Sabelianisme: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 6:
Monarkianisme bertentangan dengan teologi-Logos. Lantaran sejak akhir abad ke-2, Kekristenan non-Yahudi didominasi oleh teologi-Logos yang mengajarkan dua-tahap kewujudan Logos, yaitu Logos senantiasa wujud di dalam diri Allah tetapi menjadi suatu wujud terpisah - suatu Kenyataan tedas - tatka Allah memutuskan untuk mencipta, kaum Monarkian pun menyatakan “bahwa teologi para Apolog menyiratkan adanya keterbelahan dalam kewujudan dan kemahaesaan Allah sehingga tidak dapat dibenarkan”, dan bahwa teologi-Logos mengajarkan kewujudan dua khalik dan dua Allah (biteisme) sehingga “tidak sejalan dengan monoteisme”.
 
Menurut Monarkianisme, “Bapa dan Putra adalah pengungkapan yang berlainan dari satu kewujudan yang sama, tanpa pembedaan pribadi di antara keduanya. Dengan kata lain, '''Bapa jualah Putra itu''', dan oleh karena itu mengalami kelemahan-kelemahan insani Putra.” <!--“Jika “Inmengutip the words ofkata-kata Noetus:,the FatherBapaHimselfsendiri becamemenjadi His own SonPutra-Nya.” “It“Itulah wassebabnya thereforeAllah Godterlahir whodari wasrahim bornseorang fromperawan adan virginmendaku anddiri whokepada confessedumat himselfmanusia tosebagai humankindPutra asAllah. theDi Sonatas ofkayu God. At the crosssalib, GodAllah commendedmenyerahkan hisroh-Nya spiritkepada todiri-Nya himselfsendiri, asmanakala heIa actedberlaku to beseakan-akan deadmati, buttetapi hesesungguhnya wasIa nottidak deadmati, insekalipun reality,Ia althoughmembangkitkan hediri-Nya raisedsendiri himselfpada onhari theyang 3rd dayketiga.”<!--
 
Tertullian was one of the Logos theologians and strongly opposed Monarchianism. “The treatise ''Against Praxeas'' is widely recognized as Tertullian’s greatest work on the Trinity. The view apparently taught by Praxeas has come to be called ‘'''modalism'''’, thanks to that designation appearing in Adolf von Harnack’s History of Dogma (1897). Tertullian simply calls his opponent a ‘'''monarchian'''’.”