Istilah " Katolik tradisionalis " sering kali digunakan untuk merujuk pada umat Kristen Katolik yang secara khusus mengabdikan diri untuk mempraktikkan tradisi kuno Gereja; namun ada juga kelompok yang menamakan diri mereka "Katolik tradisionalis" yang menolak banyak perubahan yang dilakukan sejak Konsili Vatikan II, atau menganggap Konsili Vatikan II tidak sah, atau memisahkan diri sepenuhnya dari Gereja Katolik setelah Vatikan II. Beberapa dari mereka yang mengaku sebagai umat Katolik tradisionalis percaya bahwa Paus pada saat itu, dan semua Paus setelahnya, telah membawa mayoritas pendeta Katolik dan umat awam ke dalam ajaran sesat. Mereka memandang dialog antaragama dengan orang-orang Yahudi tidak perlu dan berpotensi mengarah pada “pelemahan” iman Katolik.
Pada bulan Desember 2015, Vatikan merilis dokumen berisi 10.000 kata yang, antara lain, menyiratkan bahwa orang Yahudi tidak perlu berpindah agama untuk mendapatkan keselamatan, dan bahwa umat Katolik harus bekerja sama dengan orang Yahudi untuk melawan antisemitisme.<ref>{{cite [web|url=https://www.npr.org/sections/thetwo-way/2015/12/10]/459223058/catholics-should-not-try-to-convert-jews-vatican-commission-says|title=Catholics [11]Should [Not Try To Convert Jews, Vatican Commission Says|date=10 December 2015|work=NPR.org}}</ref><ref>{{cite web|url=https://www.reuters.com/article/us-pope-jews-idUSKBN0TT1BK20151210#bdz0KPLr1Y8xfUAR.97|title=Vatican says Catholics should not try to convert Jews, should fight anti-semitism|author=Philip Pullella|date=10 December 2015|work=Reuters}}</ref><ref>{{cite web|url=http://www.news.va/en/news/vatican-issues-new-document-on-christian-jewish-di|title=Vatican issues new document on Christian-Jewish dialogue|publisher=|access-date=2015-12]-13|archive-date=2017-11-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20171113203040/http://www.news.va/en/news/vatican-issues-new-document-on-christian-jewish-di|url-status=dead}}</ref> Akibat dikeluarkannya dokumen tersebut menyebabkan perdebatan internal yang sengit di dalam Gereja Katolik, karena tampaknya bertentangan dengan ajaran Gereja " extra ecclesiam nulla salus " ("di luar Gereja tidak ada keselamatan") dan sejak tahun 1985 Gereja telah menolak teologi perjanjian ganda. Vatikan menanggapinya dengan mengklarifikasi bahwa pernyataan tahun 2015 tersebut tidak dapat dipahami sebagai pernyataan doktrinal yang mengandung ajaran Katolik yang mengikat. Insiden ini menyoroti perdebatan yang sedang berlangsung di dalam Gereja Katolik mengenai supersessionisme dan makna "Perjanjian Lama" umat Yahudi dalam kaitannya dengan Perjanjian Baru Kristus. Paus Fransiskus dianggap sangat berperan dalam memajukan hubungan Katolik-Yahudi. Saat berkunjung ke sinagoga, Paus Fransiskus menggemakan pernyataan Paus Yohanes Paulus II bahwa orang-orang Yahudi adalah “saudara tua” umat Kristen, dan lebih lanjut menyatakan: “sebenarnya kalian adalah saudara dan saudari seiman kami. Kami semua berasal dari satu keluarga, keluarga Allah , yang menyertai dan melindungi kita, umat-Nya.” [13]