Perang agama Eropa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 39:
{{Main|Perang Schmalkaldis}}Selepas [[Sidang Umum Augsburg]] pada 1530, Kaisar menitahkan agar seluruh inovasi keagamaan yang tidak diotorisasi oleh Sidang Umum harus dihentikan mulai 15 April 1531. Pihak-pihak yang tidak mematuhi titah ini akan dihadapkan ke Mahkamah Kekaisaran. Sebagai tanggapan, para pembesar Lutheran, yang telah menerapkan tata peribadatan Protestan di gereja-gereja praja mereka, berkumpul di kota [[Schmalkalden]] pada Desember 1530. Di kota ini mereka bersepakat untuk bersatu membentuk [[Liga Schmalkaldic|Liga Schmalkaldis]] ({{lang-de|Schmalkaldischer Bund}}), sebuah [[aliansi militer|aliansi]] yang dirancang untuk melindungi anggota-anggotanya dari jerat hukum Kekaisaran. Anggota-anggota liga pada akhirnya menghendaki agar Liga Schmalkaldis menggantikan [[Kekaisaran Romawi Suci]], dan oleh karena itu setiap praja anggota liga diwajibkan untuk mengerahkan 10.000 infantri dan 2.000 kavaleri demi keamanan bersama. Pada 1532, Kaisar, yang tertekan oleh permasalahan luar negeri, memutuskan untuk mengalah dan menawarkan "[[Perdamaian Nuremberg|Perjanjian Damai Nuremberg]]", yang menangguhkan seluruh tindakan hukum atas praja-praja Protestan sampai ada keputusan dari Konsili Umum Gereja. Moratorium ini berhasil mempertahankan perdamaian di praja-praja Jerman selama lebih dari satu dasawarsa, namun selama itu pula mazhab Protestan semakin kokoh berakar dan semakin luas menyebar.
 
Perdamaian berakhir dengan [[Perang Schmalkaldis]] ({{lang-de|Schmalkaldischer Krieg}}), konflik singkat dari 1546 sampai 1547 antara bala tentara [[Karl V, Kaisar Romawi Suci|Kaisar Karl V]] dan bala tentara para pembesar praja anggota Liga Schmalkaldis. Konflik ini berakhir dengan kemenangan di pihak Katolik, sehingga Kaisar dapat memaksakan pemberlakuan [[Interim Augsburg]], suatu kompromi yang mengizinkan tata ibadat yang sedikit dimodifikasi. Interim Augsburg diharapkan dapat terus diberlakukan sampai Konsili Umum Gereja mengeluarkan keputusannya, akan tetapi berbagai unsur Protestan menolak interim ini, dan perang Schmalkaldis kedua pun meletus pada 1552.[[Berkas: Inname van Godesberg - Capture and destruction of Godesburg in 1583 (Frans Hogenberg).jpg|jmpl|280 px|alt= A castle stands at the top of a steep hill, and its walls are being blown away in explosion and fire. The fortress is surrounded by mounted and foot soldiers and several units of mounted soldiers are racing up the hill toward the castle on its peak. Frans Hogenberg, a Dutch engraver, and artist of the 16th century, was living in the Electorate of Cologne during the war, and engraved this picture of the destruction of the Godesburg (fortress).|Penghancuran benteng di desa [https://coralialeetsgoogle.com/ Godesberg] semasa Perang Köln pada 1583; tembok-tembok diruntuhkan dengan menggunakan bahan peledak, dan sebagian besar dari pihak bertahan dieksekusi mati. Gambar gravir karya Frans Hogenberg, seniman dan juru gravir Belanda pada abad ke-16.]][[Perdamaian Augsburg|Perjanjian Damai Augsburg]] (1555), ditandatangani oleh [[Karl V, Kaisar Romawi Suci]], mengukuhkan keputusan [[Sidang Umum Speyer I|Sidang Umum Speyer]] tahun 1526 dan mengakhiri kekerasan antara kaum [[Lutheran]] dan Katolik di Jerman. Perjanjian ini berisi pernyataan bahwa:
* Pembesar-pembesar praja Jerman boleh menentukan agama (Lutheran atau Katolik) yang dianut di praja kekuasaannya menurut hati nurani masing-masing. Para kawula dari masing-masing praja harus mengikuti agama pembesar praja (prinsip ''[[cuius regio, eius religio]]'').
* Kaum Lutheran yang tinggal di wilayah ''praja gerejawi'' (wilayah yang dikuasai seorang uskup) boleh tetap menjalankan agamanya.