Berbeda dengan [[VOC]] dan [[Belanda]], kekuatan Eropa yang datang pada tahun 1800-an itu[[Kekaisaran Prancis Pertama]] memiliki militer sebagai kekuatan pemaksa terhadap pembangkangan. Sama sama dari Eropa, [[Kekaisaran Prancis Pertama]] kekuatan Eropa yang datang adalah kekuatan revolusioner yang selalu siap berlaga-tempur. Karaton Yogyakarta situasinya terpecah-pecah dalam kelompok kekuatan yang saling menjatuhkan satu dengan yang lainnya. Ada kelompok Natakusuma dengan anaknya Natadiningrat di samping juga kelompok Putra Mahkota (calon [[Hamengku Buwono III|Sultan Hamengkubuwana III]]) dengan Kapiten Cina wilayah Yogyakarta yakni [[Tan Jiem Sing]] (kelak bergelar [[Tumenggung Secadiningrat]]). Satu lagi adalah kelompok Patih Danureja yang karena jabatannya merupakan kompromi antara Sultan dengan Gubernur [[Belanda]], maka mengharuskan seorang Patih melayani dua kepentingan penguasa antara Kasultanan dan Gubernur Belanda. Konflik antar kelompok itu akhirnya mengundang pemerintah di Batavia turun ke daerah dengan bala tentaranya.