Otonomi khusus Papua: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Membalikkan revisi 24072177 oleh Nduga Language03121988 (bicara) terbukti dari suntingannya
Tag: Pembatalan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Empat Tilda (bicara | kontrib)
menambahkan artikel baru
Baris 7:
 
Momentum reformasi di Indonesia memberi peluang bagi timbulnya pemikiran dan kesadaran baru untuk menyelesaikan berbagai permasalahan besar bangsa Indonesia dalam menata kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik. Sehubungan dengan itu, [[Majelis Permusyawaratan Rakyat]] Republik Indonesia pada tahun 1999 dan 2000 menetapkan perlunya pemberian status Otonomi Khusus kepada [[Papua Barat|Provinsi Irian Jaya]]. Hal ini merupakan suatu langkah awal yang positif dalam rangka membangun kepercayaan rakyat kepada Pemerintah, sekaligus merupakan langkah strategis untuk meletakkan kerangka dasar yang kukuh bagi berbagai upaya yang perlu dilakukan demi tuntasnya penyelesaian masalah-masalah di Provinsi Papua.
 
== Pemekaran ==
Pemerintah membuat UU No 45 Tahun 1999 tentang pemekaran Irian Jaya Menjadi Propinsi Irian Jaya Tengah dan Propinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai, Mimika dan Puncak Jaya, dan berdiri satu kota baru yaitu Kota Sorong. Peraturan ini diikuti dengan penunjukan Dokter [[Herman Monim]] sebagai Geburnur Irian Jaya Tengah dan Brigjen.Mar. (Purn) [[Abraham Artaturi]] sebagai Gubernur [[Papua Barat|Irian Jaya Barat]] dengan Keppres No 327/M/1999, Tanggal 5 Oktober 1999.
 
Dengan terbitnya aturan tersebut, menuai banyak penolakan. Salah satu penolakan adalah sebuah demonstrasi besar-besaran. Termasuk pendudukan gedung DPRD Propinsi Irian Jaya Barat dan kantor Gubernur di Dok II, Jayapura tertanggal 14-15 Oktober 1999. Hal ini terjadi karena tidak adanya konsultasi antara pusat dan masyarakat.<ref>{{Cite book|last=Sugandi|first=Yulia|date=2008|url=https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/54959084/06393-libre.pdf?1510234571=&response-content-disposition=inline%3B+filename%3DAnalisis_Konflik_dan_Rekomendasi_Kebijak.pdf&Expires=1715420186&Signature=O1Go1UvoaxVPRtZ4SbwOc8V2bIH6HrzuTFjSKFbUDvDTa2tEOc40zQvKvKokMDEnseXfI1x6E0nx3ys5CMixHT3C55f8gR0idMktSzT7wc4lAmMQxVCbYPl-nAXWK7BI-y-fSOVixlG7SquALxJrlHp2vdDTKf446zQLFDR38V2G6oiBKnsMac--X829TzW7jCzxkzntPM8zMec0D0DolZtvWxikj-1dRR3ICdcaEaAzf452pZeKYJho31vc~4gnIt4eDGPW~3ib0zv1~zsYtxI8oXbzqjspUQ5X0Tn65U9F26K5RXUGYyfNWuBsmS9rSD4vauecuK~Janf7R~NEsw__&Key-Pair-Id=APKAJLOHF5GGSLRBV4ZA|title=Analisis Konlik dan Rekomendasi Kebijakan Mengenai Papua|location=Jakarta|url-status=live}}</ref>
 
== Provinsi di Papua ==
Provinsi Papua atau Provinsi Irian Jaya yang kemudian dipecah menjadi Provinsi [[Papua]], [[Papua Barat]], [[Papua Barat Daya]], [[Papua Pegunungan]], [[Papua Selatan]], dan [[Papua Tengah]] yang diberi Otonomi Khusus dalam kerangka [[Indonesia|Negara Kesatuan Republik Indonesia]]. Otonomi Khusus sendiri adalah kewenangan khusus yang diakui dan diberikan kepada Provinsi Papua, termasuk provinsi-provinsi hasil pemekaran Provinsi Papua, untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi dan hak-hak dasar masyarakat Papua.<ref>{{Cite book|last=Suryawan|first=I. Ngurah|date=2020|title=Siasat elite mencuri kuasa|location=Banguntapan, Bantul, Yogyakarta|publisher=Basabasi|isbn=978-623-7290-61-2}}</ref>
 
Provinsi di Papua sebagai bagian dari NKRI menggunakan [[Bendera Indonesia|Sang Merah Putih]] sebagai Bendera Negara dan Indonesia Raya sebagai [[lagu kebangsaan]]. Provinsi di Papua dapat memiliki lambang daerah sebagai panji kebesaran dan simbol kultural bagi kemegahan jati diri orang Papua dalam bentuk bendera daerah dan lagu daerah yang tidak diposisikan sebagai simbol kedaulatan.<ref>{{Cite web |url=https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2001_21.pdf |title=Salinan arsip |access-date=2022-11-24 |archive-date=2022-06-29 |archive-url=https://web.archive.org/web/20220629231720/https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2001_21.pdf |dead-url=yes }}</ref>