Teori Kognitif Sosial: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Gadih Ranti (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Ummu Alfiyah (bicara | kontrib)
perubahan tanda baca
Baris 4:
 
== Konsep-konsep utama ==
Konsep utama dari teori kognitif sosial adalah pengetahuan tentang belajar observasional yaitu proses belajar dengan mengamati. Jika ada seorang "model" di dalam lingkungan seorang [[individu]], misalnya saja teman atau anggota keluarga di dalam lingkungan internal atau di lingkungan publik seperti para [[tokoh publik]] di bidang berita dan [[hiburan]]. Proses belajar dari individu tersebut akan terjadi melalui cara memperhatikan model tersebut. Biasanya perilaku seseorang dapat timbul karena proses peniruan. Peniruan merupakan reproduksi perilaku yang langsung dan mekanis" ('''Baran & Davis, 2000''': 184). Sebagai contoh, ketika seorang ibu mengajarkan anaknya cara mengikat sepatu, Kemudiankemudian sang ibu memeragakan berulang kali sehingga anaknya dapat mengikat tali sepatunya. Proses inilah yang disebut dengan proses peniruan.
 
Proses peniruan interpersonal juga dapat dilihat pada [[narasumber]] yang ditampilkan oleh media. Misalnya, orang dapat menirukan cara memasak kue bika yang ada dalam sebuah acara kuliner di [[televisi]]. Meskipun contoh yang ditampilkan lebih mudah dari bagaimana cara membuat kue bika tersebut, tetapi tidak semua narasumber dapat memengaruhi khalayak. Dalam kasus ini, teori kognitif sosial kembali ke konsep dasar, yaitu "''rewards and punishments''"—imbalan dan [[hukuman]]—,tetapi penempatkannya dalam konteks belajar sosial.
Baris 31:
Dampak terbesar dari teori kognitif sosial adalah dalam penelitian tentang kekerasan dalam [[Media massa|media]]. '''Gunter ([[1994]])''' melakukan tinjauan atas riset tentang dampak dari kekerasan yang ditampilkan di media pada anak-anak dan orang dewasa, dan ia menyimpulkan bahwa terdapat bukti-bukti campuran yang kuat yang menghubungkan [[efek]] dari penggambaran kekerasan melalui media pada perilaku, sikap dan kognisi dari penonton.
 
Teori kognisi sosial, yang amat menekankan efek pada perilaku, mengatakan bahwa penggambaran kekerasan itu memicu baik peningkatan maupun penurunan dalam perilaku kekerasan, tergantung pada perilaku yang mendapatkan imbalan maupun hukuman, dan juga tergantung pada sejauh mana penonton mengidentifikasi diri mereka pada model kekerasan dalam media. Tentu saja, riset awal '''Bandura''' ('''[[1962]]''') dan '''Berkowitz''' ('''[[1964]]''') mendukung hubungan mendasar antara menonton perilaku kekerasan dan pemodelan perilaku dalam interaksi. Bagaimanapun, riset terakhir telah menambahkan kompleksitas untuk persamaan ini, dengan alasan bahwa isu-isu seperti kecenderungan perilaku agresif yang sudah ada, proses kognitif media, realita yang digambarkan media, dan bahkan diet bisa memengaruhi sejauh mana seseorang "belajar" tentang kekerasan dari media. ('''Miller,[[2005]]''': 254)
 
Aplikasi dari teori kognitif sosial pada studi tentang kekerasan melalui televisi mempertimbangkan bagaimana media dapat memiliki konsekuensi yang tak diinginkan pada khalayak pemirsanya. Bagaimanapun, para sarjana komunikasi dan peneliti riset aksi juga mempertimbangkan aplikasi yang lebih berguna dari teori kognitif sosial ini. Makin banyak saja para [[sarjana]] [[komunikasi]] yang menggunakan konsep ''hiburan'' dan ''[[pendidikan]]'' dalam mempertimbangkan bagaimana pesan-pesan program hiburan bisa digunakan untuk menimbulkan perubahan perilaku dan sosial. Misalnya penelitian tentang bagaimana telenovela yang disiarkan di banyak negara, selain dapat menghibur juga dapat menyampaikan isu tentang [[Keluarga Berencana|keluarga berencana]], persamaan hak [[Laki-laki|pria]] dan [[Perempuan|wanita]], dan reformasi pertanian. Banyak juga opera sabun [[Amerika Serikat|Amerika]] yang memang dibuat dalam kerangka kognitif sosial yaitu dengan menggunakan karakter-karakter yang menarik yang mendapatkan [[penghargaan]] atau hukuman sebagai pemodelan dari perilaku secara nyata.
 
Teori Kognitif Sosial juga digunakan dalam aplikasi komunikasi kesehatan masyarakat. Misalnya untuk kampanye tentang demam berdarah, atau flu burung digunakan artis terkenal atau tokoh yang menarik yang karena mengikuti anjuran pemerintah untuk pencegahan, bisa terhindar dari penyakit tersebut. Pemakaian artis terkenal atau tokoh yang menarik akan memicu orang untuk lebih waspada terhadap kedua [[penyakit]] tersebut.