Kerajaan Kadiri: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rifkyroy (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Rakehino (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 120:
== Berdirinya kerajaan ==
=== Pembagian kerajaan oleh Airlangga ===
Di dalam [[kakawin]] [[Nagarakretagama|Desyawarnana]] yang ditulis oleh seorang [[Empu Prapañcapujangga]], seorang [[pujanggaMpu Prapanca]] dan, bekas pembesar urusan [[Buddhisme|agama Buddha]] di istana [[Majapahit]]. Menyebutkan raja [[Airlangga]] yang telah berpindah ibu kota dan memerintah dari [[Daha]], di wilayah Panjalu sertaatau Kadiri dan juga menyinggung tentang peristiwa pembelahan kerajaan.<ref>http://www.spaetmittelalter.uni-hamburg.de/java-history/JavaNK/Java1365.Nagara-Kertagama.Canto.63-69.html</ref>
:<blockquote>... 1. Nahan tatwanikaɳ kamal/ widita deniɳ sampradaya sthiti, mwaɳ çri pañjalunatha riɳ daha te- (122a) wekniɳ yawabhumy/ apalih, çri airlanghya sirandani ryyasihiran/ panak/ ri saɳ rwa prabhu, ...</blockquote>
 
:<blockquote>... 1. Demikian sejarah Kamal menurut tutur yang dipercaya, Dan Sri Nata Panjalu di Daha, waktu bumi Jawa dibelah, Karena cinta raja Airlangga kepada dua puteranya, ...<br>— (''Kakawin Nagarakretagama'', ''Pupuh 68'').</blockquote>
Menurut [[prasasti Turun Hyang]] (1044 M). Di akhir masa pemerintahannya tahun 1042 [[Airlangga]] berhadapan dengan masalah persaingan perebutan takhta antara kedua putranya, raja yang sebenarnya merupakan putri Airlangga. Nama asli dari putri tersebut dimuat dalam [[prasasti Cane]] (1021 M) sampai dengan [[prasasti Pasar Legi]] (1043 M) adalah [[Sanggramawijaya Tunggadewi]] yang menjadi putri mahkota sekaligus pewaris takhta istana [[Kahuripan|Medang Kahuripan]]. Namun ia memilih untuk mengundurkan diri dan menjalani kehidupan suci sebagai pertapa [[biksuni]] atau pendeta wanita [[Buddhisme|Buddha]], di dalam cerita rakyat ia kemudian dikenal bergelar ''Dewi Kili Suci''. Sedangkan dalam [[prasasti Pucangan]] (1041 M) memuat nama baru dan memunculkan [[Sri Samarawijaya|Samarawijaya Tunggadewa]] sebagai [[putra mahkota]] atau ''[[rakryan mahamantri|rakryānrakryan mahamantri i hino]]'' dan diduga adalah putra [[Airlangga]] dan merupakan adik dari Sanggramawijaya Tunggadewi. Pada umumnya jabatan mahamantri i hino dijabat oleh putra sulung raja dan putra kedua akan menggantikan posisinya apabila pejabat tersebut meninggal, berselang tahun kemudian berdasarkan berita [[prasasti Pamwatan]] (1042 M) dan [[Serat Calon Arang]], Airlangga telah memindahkan ibu kotanya dan mendirikan kota [[Daha]]napura.<ref name=":1">{{Cite book|last=Wignjosoebroto|first=Wiranto|url=https://books.google.com/books?id=kKpgEAAAQBAJ&newbks=0&printsec=frontcover&pg=PA27&dq=medang+koripan&hl=en|title=MENCARI JEJAK KAHURIPAN; Kerajaan Hindu Tertua dan Terlama di Tanah Jawa|publisher=Penerbit K-Media|isbn=978-602-6287-19-9|language=id}}</ref>
 
Menurut ''Serat Calon Arang'', Airlangga kemudian bingung memilih penggantinya mengingat dirinya juga putra dari raja [[Pulau Bali|Bali]], maka ia pun berniat menempatkan salah satu putranya di pulau itu. Gurunya yang bernama [[Mpu Bharada]] berangkat ke Bali untuk mengajukan niat tersebut namun mengalami kegagalan. Fakta sejarah menunjukkan [[Udayana]] digantikan putra keduanya yang bernama [[Marakata Pangkaja]] sebagai raja Bali, dan Marakata selanjutnya digantikan adiknya yaitu [[Anak Wungsu]].