Etnoastronomi Indonesia: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: kemungkinan perlu dirapikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
|||
Baris 187:
Orang Jawa pada masa pra Islam mengenal pekan yang lamanya tidak hanya tujuh hari saja, tetapi dari 2 sampai 10 hari. Pekan-pekan ini disebut dengan nama-nama [[dwiwara]], [[triwara]], [[caturwara]], [[pancawara]], [[sadwara]], [[saptawara]], [[astawara]] dan [[sangawara]]. Zaman sekarang hanya pekan yang terdiri atas lima hari dan tujuh hari saja yang dipakai, tetapi di pulau Bali dan di Tengger, pekan-pekan yang lain ini masih dipakai.
Pada tahun 1856 Masehi, karena penanggalan kamariah dianggap tidak memadai sebagai patokan para petani yang bercocok tanam, maka bulan-bulan musim atau bulan-bulan surya yang disebut sebagai pranata mangsa, diresmikan oleh Sunan Pakubuwana VII.[10] Sebenarnya, pranata mangsa ini adalah pembagian bulan yang sudah digunakan pada zaman pra-Islam, hanya saja disesuaikan dengan penanggalan tarikh kalender Gregorian yang juga merupakan kalender surya dan meninggalkan tarikh Hindu; akibatnya, umur setiap mangsa berbeda-beda.
Orang Nusantara tidak mengenali dan memahami konsep planet, semua benda bercahaya di langit disebut sebagai bintang. Venus dan Mars adalah dua planet yang lekat dengan kehidupan Jawa. Venus disebut panjer rina (ketika muncul di pagi hari) atau panjer sore (ketika muncul di sore hari) dan Mars disebut jaka belek, dimana kedua planet ini digunakan untuk menentukan musim, waktu penanggalan, pertanian dan melaut. Kata "jaka belek" dapat diartikan sebagai "anak laki-laki yang mengalami [[konjungtivitis]]", konjungtivitis sendiri adalah kondisi dimana mata mengalami infeksi dan memerah, hal ini memcerminkan cahaya sinar Mars yang kemerahan.
Baris 195 ⟶ 197:
* Lintang wuluh , lintang kerti atau lintang kartika (Pleiades) : Gugus bintang terbuka di rasi bintang Taurus, merupakan gugus bintang paling jelas dilihat dengan mata telanjang, dan salah satu yang terdekat dengan Bumi, lintang wuluh ini tersirat dalam ukiran Candi Borobudur yang menggambar tujuh buah bintang.
* Gubuk penceng (Crux) : Rasi bintang ini memiliki makna penting dalam menunjukkan arah selatan saat melaut. Dikisahkan ada seorang perempuan yang sedang membawa makanan pada pada pemuda yang membangun gubuk di tengah sawah. Kecantikan gadis itu membuat pemuda-pemuda itu teralihkan konsentrasinya dan membuat konstruksi gubuk menjadi miring.
* Wulanjar ngirim (α dan β Centauri) :
* Waluku (Orion) : Masyarakat Jawa mempercayai bahwa rasi ini membentuk rupa seperti bajak sawah atau waluku, yang artinya waktu yang tepat untuk bertani dan menanam tanaman panen. Apabila mata Waluku berada di bawah menghadap ke bumi, kegiatan menggembur tanah perlu dimulai, tetapi jika Waluku berada dalam kedudukan terbalik seperti dalam posisi terbalik atau telah disimpan, maka kegiatan membajak selesai dan padi sudah bisa ditanam.
* Banyak angrem (Nebula coalsack) : Banyak angrem ("angsa yang mengeram") adalah nebula yang terletak di antara ''Southern Cross'' dan α dan β Centauri, dimana hal ini dapat dilihat sepanjang malam pada bulan ke-11 dalam pranatamangsa. Namun dalam beberapa dilek, banyak angrem merujuk pada rasi bintang [[Scorpius]].
Baris 202 ⟶ 204:
* Sapi gumarang (Taurus) : Lintang Sapi Gumarang terletak di sebelah utara lintang waluku, yang digunakan debagai patokan pertanian, peternakan dan upacara adat.
* Pedati Suwung (Ursa major) : Pedati suwung terlihat sebagai tujuh bintang terang di belahan langit utara yang berguna bagi kapal dan perahu sebagai patokan saat berlayar pada malam hari.
== Bali ==
{{main|Palelintangan}}
|