Demokrasi di Jerman: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k menyesuaikan konteks
Fazily (bicara | kontrib)
k (via JWB)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
Baris 35:
Semakin hari, Partai Nazi semakin kuat, melalui sayap paramiliter mereka, [[Sturmabteilung]] (SA) yang dipimpin oleh [[Ernst Rohm]], Partai Nazi meneror lawan-lawan politik mereka, [[Adolf Hitler]] semakin bergerak mendekati kekuasaan tertinggi di Jerman yang akhirnya diraihnya setelah Presiden Hindenburg mangkat. Pada saat itulah [[Republik Weimar]] sebagai bentuk negara demokratis pertama di Jerman akhirnya hancur dan digantikan dengan kekuasaan [[totalitarian]] [[Nazisme]].<ref name="Carlton Clymer Rodee 2008"/><ref>Ian Adams, Ideologi Politik Muktahir, diterjemahkan dari judul asli, Political Ideology Today, (Yogyakarta: Qalam, 2004) hal. 314 - 315</ref>
 
Dalam buku ''[[Introduction to Political Sciences]]'', kemenangan Nazi bukan karena praktekpraktik teror mereka terhadap lembaga pemerintah [[Weimar]] yang demokratis, ironisnya justru karena memang demokrasi di Jerman saat itu menunjang keberhasilan Partai Nazi, karena sebagian besar rakyat Jerman, dari kelas atas, seperti [[elit politik]], [[tuan tanah]], [[aristokrat]], [[militer]], dan [[birokrat]], kelas menengah, seperti [[intelektual]] dan [[pegawai kantoran]], dan juga kelas bawah, seperti [[buruh]] dan [[petani]], semuanya yang putus asa, marah, frustasifrustrasi, dan depresi dengan keadaan sosial, politik, dan ekonomi – terutama saat [[Depresi Besar]] 1929 – hal ini mendorong kebencian mereka terhadap demokrasi dan sekaligus membangkitkan memori tentang kejayaan Jerman pada masa lalu, terutama pada masa [[Kekaisaran Romawi Suci]] dan [[Kekaisaran Jerman]], sehingga membangkitkan kembali [[Nasionalisme Jerman]] dan ide tentang [[Pan-Jermanisme]] dalam wujud baru, yaitu [[Nazisme]].<ref name="ReferenceA">Carlton Clymer Rodee, dkk, Pengantar Ilmu Politik, diterjemahkan dari judul asli Introduction to Political Science, (Jakarta: Rajawali Press, 2008) hal. 419</ref><ref>William Ebenstein, Isme-Isme yang Mengguncang Dunia: Komunisme, Fasisme, Kapitalisme, Sosialisme, diterjemahkan dari judul asli Today Isms: Communism, Fascism, Capitalism, Socialism, (Yogyakarta: Narasi, 2014) hal. 103 dan 16</ref>
 
Ketika depresi sosial, politik, dan ekonomi di seluruh dunia meningkat, terutama di [[Eropa]] dan [[Asia]], [[fasisme]] muncul sebagai sebuah alternatif yang membawa masyarakat negara pasca-industri keluar dari krisis akibat kegagalan [[kapitalisme]] [[Amerika Serikat]] yang menyebabkan [[Depresi Besar]] 1929, sekaligus menjawab tantangan untuk membentengi negara dari bahaya [[komunisme]] [[Uni Soviet]]. Kekecewaan terhadap [[kapitalisme]] dan ketakutan terhadap [[komunisme]] membuat [[fasisme]] semakin mudah merebut kekuasaan di negara-negara pasca-industri, seperti [[Jerman]], [[Italia]], dan [[Jepang]], ditambah dengan negara lainnya seperti [[Spanyol]] dan [[Portugal]] juga menjadi tempat di mana fasisme berkuasa.<ref name="ReferenceA"/>
 
[[Pakta Tripartit]] yang ditandatangai oleh [[Jerman Nazi|Jerman]], [[Kerajaan Italia|Italia]], dan [[Kekaisaran Jepang|Jepang]] membawa dunia kepada kebangkitan satu kekuatan baru di antara [[kapitalisme]] dan [[komunisme]]. Ketegangan memuncak diantaradi antara tiga ideologi ini, yang akhirnya terjadilah [[Perang Dunia II]], antara [[Blok Poros]] melawan [[Blok Sekutu]].<ref>{{Cite web|url=http://www.history.com/topics/world-war-ii/world-war-ii-history|title=World War II History - World War II - HISTORY.com|website=HISTORY.com|access-date=2017-11-25}}</ref>
 
[[Perang Dunia II]] yang menewaskan puluhan juta orang ini akhirnya dimenangkan oleh [[Blok Sekutu]], yaitu [[Amerika Serikat]], [[Britania Raya]], [[Prancis]], dan [[Uni Soviet]]. Sementara [[Blok Poros]] yang kalah, harus menanggung konsekuensi, [[Kekaisaran Jepang]] harus kehilangan wilayah dan Kaisar [[Hirohito]] kehilangan “kultus” pribadinya,<ref>{{Cite web|url=http://www.history.com/topics/world-war-ii/hirohito|title=Hirohito - World War II - HISTORY.com|website=HISTORY.com|access-date=2017-11-25}}</ref> [[Kerajaan Italia]] dan [[Republik Sosial Italia]] harus dibubarkan, Raja [[Vittorio Emanuele II dari Italia|Victor Emmanuel]] dimakzulkan, dan [[Benito Mussolini]] digantung terbalik,<ref>{{Cite news|url=http://www.history.com/news/mussolinis-final-hours-70-years-ago|title=Mussolini’s Final Hours, 70 Years Ago|newspaper=HISTORY.com|access-date=2017-11-25}}</ref><ref>Syamdani, Kisah para Diktator-Diktator Psikopat: Kontroversi Kehidupan Pribadi dan Kebengisan Pada Diktator, (Yogyakarta: Narasi, 2009) hal. 81 - 83</ref><ref>Jules Archer, Kisah para Diktator: Biografi Politik Para Penguasa Fasis, Komunis, Despotis, dan Tiran, diterjemahkan dari judul asli, The Dictators Fascist, Communist, Despots, and Tyrants: The Biographies of The Great Dictator of The Modern World, (Yogyakarta: Narasi, Cetakan ke 16, 2014) hal. 83</ref> sementara nasib paling sial dialami [[Jerman Nazi]], selain [[Adolf Hitler]] yang diduga bunuh diri, dan [[Partai Nazi]] dibubarkan, [[Jerman]] dan seluruh rakyatnya harus menerima nasib tragis.<ref>Syamdani, Kisah para Diktator-Diktator Psikopat: Kontroversi Kehidupan Pribadi dan Kebengisan Pada Diktator, (Yogyakarta: Narasi, 2009) hal. 32 - 37</ref><ref>Jules Archer, Kisah para Diktator: Biografi Politik Para Penguasa Fasis, Komunis, Despotis, dan Tiran, diterjemahkan dari judul asli, The Dictators Fascist, Communist, Despots, and Tyrants: The Biographies of The Great Dictator of The Modern World, (Yogyakarta: Narasi, Cetakan ke 16, 2014) hal. 203 - 204</ref>