memasuki umur 80-an, ia kembali ke kampung halamannya di [[Maninjau, Tanjung Raya, Agam|Maninjau]], [[Agam]], [[Sumatera Barat]] dan pada akhirnya berpindah ke [[Jakarta]] sampai akhir hayatnya.<ref name="Tauhid Membentuk Pribadi Muslim">{{Cite web|date=2015-01-02|title=Buya AR Sutan Mansyur: Tauhid Membentuk Pribadi Muslim|url=https://www.tablighmu.or.id/2015/01/buya-ar-sutan-mansyur-tauhid-membentuk.html?m=1|access-date=2021-10-01|work=TablighMu|language=id|archive-date=2021-10-01|archive-url=https://web.archive.org/web/20211001130003/https://www.tablighmu.or.id/2015/01/buya-ar-sutan-mansyur-tauhid-membentuk.html?m=1|dead-url=yes}}</ref><ref>{{Cite news|date=2016-02-12|title=Ahmad Rasyid Sutan Mansur |url=https://www.datatempo.co/foto/detail/P1202201600110/ahmad-rasyid-sutan-mansur|access-date=2021-10-03|work=[[Tempo.co]]|language=id}}</ref> Ia beralamat di Jalan Lontar Atas, [[Kebon Melati, Tanah Abang, Jakarta Pusat|Kebon Melati]], [[Tanah Abang, Jakarta Pusat|Tanah Abang]], [[Jakarta Pusat]]. Di masa tuanya justru banyak tetamu yang mengunjungi rumahnya untuk belajar ilmu tauhid, terutamanyaterkhusus [[Hamka]] selepas meletakkan jabatannya sebagai [[Ketua Majelis Ulama Indonesia]].<ref name="wawancara" />
 
Pada 22 Maret 1985, A. R. Fachruddin bersama dengan pengurus Pimpinan Pusat Muhammadiyah datang menjenguk Ahmad Rasyid di Rumah Sakit Islam, [[Cempaka Putih, Jakarta Pusat|Cempaka Putih]], [[Jakarta Pusat]]. Setelah sebulan mendapat perawatan medis, ia meninggal dunia pada hari Senin, [[25 Maret]] [[1985]] Masehi, bertepatan tanggal 3 Rajab 1405 Hijriyah di usia 89 tahun.<ref name="wafat" /> Jenazah almarhum dimakamkan di [[Taman Pemakaman Umum Tanah Kusir]] setelah disalatkan di Masjid Kompleks Muhammadiyah. Pemakamannya dihadiri oleh [[Munawir Sjadzali]] selaku [[Menteri Agama Indonesia|Menteri Agama]], [[Mohammad Natsir]], dan sejumlah tokoh agama lainnya. Semasa hidupnya, ia dikenal sebagai sosok yang memiliki keramahtamahan.<ref>{{Cite news|date=2024-03-30|title=Buya AR. Sutan Mansur: Ulama yang Murah Senyum, Tabah, dan Peduli Wong Cilik |url=https://indonesiainside.id/khazanah/2024/03/30/buya-ar-sutan-mansur-ulama-yang-murah-senyum-tabah-dan-peduli-wong-cilik|access-date=2024-04-20|work=Indonesia Inside|language=id}}</ref>
 
== Karya sastra ==
Baris 135:
=== Buku ===
* ''Pokok-Pokok Pergerakan Muhammadiyah''
* ''HidupDjihad: Hidoep Berdjihad di Tengah-Tengah KawanLawan dan LawanKawan'' (1940)
* ''Ruh Islam'' (1965)
* ''Panggilan Illahi''
Baris 158:
{{wikiquote|Ahmad Rasyid Sutan Mansur}}
* {{id}} [http://www.konstituante.net/id/profile/MASJUMI_achmad_rasjid_sutan_mansjur Achmad Rasjid Sutan Mansjur]
* {{id}} [https://www.datatempo.co/foto/detail/P1202201600108/ahmad-rasyid-sutan-mansur Ahmad Rasyid Sutan MansurMansyur oleh Tempo, 30 November 1981]
* {{id}} [http://muhammadiyahstudies.blogspot.com/2010/03/buya-ar-sutan-mansur.html?m=1 Buya AR.Ahmad Rasyid Sutan MansurMansyur oleh Muhammadiyah Studies]
* {{id}} [https://talogondan.wordpress.com/category/biografi-tokoh/ In Memoriam Buya Sutan MansurMansyur]
 
{{S-start}}