Kongsi Laita: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Danil Satria (bicara | kontrib)
→‎Catatan kaki: kategori ganda
Wsaragih (bicara | kontrib)
Baris 38:
Gerakan ini berusaha menyebarkan Injil dengan cara dan pendekatan yang memanfaatkan kultur Simalungun. Selain menggunakan bahasa Simalungun sebagai pengantar, komunitas ini juga menggunakan [[adat]] Simalungun dalam mengabarkan Injil.
Sebelum berkunjung ke rumah orang yang hendak di-injili, diadakan acara pendahuluan berupa "''manurduk demban sayur'',"<ref>''Manurduk demban sayur'' yaitu adat Simalungun yang memberikan selembar sirih yang dilengkapi pinang, gambir dan kapur pada orang yang hendak diajak berdialog untuk menunjukkan itikad baik.</ref> atau menyajikan makanan adat "''dayok na binator''."<ref>''Dayok na binatur'', adalah makanan adat Simalungun yang selalu disertakan dalam setiap upacara/perhelatan adat Simalungun berupa ayam yang dimasak dan diatur sedemikian rupa berbentuk ayam yang hidup.</ref>
Dalam pengabaran Injil mereka mengganti istilah "''zending''" dengan istilah "''Mangarah''"<ref>''Mangarah'' (bahasa Simalungun) berarti mengajak seseorang ke arah yang baik, tidak pernah digunakan untuk hal negatif.</ref> yang maknanya lebih mendalam bagi orang Simalungun.<ref>P. Saragih, Pekabaran Injil dalam ''Ambilan pakon Barita'' edisi Jubileum/September 1978, hlm. 41.</ref> Kedalaman hubungan dengan orang yang diinjili juga semakin dekat secara emosionil dengan "''martutur[[Partuturan|Martutur]]''."<ref>''[[Partuturan|Martutur]]'' adalah saling menunjukkan hubungan kekerabatan dengan membicarakan asal-usul, marga dan kampung asalnya.</ref><ref>Wawancara dengan Ny. J.D. Girsang br. Sumbayak, Sondi Raya, 8 Januari 2003, dalam Juandaha Raya P. Dasuha, Martin Lukito Sinaga, Tole! Den Timorlanden Das Evangelium!, Kolportase GKPS, 2003, hlm.191.</ref>
 
Misi pekabaran Injil sangat diutamakan oleh komunitas ini sehingga terciptalah aturan kongsi (''pati-patian ni kongsi'') yang berbunyi: "''Anggo marsahap ham atap ija pe pakon sada halak, gabe anggo marbuali ningon ma bani hata palimakababahkon mansahapkon hata ni Naibata. Siotikon anggo samah Kristen manungkun atap marminggu do ia. Anggo naso tinanda gabe sungkunon atap na dob marminggu do ia''"<ref>J.B. Saragih, Sejarah GKPS Sondi Raya, hlm. 20.</ref> (bahasa Simalungun, artinya: Kalau anda berbicara dengan seseorang di mana saja, haruslah anda selipkan firman Tuhan pada kalimat kelima. Minimal kalau pada sesama orang Kristen menanyakan apakah dia mengikuti kebaktian minggu. Kalau dengan orang yang tidak dikenal hendaknya ditanyakan apakah ia sudah beragama Kristen).