Kota Palopo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Herryz (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Memperbaiki tata penulisan sesuai dengan PUEBI.
Baris 40:
}}
 
'''Kota Palopo''' adalah sebuah [[kota]] di [[provinsiProvinsi]] [[Sulawesi Selatan]], [[Indonesia]]. Kota Palopo sebelumnya berstatus sebagai [[kota administratif]] sejak [[1986]] dan merupakan bagian dari [[Kabupaten Luwu]] yang kemudian berubah menjadi [[kota]] otonom pada tahun [[2002]] sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2002 tanggaltertanggal [[10 April]] [[2002]].
 
Pada awal berdirinya sebagai kota otonom, Palopo terdiri atas 4empat kecamatan dan 20 kelurahan. Kemudian, pada tanggal 28 April 2005, berdasarkan [[Peraturan Daerah]] Kota Palopo Nomor 03 Tahun 2005, dilaksanakan pemekaran menjadi 9sembilan kecamatan dan 48 kelurahan. Kota ini memiliki luas wilayah 247,52&nbsp;km²<ref name="luas" /> dan pada akhir tahun [[2022]] berpenduduk sebanyak 190.867 jiwa.<ref name="BPS" />
 
== Sejarah ==
Baris 48:
[[Berkas:Masjid Tua Palopo.JPG|jmpl|220px|ki|[[Masjid Tua Palopo]] dengan corak khas Bugis]]
 
Kota Palopo ini dulunya bernama Ware yang dikenal dalam Epik [[La Galigo]]. Nama "Palopo" ini diperkirakan mulai digunakan sejak tahun 1604, bersamaan dengan pembangunan Masjid Jami' Tua. Kata "Palopo" ini diambil dari kata [[bahasa Bugis|bahasa Bugis-Luwu]]. Artinya yang pertama adalah penganan yang terbuat dari [[ketan]], [[gula merah]], dan [[santan]]. Yang kedua berasal dari kata "Palopo'i", yang artinya tancapkan atau masukkan. "Palopo'i" adalah ungkapan yang diucapkan pada saat pemancangan tiang pertama pembangunan Masjid Jami' Tua. Dan arti yang ketiga adalah mengatasi.<ref name=Irfan /> Arti lainnya adalah pohon kemuning ([[Kemuning|Murraya paniculata]]), yang mungkin banyak tumbuh di daerah Palopo pada masa lalu.<ref name=Kamus>{{cite book|first=Kuran |last=Puasa |year=2019 |title=Kamus Bahasa Bugis - Indonesia |publisher=Jejak |location=Jawa Barat |isbn=9786024745059}}</ref>
 
Palopo dipilih untuk dikembangkan menjadi ibu kota [[Kesultanan Luwu]] menggantikan Amassangan di Malangke setelah Islam diterima di Luwu pada abad XVII.<ref name=Irfan>{{cite book|first=M. Irfan |last=Mahmud |year=2003 |title=Kota kuno Palopo: dimensi fisik, sosial, dan kosmologi |publisher=Masagena Press |location=Makassar |lccn=2004395232 |isbn=9799797705 |oclc=55680190 |ol=3355797M}}</ref> Perpindahan ibu kota tersebut diyakini berawal dari perang saudara yang melibatkan dua putera mahkota saat itu. Perang ini dikenal dengan Perang Utara-Selatan. Setelah terjadinya perdamaian, maka ibu kota dipindahkan ke daerahn di antara wilayah utara dan selatan Kesultanan Luwu.<ref name=Irfan/>