Aji Raden Muhammad Ayub: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
PeragaSetia (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
PeragaSetia (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 5:
| predecessor = [[Achmad Maulana]]
| successor = [[Aji Raden Muhammad Bachrul Hadi]]
| party = [[Nahdhatul Ulama|NU]] (1952–1973)<br>{{parpolicon| PPP}} (1973–1983)
| birth_date = 1917
| birth_place = [[Gunung Tabur]], [[Hindia Belanda]]
Baris 37:
Pada tahun 1950, Ayub diangkat menjadi Kepala Bagian (Kabag) Pemerintahan Umum di Kantor Kepala [[Daerah Istimewa Berau]], kemudian menjabat sebagai Sekretaris Daerah (Sekda) hingga tahun 1951. Di tahun yang sama, dia menjadi Sultan [[Gunung Tabur, Berau|Gunung Tabur]] yang terakhir, menggantikan sultan sebelumnya, [[Achmad Maulana]], yang meninggal dunia pada tanggal 15 April 1951.{{sfn|Herawati|2013|p=344}} Sebagai sultan, dia juga merangkap sebagai Kepala Swapraja Gunung Tabur hingga tahun 1960.{{sfn|Magenda|1991|p=95}}{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1972|p=764}}{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1982|p=255}} Untuk jabatan ini, setiap dua tahun, dia bergantian dengan [[Sultan Muhammad Aminuddin]] dari [[Kesultanan Sambaliung]].{{sfn|Obidzinski|2003|p=169}}
 
Ayub ikut serta dalam [[Pemilihan umum legislatif Indonesia 1955|Pemilihan Umum 1955]] sebagai calon anggota [[Konstituante Republik Indonesia|Konstituante]] atas nama pribadi, namun tidak lolos.{{sfn|Kementerian Penerangan|1956|p=269}} Dia juga menjabat sebagai ketua cabang Partai [[Nahdlatul Ulama|NU]] di Berau dan bergabung dengan organisasipartai tersebut pada tahun 1952.{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1972|p=764}}{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1982|p=255}}{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1980|p=7}}{{efn|Buku ini keliru dalam menuliskan [[Muhammadiyah]] sebagai organisasi yang diikuti Ayub {{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1980|p=7}}}}
 
Masa pemerintahan Ayub diwarnai dengan merosotnya kondisi perekonomian Berau, ketidakstabilan politik, dan meningkatnya sentimen antifeodal. Performa perusahaan batu bara N.V. SMP ([[Steenkolen Maatschappij Parapattan]]) yang menurun drastis akibat kerusakan ekstensif semasa [[Perang Dunia II]] sangat merugikan Berau yang perekonomiannya bergantung pada batu bara.{{sfn|Obidzinski|2003|p=168}} Sebagai akibatnya, penyelundupan [[kopra]] dan [[ikan asin]] ke [[Tawau]] merajalela. Selain karena menurunnya performa tambang batu bara, penyelundupan juga diperparah oleh tingginya angka pengangguran yang berasal dari pengungsi yang kembali ke Berau dan transmigran yang tertarik untuk bekerja di tambang-tambang milik SMP.{{sfn|Obidzinski|2003|p=170-171}}