Open Air Museum Rumah Bolon Purba: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Sofi Solihah (bicara | kontrib)
membuat artikel rintisan Open Air Museum Rumah Bolon Purba
Tag: tanpa kategori [ * ] VisualEditor
 
Sofi Solihah (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 2:
 
Selain itu, museum ini juga menyajikan informasi tentang sejarah, budaya, dan kehidupan masyarakat Batak Toba melalui pameran di luar ruangan yang menarik dan edukatif. Open Air Museum Rumah Bolon Purba merupakan destinasi yang menarik bagi pengunjung yang tertarik untuk mempelajari sejarah dan budaya lokal Sumatra Utara, serta menikmati keindahan arsitektur tradisional Batak Toba.
 
=== Sejarah singkat museum ===
Rumah Bolon Adat yang kini berfungsi sebagai museum merupakan bekas istana Raja Pematang Purba yang didirikan pada masa pemerintahan Tuan Rahalim, raja ke-12 Kerajaan Purba pada tahun 1864. Istana Pematang Purba sendiri berdiri di atas tanah atau bukit yang dikelilingi oleh jurang dan lembah-lembah, dan dibatasi oleh pagar tanaman bambu dan pohon-pohon besar, hal ini diakibatkan oleh situasi saat itu yang memungkinkan adanya serangan dari suku lain. Dahulu untuk mencapai istana ini sulit melalui terowongan, namun saat ini telah direhabilitasi sehingga lebih mudah dilalui.<ref name=":0">{{Cite web|title=Open Air Museum Rumah Bolon Purba|url=https://museum.co.id/directory-museum/listing/open-air-museum-rumah-bolon-purba/|website=museum.co.id|language=en-US|access-date=2024-05-18}}</ref>
 
Pada tahun 1961, Rumah Bolon Purba ditetapkan sebagai objek wisata oleh Bupati Simalungun. Lokasi museum ini berada dalam jarak sekitar 180 km dari Bandara Polonia-Medan dan sekitar 205 km dari Pelabuhan laut Belawan. Museum ini dikelola oleh Yayasan Museum Simalungun dan mendapat pengesahan dari notaris pada tanggal 7 Juni 1966.<ref name=":0" />
 
Rumah Bolon Purba beserta perangkat bangunannya dibangun sekitar abad ke-16 oleh Raja Purba. Koleksi museum ini terdiri atas delapan bangunan, termasuk Rumah Bolon Purba, Balai Bolon, Pattangan Raja, Pattangan Permaisuri, Jambur, Balai Buttu, Jabu Jingga, dan sebuah lesung. Selain menampilkan koleksi dengan nilai kultural, museum ini juga menyelenggarakan berbagai kegiatan, termasuk ceramah dan diskusi.