Doksilamin: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Muhammad Anas Sidik (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: kemungkinan perlu dirapikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Muhammad Anas Sidik (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 88:
 
==Efek Samping==
Efek samping doxylamine antara lain pusing, mengantuk, dan mulut kering.[4]<ref name="pmid27057416" /> Doxylamine adalah antikolinergik yang kuat dan memiliki profil efek samping yang umum terjadi pada obat-obatan tersebut, termasuk penglihatan kabur, mulut kering, sembelit, inkoordinasi otot, retensi urin, kebingungan mental, dan delirium.<ref name="pmid31913218">{{cite journal | vauthors = Shirley DW, Sterrett J, Haga N, Durham C | title = The therapeutic versatility of antihistamines: A comprehensive review | journal = The Nurse Practitioner | volume = 45 | issue = 2 | pages = 8–21 | date = February 2020 | pmid = 31913218 | doi = 10.1097/01.NPR.0000651112.76528.ed | s2cid = 210086511 | doi-access = free }}</ref><ref name="pmid17824496" />
 
Karena waktu paruh eliminasi yang relatif lama (10-12 jam), doxylamine dikaitkan dengan efek keesokan harinya termasuk sedasi, mengantuk, pusing, mulut kering, dan kelelahan saat digunakan sebagai hipnotis.<ref name=Avidan2017>{{cite book | vauthors = Avidan AY |title=Review of Sleep Medicine E-Book |url=https://books.google.com/books?id=hpwqDwAAQBAJ&pg=PA394 |date= 2017 |publisher=Elsevier Health Sciences |isbn=978-0-323-47349-1 |page=394}}</ref><ref name="pmid31913218" /> Hal ini dapat digambarkan sebagai "efek mabuk".[18]<ref name="pmid31913218" /> Waktu paruh eliminasi diphenhydramine yang lebih pendek (4-8 jam) dibandingkan dengan doxylamine mungkin memberikan keuntungan dibandingkan doxylamine sebagai obat tidur dalam hal ini.[27]<ref name=RutterNewby2015>{{cite book | vauthors = Rutter P, Newby D |title=Community Pharmacy ANZ – eBook: Symptoms, Diagnosis and Treatment |url=https://books.google.com/books?id=NbjVCgAAQBAJ&pg=PA99 |date=11 September 2015 |publisher=Elsevier Health Sciences |isbn=978-0-7295-8345-9 |page=99}}</ref>
 
Antihistamin seperti doxylamine pada awalnya bersifat menenangkan, namun toleransi terjadi pada penggunaan berulang dan dapat menyebabkan insomnia kembali setelah penghentian.[6][28]<ref name="pmid17824496" /><ref name="pmid19179941">{{cite journal | vauthors = Stahl SM | title = Selective histamine H1 antagonism: novel hypnotic and pharmacologic actions challenge classical notions of antihistamines | journal = CNS Spectrums | volume = 13 | issue = 12 | pages = 1027–1038 | date = December 2008 | pmid = 19179941 | doi = 10.1017/s1092852900017089 | s2cid = 6849261 }}</ref>
 
Laporan kasus sesekali koma dan rhabdomyolysis telah dilaporkan dengan doxylamine.[2] Hal ini berbeda dengan diphenhydramine.[2]<ref name="KrygerRoth2010" />
 
Studi tentang karsinogenisitas doxylamine pada tikus telah membuahkan hasil positif untuk kanker hati dan tiroid, terutama pada tikus.<ref>[29http://potency.berkeley.edu/chempages/DOXYLAMINE%20SUCCINATE.html Doxylamine succinate (CAS 562-10-7)] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120501174456/http://potency.berkeley.edu/chempages/DOXYLAMINE%20SUCCINATE.html |date=1 May 2012 }}. berkeley.edu.</ref> Sifat karsinogenisitas obat pada manusia belum diteliti dengan baik, dan Badan Internasional untuk Penelitian Kanker mencantumkan obat tersebut sebagai "tidak dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat karsinogenisitasnya terhadap manusia".<ref>[30http://www.inchem.org/documents/iarc/vol79/79-05.html DOXYLAMINE SUCCINATE]. International Agency for Research on Cancer (IARC) – Summaries & Evaluations.</ref>
 
Penggunaan obat antikolinergik secara terus-menerus dan/atau kumulatif, termasuk antihistamin generasi pertama, dikaitkan dengan risiko penurunan kognitif dan demensia yang lebih tinggi pada orang lanjut usia.<ref>{{cite journal | vauthors = Gray SL, Anderson ML, Dublin S, Hanlon JT, Hubbard R, Walker R, Yu O, Crane PK, Larson EB | display-authors = 6 | title = Cumulative use of strong anticholinergics and incident dementia: a prospective cohort study | journal = JAMA Internal Medicine | volume = 175 | issue = 3 | pages = 401–407 | date = March 2015 | pmid = 25621434 | pmc = 4358759 | doi = 10.1001/jamainternmed.2014.7663 | author5-link = Rebecca Hubbard }}</ref><ref>{{cite journal | vauthors = Carrière I, Fourrier-Reglat A, Dartigues JF, Rouaud O, Pasquier F, Ritchie K, Ancelin ML | title = Drugs with anticholinergic properties, cognitive decline, and dementia in an elderly general population: the 3-city study | journal = Archives of Internal Medicine | volume = 169 | issue = 14 | pages = 1317–1324 | date = July 2009 | pmid = 19636034 | pmc = 2933398 | doi = 10.1001/archinternmed.2009.229 }}</ref>
Penggunaan obat antikolinergik secara terus-menerus dan/atau kumulatif, termasuk antihistamin generasi pertama, dikaitkan dengan risiko penurunan kognitif dan demensia yang lebih tinggi pada orang lanjut usia.[31][32]
 
==Overdosis==