Kota Makassar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Herryz (bicara | kontrib)
k Mengembalikan suntingan oleh Maulana.AN (bicara) ke revisi terakhir oleh 36.85.35.254
Tag: Pengembalian
Serigala Sumatera (bicara | kontrib)
Bentuk tidak baku: semakin. Sumber: https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/semakin; https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/makin
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 69:
|situs = {{URL|http://www.makassarkota.go.id/|makassarkota.go.id}}
}}
 
'''Kota Makassar''' ([[Aksara Lontara|Lontara]] [[bahasa Makassar|Makassar]]: ᨀᨚᨈ ᨆᨀᨔᨑ, [[Alih aksara|transliterasi]]: ''<nowiki>Kota Mangkasara'</nowiki>'' , [[Aksara Lontara|Lontara]] [[Bahasa Makassar|Makassar]]: ᨀᨚᨈ ᨍᨘᨄᨉ, transliterasi: ''Kota Jumpandang''; [[Aksara Lontara|Lontara]] [[bahasa Bugis|Bugis]]: ᨀᨚᨈ ᨆᨃᨔ, transliterasi: ''<nowiki>Kota Mangkasa'</nowiki> '', [[Aksara Lontara|Lontara]] [[bahasa Bugis|Bugis]]: ᨀᨚᨈ ᨍᨘᨄᨉ, transliterasi: ''<nowiki>Kota Juppandang</nowiki>'') adalah [[ibu kota]] [[provinsi]] [[Sulawesi Selatan]], [[Indonesia]].
 
Baris 86 ⟶ 85:
 
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Het Oranjehotel te Makassar op Celebes. TMnr 60013057.jpg|jmpl|ki|220px|Hotel Oranje pada tahun [[1920]]-an.]]
Kontrol penguasa Makassar semakinmakin menurun seiring semakinmakin kuatnya pengaruh Belanda di wilayah tersebut dan menguatnya politik monopoli perdagangan [[rempah-rempah]] yang diterapkan Belanda melalui VOC. Pada tahun [[1669]], Belanda, bersama dengan La Tenri Tatta Arung Palakka dan beberapa kerajaan sekutu Belanda Melakukanmelakukan penyerangan terhadap kerajaan Islam Gowa-Tallo yang mereka anggap sebagai Batu Penghalang terbesar untuk menguasai rempah-rempah di Indonesia timur. Setelah berperang habis-habisan mempertahankan kerajaan melawan beberapa koalisi kerajaan yang dipimpin oleh belanda, akhirnya Gowa-Tallo (Makassar) terdesak dan dengan terpaksa menanda tangani [[Perjanjian Bongaya]].
 
Meningkatnya penghuni kota di Indonesia, maka timbul kebutuhan untuk menerapkan pembentukan Kotapraja seperti yang berlaku di Negeri Belanda. Kebutuhan nampak dalam peraturan desentralisasi tahun 1903 yang memungkinkan terbentuknya Kotapraja (Gemeente) setelah tahun 1905.