== Kehidupan ==
Masyarakat Da’aDa'a umumnya tinggal di dataran tinggi wilayah [[Kabupaten Sigi]] dan [[Kabupaten Donggala|Donggala]], [[Sulawesi Tengah]], juga di Bambaira, [[Kabupaten Mamuju Utara]], [[Sulawesi Barat]]. Awalnya, suku Da’aDa'a hidup secara [[nomaden]] dengan [[berburu]] dan meramu. Mereka ahli menggunakan [[sumpit]], seperti [[suku Dayak]] di [[pulau Kalimantan]]. Makanan utama masyarakat suku Da'a merupakan [[sagu]] dan [[ubi jalar]]. Namun, sebagian masyarakat Da’aDa'a telah dipindahkan oleh dinas sosial ke dataran rendah sejak tahun 1970-an. Sejak itu, mereka mulai berkebun<ref name="ReferenceA">2011. “Kehidupan Manusia Modern Awal di Indonesia: Sebuah Sintesa Awal.” Amerta, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi 29 (2): 1–12</ref><ref name="Yuniawati, Dwi Yani 2012">Yuniawati, Dwi Yani, et.al. 2012. “Kajian Pluralisme Budaya Austronesia dan Melanesia Nusantara: Peradaban Penutur Austronesia di Kawasan Lembah Bada, Sulawesi Tengah.” Laporan Penelitian Arkeologi. Jakarta: Pusat Arkeologi Nasional</ref>
[[Makanan pokok]] masyarakat Da’aDa'a di dataran rendah adalah [[padi]], yang ditanam di ladang yang dibuka di hutan lereng pegunungan. Mereka menyebut padi dengan sebutan ''nyi’inyi'i'', sedangkan [[beras]] disebut ''ose'', yang di dalam bahasa Kaili padi disebut ''pae''. Siklus tanam padi ladang adalah satu tahun satu kali panen. Pada saat menunggu panen padi, jika masyarakat Da’aDa'a kekurangan makanan, mereka juga mencari sagu, ''kasubi'' ([[ubi kayu]]), ''toku'' ([[ubi jalar]]), ''[[talas]]'', dan ''loka'' ([[pisang]]). Biasanya sagu didapat dari lembah-lembah sungai yang lembab, sedangkan ubi kayu, ubi jalar, dan talas ditanam di sekitar ladang padi. Pada saat panen padi, mereka mengadakan upacara syukuran yang disebut dengan istilah ''vunja''. Mereka memanen padi dengan menggunakan alat ketam (''ani-ani''). Setelah itu padi diikat dan dijemur dalam pada ''para-para'' yang terbuat dari bambu.
Masyarakat Da'a beternak ''manu'' ([[ayam]]), ''vavu'' ([[babi]]) untuk dikonsumsi, dan memelihara ''asu'' ([[anjing]]) untuk kegiatan berburu. Berbeda dengan komunitas masyarakat Kaili pada umumnya, mereka tidak mengenal ternak [[kerbau]]. Dalam kepercayaan masyarakat Da’aDa'a, binatang yang paling berharga adalah babi, yang digunakan untuk maskawin dalam upacara perkawinan. Masyarakat Da’aDa'a juga melakukan perburuan di hutan, khususnya berburu [[anoa]], [[babi hutan]], dan [[burung ]]. Senjata yang digunakan untuk berburu adalah ''sopu'' ([[sumpit]]), [[parang]], tombak dari bambu runcing, tombak dengan batu yang diikat tali ( harpoon''harpon'') ,.<ref name="ReferenceA"/><ref name="Yuniawati, Dwi Yani 2012"/> ▼
Masyarakat Da’a beternak ''manu'' ([[ayam]]), ''vavu'' ([[babi]]) untuk dikonsumsi, dan memelihara ''asu'' ([[anjing]]) untuk kegiatan berburu.
▲Berbeda dengan komunitas masyarakat Kaili pada umumnya, mereka tidak mengenal ternak [[kerbau]]. Dalam masyarakat Da’a binatang yang paling berharga adalah babi, yang digunakan untuk maskawin dalam upacara perkawinan. Masyarakat Da’a juga melakukan perburuan di hutan, khususnya berburu [[anoa]], [[babi hutan]], dan burung. Senjata yang digunakan untuk berburu adalah ''sopu'' ([[sumpit]]), [[parang]], tombak dari bambu runcing, tombak dengan batu yang diikat tali (harpoon),<ref name="ReferenceA"/><ref name="Yuniawati, Dwi Yani 2012"/>
== Bahasa ==
|