Kisaran (kota): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
ErYn97 (bicara | kontrib)
Baris 44:
 
==Sejarah==
'''"Kisaran"''' diambil dari legenda seiSei silauSilau, yang menjadi lokasi bertempurnya naga[[Naga denganCina]] ikandengan pesut[[Anguillidae|Dundung/Sidat]], dalam pertempuran itu sang naga kalah dan berkisar -kisar diatasdi aliran seiSei silauSilau, maka warga sekitar melihatnya dan menamakan nahanaga berkisaranberkisar, dan lokasi kejadian itu dinamai dengan "KISARAN"<ref name="Legenda01">{{cite book|last=Soetrisman M.E., R.|year=2009|title=Legenda Kisaran Naga: (Cerita Rakyat Asal Mula Nama Kisaran)|publisher=Yogyakarta: Araska|isbn=978-602-8669-36-8|location=Indonesia|series=Cerita Rakyat Sumatera Utara (Kabupaten Asahan)}}</ref>
 
'''Pengaruh Perkembangan Daerah:''' Seiring dengan perkembangan daerah tersebut sebagai pusat ekonomi dan pemerintahan, desa Sei Saran kemudian berkembang menjadi sebuah kota dan mengalami perubahan penulisan menjadi "Kisaran".
 
'''Pengaruh Kolonial Belanda:''' Selama masa penjajahanpemerintahan Belanda dikolonial [[Hindia Belanda]], Kisaran merupakantermasuk wilayah yang dikuasai oleh Belanda. Nama-nama tempat di wilayah ini seringkali mengalami perubahan penulisan dan pengucapan sesuai dengan aturan dan kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah kolonial Belanda. Oleh karena itu, penamaan "Kisaran" mungkin juga dipengaruhi oleh pengaruh kolonial Belanda pada masa itu.
 
Daerah Kisaran pada awalnya merupakan daerah perkebunan yang didirikan oleh perusahaan perkebunan Belanda pada abad ke-19. Daerah ini dikenal sebagai "''Nederlandsch-Indische Cultuur Maatschappij''" (N.I.C.M.), yang mengembangkan perkebunan tembakau dan lada di daerah ini. Pada masa kolonial Belanda, Kisaran menjadi pusat administrasi yang tergabung dalam wilayah [[Kesultanan Asahan]] yang berada di bawah pemerintahan Hindia Belanda. Daerah ini juga menjadi pusat aktivitas ekonomi dan perdagangan, terutama dalam bidang perkebunan dan perdagangan hasil bumi seperti tembakau, lada, dan pala.
 
Setelah Indonesia memperoleh kemerdekaannya pada tahun 1945, Kisaran tetap menjadi bagian dari wilayah Sumatera Utara. Pada tahun 1950-an, terjadi perubahan administratif di Indonesia, termasuk di daerah Kisaran. Pada tahun 1956, Kisaran dimekarkan menjadi sebuah kecamatan yang tergabung dalam [[Kabupaten Asahan]].
 
===Legenda 1===
Menurut legenda yang berkembang di masyarakat setempat, Kisaran awalnya merupakan sebuah desa yang terletak di sekitar aliran Sungai MusiSilau yang dikenal sebagai "Sei Saran". Konon, pada zaman dahulu kala, daerah tersebut sering dilanda oleh banjir yang membuat masyarakat setempat menderita. Penduduk desa pun mengadakan pertemuan dan memutuskan untuk memohon pertolongan kepada Dewa yang diyakini sebagai pengendali air.<ref>{{cite web|title=Inilah Asal-Usul Nama Kisaran|url=https://www.asahansatu.co.id/inilah-asal-usul-nama-kisaran/|date=22 September 2017|website=www.asahansatu.co.id}}</ref>
 
Mereka mengadakan ritual dan memohon agar air sungai tidak lagi mengganggu mereka. Setelah beberapa waktu, permohonan mereka dijawab dan air sungai menjadi tenang, tidak lagi membanjiri desa mereka. Sebagai ucapan terima kasih kepada Dewa, desa tersebut kemudian diberi nama "Sei Saran", yang dalam [[bahasa Melayu]] atau [[bahasa Batak Toba]] berarti "air yang tenang".
 
Seiring dengan perkembangan waktu, nama "Sei Saran" kemudian mengalami penyederhanaan menjadi "Kisaran" dalam penggunaan sehari-hari. Legenda ini menjadi salah satu cerita rakyat yang diwariskan turun-temurun dan menjadi bagian dari identitas budaya dan sejarah masyarakat di Kisaran.
 
===Legenda 2===
Menurut kisah yang sudah ada sejak turun-temurun, pada sekitar abad XVII, bukit KaterinaKatarina adalah tempat bertempurnya panglima perang kerajaan Cina dengan Raja Maria Pane ke-7 dari Buntu Pane Asahan, bernama Datuk Daurung. Kemudian setelah bertarung adu kesaktian, tidak ada yang kalah dan menang, maka masing-masing mengeluarkan aji pamungkas, yaitu menjelma menjadi seekor ular naga dan ikan dundung. Keduanya lalu terjun ke sungai Silau.<ref name="Legenda01"/>
 
Mereka bertempur dengan mengandalkan kesaktian masing-masing. Akan tetapi, ular naga jelmaan Panglima Perang Cina dapat dipukul jatuh, tertusuk sanai (patil) dari ikan dundung jelmaan Datuk Daurung. Naga itu meraung-raung menahan sakit dan menggelepar, yang akhirnya terkulai hanyut dan terkapar di hilir sungai Silau tidak seberapa jauh dari bukit itu.
Baris 70:
Kemudian ular naga tersebut berkisar-kisar (berenang-renang) dan menghanyutkan diri menelusuri Sungai Silau sampai hilir sungai Asahan di kota Tanjung Balai. Selanjutnya menuju ke Selat Malaka.
 
Perkampungan di kawasan tempat naga berkisar tersebut akhirnya disebut dengan nama Kampung Kisaran Naga. Sekarang menjadi [[Kisaran Naga, Kota Kisaran Timur, Asahan|Kelurahan Kisaran Naga]] dan kota yang berada di dekat sungai Silau disebut dengan nama Kisaran.
 
== Batas wilayah ==