Pembantaian Santa Cruz: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Membatalkan 1 suntingan by Ki Petruk (bicara) (Patroli Siskamling 👮♂️) Tag: Pembatalan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Pengembalian manual VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 30:
== Pembantaian ==
Saat tentara Indonesia berhadap-hadapan dengan pengunjuk rasa, beberapa demonstran dan seorang mayor, [[Geerhan Lantara]], ditusuk.<ref>Krieger, pp. 257–258.</ref> Stahl mengklaim Lantara menyerang pengunjuk rasa, termasuk seorang anak perempuan yang mengibarkan bendera Timor Leste. Aktivis FRETILIN, Constâncio Pinto, mengatakan beberapa orang mengaku dipukuli oleh tentara dan polisi Indonesia.<ref>Kubiak, W. David. [http://www.nancho.net/fdlap/maxstahl.html "20 Years of Terror: Indonesia in Timor – An Angry Education with Max Stahl"]. ''Kyoto Journal''. 28. Reprinted at [http://www.nancho.net/fdlap/ The Forum of Democratic Leaders in the Asia-Pacific]. Retrieved on 14 February 2008.</ref><ref>Pinto and Jardine, p. 191.</ref> Saat iring-iringan warga mulai memasuki areal TPU, beberapa orang terus berunjuk rasa di depan pagar dan 200 tentara dikerahkan sambil menenteng senjata ke arah kerumunan.<ref>Carey, p. 50; Pinto and Jardine, p. 191; Anderson, pp. 149–150; Alatas, p. 58; Singh, pp. 157–159. Pinto insisted that "there was no provocation", while Anderson discussed in detail the lack of warning shots. [[Amnesty International]] (1991) confirmed these claims via eyewitness testimony.</ref> Di dalam TPU Seroja, tentara melepaskan tembakan ke arah ratusan warga sipil tak bersenjata. Sedikitnya 250 warga Timor Timur tewas dalam peristiwa ini.<ref>Carey, p. 51; Jardine, p. 16. The Portuguese solidarity group ''[[A Paz é Possível em Timor Leste]]'' compiled [http://www.etan.org/timor/SntaCRUZ.htm a careful survey] of the massacre's victims, listing 271 killed, 278 wounded, and 270 "disappeared".</ref> Salah satu korban jiwa adalah warga negara [[Selandia Baru]], [[Kamal Bamadhaj]], seorang mahasiswa [[ilmu politik]] dan aktivis [[hak asasi manusia]] yang kuliah di Australia.
Pemerintah Indonesia mengklaim insiden ini reaksi spontan atas kekerasan oleh pengunjuk rasa atau "kesalahpahaman" semata.<ref>Brigadier General Warouw in Amnesty (1991), p. 4</ref> Sejumlah pihak membantahnya dengan dua alasan utama: tentara Indonesia berkali-kali terbukti melakukan kekerasan massal di berbagai tempat seperti [[Quelicai]], Lacluta, dan Kraras,<ref>Carey, p. 51.</ref> lalu politikus dan perwira Indonesia selalu mengeluarkan pernyataan yang membenarkan tindak kekerasan ABRI. Dua hari setelah peristiwa ini, [[Try Sutrisno]], Panglima ABRI, mengatakan, "Tentara tidak bisa diremehkan. Pada akhirnya kami harus menembak mereka. Perusuh seperti ini harus ditembak, dan mereka pasti kami tembak."<ref>Quoted in Carey, p. 52. A slightly different wording ("...and we will shoot them") is quoted in Jardine, p. 17.</ref>
|