Sekaten: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
RaFaDa20631 (bicara | kontrib)
RaFaDa20631 (bicara | kontrib)
Baris 32:
* Di [[Keraton Surakarta Hadiningrat|Keraton Surakarta]] terdapat gamelan Kanjeng Kyai Guntur Madu dan Kanjeng Kyai Guntur Sari. Kanjeng Kyai Guntur Madu ditempatkan di Bangsal Pradangga Lor, sedangkan Kanjeng Kyai Guntur Sari ditempatkan di Bangsal Pradangga Kidul.{{Sfn|Daryanto|2014|p=8}}
 
Di Keraton Yogyakarta, acara ''kondur gangsa'' diawali dengan kedatangan Sri Sultan di Masjid Gedhe untuk menyebar ''udhik-udhik'' kepada rakyat di depan bangsal pagongan. Setelah ditebar, Sultan akan masuk ke dalam masjid untuk kembali menyebar ''udhik-udhik'', yang kali ini ditebar untuk para abdi dalem. Setelah itu, Sultan akan duduk bersama dengan para abdi dalem di serambi masjid untuk mendengarkan pembacaan [[Sirah Nabawiyah|riwayat hidup]] nabi Islam [[Muhammad]], yang dibacakan dalam bahasa Jawa oleh abdi dalem ''kanca kaji''.<ref>{{Cite web|last=Rinepta|first=Adji G.|title=Mengenal Kondur Gangsa di Sekaten Jogja dan Udhik-udhik Sedekah Raja|url=https://www.detik.com/jateng/jogja/d-6336356/mengenal-kondur-gangsa-di-sekaten-jogja-dan-udhik-udhik-sedekah-raja|website=detikjateng|language=id-ID|access-date=2024-05-11}}</ref><ref name=":0" /> Disini Sultan menggunakanmengenakan Sumpingsumping Melatimelati pada telinga kirinya. Hal ini bermakna bahwa Sultan senantiasa mendengar aspirasi dan pendapat rakyat serta melaksanakan harapan tersebut. Setelah pembacaan riwayat selesai, Sri Sultan bersama rombongan kembali ke keraton, diikuti dengan pengembalian gamelan sekati.<ref>{{Cite web|last=Chairunnisa|first=Ninis|date=2022-10-09|title=Peringatan Maulid Nabi Muhammad, Saat Sultan Yogyakarta Kembali Sebar Udhik-Udhik|url=https://travel.tempo.co/read/1643402/peringatan-maulid-nabi-muhammad-saat-sultan-yogyakarta-kembali-sebar-udhik-udhik|website=Tempo|language=en|access-date=2024-05-11}}</ref>
 
Di Keraton Surakarta, setiap dua gamelan sekaten diperdengarkan, sebagian pengunjung Masjid Agung berebut [[Janur|janur kuning]] yang terpasang di dekat Bangsal Pradangga. Para pengunjung menganggap janur kuning tersebut membawa berkah. Di samping itu, terdapat ritual lain yang disebut ''ngunyah kinang'', yang dijual di pelataran masjid. Pengageng Parentah Keraton Surakarta, K.G.P.H. Dipokusumo, mengatakan bahwa ''nginang'' melambangkan ''suruh'' yang berarti diperintah untuk membaca [[syahadat]].<ref>{{Cite web|last=Wicaksono|first=R. Bony Eko|date=2023-09-21WIB17:22:26+00:00|title=Warga Berebut Janur di Pagongan Masjid Agung Solo saat Gamelan Sekaten Ditabuh|url=https://soloraya.solopos.com/warga-berebut-janur-di-pagongan-masjid-agung-solo-saat-gamelan-sekaten-ditabuh-1747476|website=Solopos.com|language=id|access-date=2024-05-11}}</ref>
Di Keraton Surakarta,
=== ''Numplak Wajik'' ===
Dua hari sebelum acara ''Grebeg Muludan'', suatu upacara ''Numplak Wajik'' diadakan di halaman [[istana]]bangsal Magangan pada jam 16.00. Upacara ini berupa ''kotekan'' atau permainan lagu dengan memakai kentongan, ''lumpang'' (alat untuk menumbuk padi), dan semacamnya yang menandai awal dari pembuatan gunungan yang akan diarak pada saat acara ''Grebeg Muludan'' nantinya. Lagu-lagu yang dimainkan dalam acara ''Numplak Wajik'' ini adalah lagu [[Jawa]] populer seperti: ''"Lompong Keli", "Tundhung Setan", "Owal awil", ''atau lagu-lagu rakyat lainnya.<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2023-09-24|title=Mengenal Tradisi Sekaten di Keraton Surakarta Halaman all|url=https://regional.kompas.com/read/2023/09/24/231201278/mengenal-tradisi-sekaten-di-keraton-surakarta|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2024-05-11}}</ref><ref>{{Cite web|last=Times|first=I. D. N.|last2=Irawan|first2=Cynthia Nanda|title=5 Fakta Menarik tentang Rangkaian Upacara Adat Numplak Wajik|url=https://jogja.idntimes.com/travel/journal/cynthia-nanda/5-fakta-menarik-tentang-rangkaian-upacara-adat-numplak-wajik|website=IDN Times Jogja|language=In-Id|access-date=2024-05-11}}</ref>
 
=== Grebeg Maulid ===